Yayasan Pengembangan Media Anak (YPMA-Kidia), melakukan serangkaian kegiatan, antara lain konferensi pers, aksi damai di bundaran HI, dan kegiatan alternative ‘Hari Tanpa TV’. Kegiatan melibatkan berbagai tokoh seperti Seto Mulyadi (Komnas Perlindungan Anak), Fetty Fajriati Miftach (Komisi Penyiaran Indonesia), dan Dr.Sudjatmiko (Ikatan Dokter Anak Indonesia).
Kegiatan YPMA-Kidia ini, dikoordinir oleh B.Guntarto, yang memang mempunyai perhatian yang sangat serius terhadap hari depan anak-anak. Karena, betapa sekarang secara kasat mata telah nampak dampak negative dari nonton TV, dikalangan anak-anak terutama perilaku mereka, yang banyak mengalami penyimpangan, dan menimbulkan distruksi di dalam kehidupan lingkungan masyarakat.
Menurut B.Guntarto, gerakan ini mengajak seluruh lapisan masyarakat terutama keluarga yag memiliki anak usia pra-sekolah dan sekolah dasar, untuk tidak menonton TV selam sehari penuh pada hari Minggu, 26 Juli 2009. Langkah ini sebagai bentuk sikap kritis dan ungkapan keprihatinan yang mendalam atas berbagai tayangan TV yang sebagian besar tidak sehat, tidak mendidik, menampilkan realitas semu dan gaya hidup berlebihan yang sangat berpontensi ditiru anak-anak dan remja’, ucap B.Guntarto
Lebih lanjut, gerakan tidak menonton TV ini, mempunya dua makna, yaitu sesungguhnya memperkenalkan kepada anak, bahwa tanpa TV sekalipun hidup ini akan dapat dijalani dengan baik. Bahkan, tanpa TV, anggota keluarga akan memiliki lebih banyak waktu untuk berinteraksi dan melakukan hal-hal yang positip. Selanjutnya, hal ini dapat mengurangi ketergatungan anak kepada TV, tambah Guntarto.
Keluarga harus melakukan langkah-langkah penyelamatan hari depan anak mereka, yang sekarang terkena ‘wabah’ demam TV, yang notabene ‘contentnya’ lebih banyak intertaiment, yang tidak selayaknya ditonton oleh anak-anak yang masih dibawah usia. Keluarga juga harus berani melakukan ‘sensor’ dan ‘mengatur’ mana yang boleh dan tidak boleh ditonton oleh anak-anak.
Koalisi Nasional Hari Tanpa TV mengajak seluruh keluarga untuk tidak atau mengurangi menonton TV, terutama mereka yang memiliki anak-anak pra-sekolah dan remaja. Dan, mengalihkan kegiatan anak-anak yang lebih produktif serta bermanfaat bagi masa depan mereka, tutup B.Guntarto.
Gerakan ini didukung unsur masyarakat, seperti perguruan tinggi, LSM, pendidik, sekolah, lembaga keagamaan, Komisi Penyiaran Indonesia (KPI), Komisi Perlindungan Anak Indonesia, serta 21 kelompok lainnya.
Kegiatan ini akan berlangsung mulai 22 Juli, di Komisi Perlindungan Anak (KPAI), Jl.Teuku Umar, 3 – Jakarta, selanjutnya aksi damai di bundaran HI, akan berlangsung 24 Juli, sedangkan kegiatan alternative tanpa TV, berlangsung 26 Juli, sebagai kegiatan puncaknya. (ypma-kidia/m)