Tidak mau menerapkan lockdown karena tidak mau menjamin kebutuhan hidup rakyatnya, lantas mengambil opsi darurat sipil, ini mengartikan jika pemerintah memahami dengan baik jika suasana ke depan sangat mungkin terjadi rusuh atau chaos. Rakyat kecil di negeri ini lebih takut ga bisa makan ketimbang takut Corona. Dorongan perut akan menjadikan rakyat yang bertahun-tahun sabar melihat segala dagelan di tingkat atas akan kehabisan kesabaran dan bergerak menjarah apa saja, demi bertahan hidup. Menkopolhukam Mahfud MD sudah memberikan warning soal ini. Kata Mahfud, “Di AS saja orang-orang sudah memborong senjata api…”
Banyak yang memprediksi, jika pemerintah masih saja seperti sekarang, bukan tidak mungkin akan pecah kerusuhan melebihi 1998. Dan pemerintah sudah mengantisipasi hal itu dengan mengambil opsi darurat sipil, yang bisa saja sewaktu-waktu ditingkatkan menjadi darurat militer. Yang jadi pertanyaan nanti apakah tega aparat negara menghadapi rakyatnya sendiri yang sedang lapar? Menghadapi anak dan ibunya sendiri, menghadapi paman dan tantenya, menghadapi keponakan dan calon mertua mungkin?
Mudah-mudahan saja negeri ini tidak menjurus ke arah itu. Mudah-mudahan saja hidayah akan turun ke otak dan hati para pemimpin negeri ini sehingga ke depan Indonesia tidak akan rusuh. Jika rusuh, tidak akan ada yang untung, semuanya buntung. Semoga saja kewarasan masih menjadi panglima di negeri ini, otak yang bersumber dari hati nurani, bukan dengkul. (rizki ridyasmara, rakyat biasa)