Assalamu’alaikum
Saya dan mungkin sebagian besar simpatisan dan kader partai-partai Islam sangat prihatin dengan hiruk pikuk koalisi partai-partai di kubu SBY. Pasalnya, semua partai papan tengah yang ikut di koalisi SBY adalah partai-partai Islam, termasuk PKS.
Buat saya, soal pilihan koalisi mereka ke SBY tidak masalah. Mungkin mudharatnya lebih kecil daripada koalisi dengan kubu capres yang lain. Tapi, ada catatan yang saya ingin ungkapkan dan mudah-mudahan ada jawaban dari pihak yang terkait. Yaitu, perilaku politik para elit partai Islam dalam dinamika penunjukkan cawapres oleh SBY. Dan pelopor mereka adalah PKS.
Saya sebenarnya berharap kalau PKS bisa menjadi lokomotif untuk melakukan koalisi baru dengan mengambil momentum bagus itu untuk membuat koalisi Islam atau apalah namanya. Dari situ, koalisi baru ini mengusung capres dan cawapres wajah baru yang berasal dari partai Islam. Saya yakin, ada peluang mereka bisa menang.
Tapi sayangnya, semua manuver itu, terutama oleh PKS, cuma karena kepentingan kecil. Bukan hal besar seperti arah kebijakan ekonomi lima tahun kedepan, dan lain-lain. Perkara yang diributkan sampai menyedot begitu banyak perhatian publik ternyata tak jauh dari soal kepastian pembagian jatah yang belum diungkapkan langsung oleh SBY.
Saya terus terang kaget ketika di salah satu portal berita online memuat wawancara dengan petinggi PKS yang menjabat sebagai ketua majelis Syuro, Hilmi Aminuddin. Dia mengatakan sesuatu yang bagi saya sangat tabu dan tidak pantas, walaupun itu cuma perumpamaan. Yaitu, ‘Ada duit, ada barang’.
http://inilah.com/berita/politik/2009/05/12/106299/pks-ada-duit-ada-barang/
Saya tidak tahu maksud secara mendalam pribadi petinggi PKS ini. Tapi, dengan pernyataan itu, seolah membuka bahwa selama ini PKS hanya mengejar jatah barang dan uang. Barangnya saya tidak tahu, tapi uangnya mungkin bisa dipahami sebagai kompensasi untuk partai dari SBY.
Saya mohon supaya partai-partai Islam, termasuk PKS bisa melakukan pembenahan secara mendasar. Jangan sampai masyarakat khususnya generasi muda seperti saya, menjadi putus semangat untuk menyongsong kebangkitan Islam di Indonesia ini.
Wassalamu’alaikum
Siti Tasniyatun, Jakarta. ([email protected])