Hari Jum’at tanggal 3 Juni 2011 kemarin di sebuah televisi swasta ada acara yang awalnya tidak menarik buat saya. Begitu tokoh-tokoh yang dihadirkan adalah anak-anak TK yang masih lugu-lugu saya jadi tertarik juga akhirnya. Yang lebih mengejutkan lagi adalah materi yang dibahas: "Masa Puber Yang Sudah Terjadi Pada Anak TK". Walahhh…
Pembahasan dimulai pada salah satu anak laki-laki yang sudah mempunyai rasa ketertarikan pada lawan jenis yang tentunya teman sekolah di TK tersebut. Sebut saja Rijal namanya. Ketika ditanya oleh presenter dengan lugu dan bahasa yang masih cadel dia mengungkapkan bahwa dia cinta pada Nisa, karena Nisa cantik kalau sedang tersenyum. Masya Allah…
Pada saat Nisa gantian ditanya tentang perasaannya terhadap Rijal, dia hanya tersenyum sambil tetap memainkan pensilnya sementara teman-teman satu kelasnya tertawa. Entah karena belum faham atau belum ngerti apa itu cinta, akhirnya Nisa juga ikut tertawa terbahak-bahak. Suasana kelas jadi ramai dan gaduh. Sampai segitu saya sudah geleng-geleng kepala.
Yang lebih menghebohkan lagi adalah bagaimana Rizal mengekpresikan cintanya. Ibunya bercerita kalau di rumah Rizal sering menyimpan benda-benda yang katanya akan di persembahkan kepada Nisa, dan dia akan marah kalau ada teman-teman lakinya ada yang mencoba mendekati Nisa. Naudzubillah min dhalik.
Sesi terakhir dari acara tersebut dilakukan sampling ke beberapa remaja tentang usia berapa mereka mulai tertarik pada lawan jenis. Kebanyakan waktu SLTA dan beberapa terjadi pada saat mereka masih duduk dibangku SLTP. Dan masih di acara tersebut dibahas juga pandangan dari seorang psikolog yang mengatakan bahwa pubertas pada usia dini wajib mendapat perhatian yang serius dari kedua orang tuanya. Bahkan disarankan juga perlunya menjelaskan kepada anak-anak yang sudah tertarik pada lawan jenis untuk berkawan dengan banyak teman, tidak terbatas pada kawan perempuan yang dia senangi.
Ada yang salah? Zaman memang semakin edan ditunjang dengan kemajuan teknologi yang tak terbendung lagi, baik kecepatan perubahan teknologi itu sendiri maupun kemudahannya diakses oleh semua orang termasuk anak kecil. Kalau kita sedikit jeli mungkin kita aka terperangah dengan skenario yang sedang berjalan di Indonesia yang mayoritasnya muslim.
Bagaimana tidak, kalau dulu di tahun 80-an orang baru mulai kenal dan berani berpacaran pada saat mereka sudah duduk dibangku kuliah. Itupun dengan malu-malu dan tidak vulgar seperti sekarang. Film yang ngetop saat itu berjudul: "Cintaku di Kampus Biru". Saat itu film tersebut merupakan film wajib bagi anak muda. Secara tidak sadar sedikit demi sedikit pola pikir dan akhlaq kita mulai tergerus dengan skenario yang kita tidak tahu siapa dibaliknya. Pelan-pelan pacaran jadi hal yang lumrah bagi mahasiswa.
Menjelang tahun 90-an keadaan mulai bergeser. Film dengan judul: "Gita Cinta dari SMA" laris manis di semua bioskop, baik yang berkelas mapun yang MISBAR ( gerimis bubar ). Dalam waktu beberapa bulan virus pacaran bagi anak SMA sudah menjamur di tanah air tanpa bisa terbendung. Sementara porsi pelajaran agama sedikit demi sedikit mulai berkurang.
Setelah era layar lebar mulai kembang-kempis di tengah maraknya VCD, pelan-pelan targetnya mulai berubah. Layar lebar memang mati suri, tapi sinetron dengan tema percintaan gaya anak-anak SMP marak di awal 2000-an sampai menjelang 2005-an. Tiap hari anak-anak kita dijejali oleh tayangan televisi yang didominasi oleh pacaran anak- anak SMP, dari keluarga berada, sikut teman kanan-kiri dan tentu banyak sumpah serapah yang terlontar saat pacarnya diganggu orang lain.
Tahapan berikutnya akhir-akhir ini banyak sinetron dengan tema percintaan anak-anak SD. Seolah-olah kita "di wajibkan untuk percaya" bahwa pacaran itu boleh dan untuk segala umur. Bahkan secara guyon saya pernah nyeletuk ke istri beberapa tahun yang lalu: "kalau sekarang banyak sinetron percintaan anak SMP, kemungkinan besar kedepan akan ada sinetron percintaan untuk anak SD atau bahkan TK."
Dengan pengaruh yang begitu hebat saat ini tentu akan berpengaruh terhadap pola komunikasi anak-anak kita. Mereka akan merasa bangga kalau sejak usia dini sudah memiliki pacar. Makanya juga tidak heran kalau saat ini anak-anak kita yang mencapai puber pada usia yang sebenarnya dia sendiri belum ngerti. Bahkan di beberapa kasus terdapat anak-anak yang usianya baru mencapai 7 tahun tapi sudah datang bulan. Secara biologis anak sekarang lebih cepat matang dibanding psikologisnya.
Kadang secara tidak sadar kita juga sering memfasilitasi anak-anak kita untuk berinteraksi layaknya orang-orang dewasa. Kita sering merasa bangga kalau semua anak-anak kita sudah memilki handphone yang memilki fasilitas untuk masuk ke jejaring sosial seperti Facebook misalnya. Karena sifat anak-anak yang suka meniru, tentu mereka akan mempelajari juga apa yang dilakukan oleh orang-orang dewasa dalam komunikasi di Facebook. Itulah teknologi, ibarat pisau bermata dua walaupun sisi tumpulnya tidak berbahaya tetap saja harus diawasi siapa pemakainya. Karena kalau pisau itu jatuh ke tangan anak-anak tentu tetap saja berbahaya, karena memang belum mengerti.
Itulah kenapa Islam mengatur batas-batas pergaulan antara laki-laki dan perempuan. Bahkan kalau anak-anak sudah mulai mengerti harus dipisahkan tempat tidurnya kalau kebetulan berlainan jenis walaupun mereka sekandung. Kalau dari kecil mereka sudah terbiasa untuk mengikuti syariat, tentu akan menjadi modal yang kuat pada saat dewasa kelak. Ketertarikan antara laki-laki dan perempuan adalah kodrat-Nya, tetapi harus tetap dalam bingkai syariah yang benar.
Wallahu a’lam bi showab.
M. Jono AG
[email protected]