Oleh : Anastasia, Alumni Pendidikan Bahasa Jerman UPI Bandung
Perdebatan terkait cawapres RI setiap hari mengiasi berita elektronik dan jejaring sosial, satu sama lain saling menjatuhkan lawan jagoaannya, cerca dan caki maki sudah menjadi makanan sehari-hari, tapi apa jadinya kalau sebuah ejekan di alamatkan pada sesuatu yang sakral bernilai ibadah tinggi di sisi Allah Swt. Dalam tayangan Stand Up Comedy yang dibawakan oleh Ustadz Ambia secara sadar memperagakan gerakan shalat dengan penuh cadaan jauh dari nilai khusyuaan yang semestinya dilakukan, Ambia sengaja mempraktekkannya semata-mata untuk mengundang gelegar tawa penonton. Bukan kali ini saja pelecehan berbau komedi terjadi, kita masih ingat dengan kasus Olga Syahputra melecehkan ucapan salam (Assalammu’alaikum), saat tampil di acara Pesbukers yang tayang secara live di ANTV. Secara tidak langsung Olga menyebut kalimat salam sebagai ucapan pengemis. Ucapannya yang tidak disaring, dinilai telah mempermainkan dan melecehkan ucapan salam (Assalammu’alaikum). Sampai saat ini kedua acara tersebut masih eksis nonggol di layar kaca.
Lain Stand Up comedi lain juga kasus remaja Toli-Toli Provinsi Sulawesi Tengah yang sempat menampar dunia pendidikan dengan videonya yang mempertontonkan sekelompok pelajar SMA yang sedang mempermainkan shalat. Dalam video yang berdurasi 5 menit 33 detik tersebut terlihat lima orang siswa perempuan (salah satunya berjilbab) melakukan gerakan shalat seraya mengucapkan beberapa bacaan pada saat shalat seperti “Allahu Akbar”. Lalu gerakan tersebut dilanjutkan oleh iringan salah satu lagu barat dan gerakan mereka mengikuti iringan lagu tersebut seraya berjoget-joget
Entertainmen Bablas Moral
Kejadian di atas menjadi contoh, bahwa telah surutnya nilai moral bangsa Indonesia, apalagi para komedian kerap memakai simbol agama tapi bukannya mengarahkan kepada jalan kebenaran namun mereka membelokannya dari tujuan yang semestinya, hal ini diperparah dengan program televensi yang tidak mendidik, seharusnya badan sensor menutup tayangan komedi tak layak tonton, padahal sudah banyak keluhan yang dialamatkan pada program tersebut, di sisi lain sebagian masyarakat Indonesia menonton acara tersebut sebagai bentuk hiburan yang mampu mengocok perut, akibatnya ratting acara komedi berbau pelecehan menduduki peringkat atas durasinya bisa menghabiskan 3 jam. Banyaknya acara yang tidak mendidik menjadikan masyarakat kita tidak bisa memilih acara berkulitas mereka terjebak pasar entertemeint, makanya jangan kaget masyarakat Indonesia sedikit demi sedikit kehilangan moralnya karena apa yang mereka tonton mempengaruhi prilaku sehari-hari. Sudah seharusnya pihak terkait memberikan sanksi yang tegas, kerena terjadi berulang-ulang, pelecehan terhadap agama islam memang ironi karena terjadi di tengah-tengah masyarakat perpenduduk muslim terbesar dunia. Wallahu ‘Alam