Oleh Asyari Usman
Dalam tulisan terdahulu tentang KPK dan DPR, banyak yang mungkin keliru menyangka seolah-olah KPK tidak bermasalah. Masalah itu ada. Banyak. Saya sepakat dengan komentar bahwa KPK tebang pilih dalam menangani kasus-kasus korupsi. Misalnya, dalam kasus-kasus besar seperti Century, BLBI, Sumber Waras, dll, KPK terlihat “menghindar”.
Setuju bahwa KPK seharusnya menuntaskan kasus-kasus itu. Tidak ada alasan untuk memangkrakkannya.
Tetapi, kita perlu memahami juga bahwa para pimpinan KPK tahu persis di sekitar Century, BLBI, Sumber Waras, dll itu, cukup banyak ranjau maut. Para terduga kasus-kasus itu sudah menyiapkan berbagai cara untuk tidak masuk penjara. Termasuk, sangat mungkin, menyiapkan regu-regu siluman yang tidak mudah dikenali. Tidak mudah diusut.
Inilah situasi yang dihadapi KPK. Penyerangan terhadap Novel Baswedan baru sekadar isyarat kecil dari regu-regu berani mati itu. Diperlukan keberanian dan kekuatan seperti ‘The Terminator” untuk membongkar kasus-kasus yang disebutkan di atas.
Sebab, bakalan banyak orang penting yang akan dipakaikan rompi oranye. Dan orang-orang penting itu bukan sekelas Akil Muchtar. Bukan sekelas Gatot Pujunugroho (mantan gubernur Sumut). Mereka itu bukan orang “helpless” seperti Patrialis Akbar.
Mereka memiliki jejaring regu eksekutor yang siluman. Jejaring yang tidak mudah untuk diungkap. Masih ingat ketika dulu seorang kader senior Golkar yang hanya seorang sipil, bisa mengeluarkan ancaman bunuh kepada seseorag yang menyebut keterlibatan dia di skandal e-KTP. Itu baru orang sipil.
Bayangkan kalau skandal Century dan BLBI yang pasti melibatkan sejumlah orang besar mantan penyandang bintang atau orang besar yang punya jalur khusus ke “death squad” yang tidak bakalan bisa diidentifikasi.
Kalau ada The Terminator di KPK mungkin bisa kita nikmati tontonan yang penuh adegan action. Biasanya Arnold Schwarzenegger selalu menang. Itu pun dia harus babak belur dulu sebelum filmnya berakhir dengan keunggulan pihak yang benar.
Wewenang KPK sesuai dengan UU, memang sangat “terminatingly powerful”. Sangat kuat. Tetapi, jajaran eksekutifnya tidak bernyali seperti The Terminator. Schwarzenegger unggul dalam pertarungan otot dan senjata karena dia, menurut naskah film, disiapkan untuk menghadapi segala kemungkinan.
Agus Rahardjo? Beliau ini dibekali wewenang tertulis tetapi tidak memiliki semangat The Terminator. Pasti banyak perhitungan. Memang hampir pasti beliau akan menjadi pahlawan antikorupsi seandainya “terminated in action”. Tetapi, apakah beliau mau dan siap? Apakah saya dan Anda siap?
Jadi, kalau KPK ingin kita lihat bertindak “lebih kencang” lagi, jajaran pimpinan lembaga ini ada bagusnya diisi oleh orang-orang yang mengerti bagaimama melayani “kekuatan siluman”. Sekarang ini, kata berbagai sumber, sudah ada sejumlah staf KPK yang siap menghadapi semua risiko. Tetapi, mereka bukan pengambil keputusan.
Ada baiknya ditempatkan saja “jenderal gila” di KPK. Cari yang gila tapi bersih. Pasti ada. Dia pasti tahu bagaimana cara untuk selamat. Dia bisa beraksi seperti The Terminator.
Dibuatkan “training ground” (tempat latihan fisik dan mental) untuk staf penyelidik dan penyidik KPK yang juga siap menghadapi teror para koruptor. Siap melawan regu eksekusi siluman. Tetapi mereka tetap bekerja dalam bingkai legalitas yang dimiliki KPK. Tentu bukan main koboi.
Barulah nanti kita saksikan adegan seru dalam film action yang berjudul “The BLBI of the Century”.
Dengan bekal wewenang yang besar, pimpinan KPK yang bermental dan berfisik The Terminator kemungkinan bisa membongkar kasus-kasus ruwet yang sampai sekarang tidak mampu diangkat ke permukaan.
Mengapa saya sampai “berhayal” seperti ini? Karena banyak diantara koruptor uang negara itu adalah perampok-perampok yang siap melakukan apa saja. Karena itu, KPK pun harus dijalankan oleh orang-orang yang siap diajak main apa saja.
(Penulis adalah wartawan senior)