Di tengah arus kehidupan yang makin liberal, pengidap HIV/AIDS semakin meningkat setiap tahunnya. Komisi Penanggulangan AIDS Nasional (KPAN) melansir data yang sangat mengejutkan. Dalam jangka waktu enam bulan, jumlah remaja yang terinfeksi HIV/AIDS di Indonesia mengalami lonjakan hingga menembus angka ribuan. Data Kementrian Kesehatan menyebutkan pada 2005-2012, total penderita HIV/AIDSmencapai 86.762 orang. Sebanyak 72% penyebab penularan HIV/AIDS adalah melalui hubungan seks yang tidak aman pada hubungan heteroseksual. Selain itu, survey HIV di wilayah Sosrowijayan Kulon, Yogyakarta, menunjukkan kecenderungan naik dari 6,03% pada tahun 2005 menjadi 12,45% pada tahun 2010.
Solusi pemerintah dalam mengatasi kasus ini pun tak kalah mencengangkan. Bukannya memberi solusi tuntas, pemerintah malah melegalkan seks bebas yang nyata menjadi penyebab utama penularan HIV/AIDS melalui Pekan Kondom Nasional yang akan dilaksanakan pada 1–7 Desember 2013. Kegiatan ini terselenggara atas kerjasama Kementerian Kesehatan bersama perusahaan kondom DKT Indonesia. KPAN yang sejatinya dibentuk untuk meningkatkan upaya pencegahan dan penanggulangan AIDS nyatanya tak mampu membendung perilaku seks bebas dikalangan remaja. Hal ini menambah daftar panjang gambaran masyarakat yang kacau dengan solusi yang ngawur. Akibatnya, alih-alih menurunkan HIV/AIDS, solusi ini justru semakin menciptakan jalan mulus bagi menyebarnya virus tersebut di masyarakat. Dapat dipastikan dengan cara tersebut, jumlah kasus HIV/AIDS akan semakin meningkat. Pasalnya, dengan kondom di tangan berarti seks bebas, narkoba, miras dan berbagai jalan masuk bagi penyebaran HIV/AIDS semakin menjamur.
Pergaulan bebas yang telah menjadi pandangan biasa di tengah masyarakat adalah salah satu akibat dari ide liberalisme (kebebasan) yang lahir dari sekulerisme (pemisahan agama dari kehidupan). Ide ini antara lain terwujud dalam kebebasan berperilaku yang akhirnya melahirkan masyarakat yang hedonis. Akibatnya, negara maju seperti Amerika Serikat dan negara-negara Eropa terancam “the lost generation”. Hal ini disebabkan karena menjamurnya HIV/AIDS di Negara mereka. Sungguh ironis, Indonesia ternyata malah membebek kehidupan liberalisme yang terbukti merusak tersebut. Maka, tidak aneh jika Indonesia mengalami hal serupa.
Walhasil, agar negeri ini tidak semakin terpuruk, negeri ini harus kembali kepada syariah Islam yang dapat dipastikan akan menjadi solusi tuntas bagi penanggulangan masalah HIV/AIDS. Islam telah mengatur tata kehidupan manusia yang terdiri dari laki-laki dan perempuan. Keduanya memiliki potensi yang dapat digunakan untuk saling menopang dalam membangun peradaban masyarakat yang beradab. Islam juga telah menetapkan aturan-aturan yang membolehkan pertemuan antara keduanya, seperti dalam dunia pendidikan, jual beli, kesehatan, dll. dalam batas yang dibenarkan syariah. Dengan demikian, Islam benar-benar telah menutup celah bagi terciptanya pergaulan bebas yang mencampakkan manusia kepada derajat yang lebih rendah dari binatang.
Herliana
Aktivis Muslimah Hizbut Tahrir Indonesia
Wilayah Bandung