Sulit untuk memahami ada wartawan Kompas tidak bisa membedakan antara marah dan berkelakar. Jelas sekali dalam pidato itu Prabowo bercanda. Bahkan sepanjang ceramah yang berlangsung selama 90 menit, Prabowo lebih banyak bercanda.
Dia meledek sejumlah pihak. Mulai dari Bawaslu sampai intel pemerintah yang selalu menguntitnya kemanapun dia pergi. Prabowo juga meledek pihak-pihak yang mencoba menghalanginya sehingga tidak ada gedung yang bersedia dan berani ditempati untuk menggelar pidatonya.
Prabowo “pemarah” adalah label yang selama ini coba disematkan oleh lawan politik, termasuk media yang mendukung pemerintah. Jadi jelas pemberitaan kompas.com bukan sebuah kesalahan. Apalagi karena kualitas wartawannya yang rendah tak bisa membedakan marah dan bercanda. Dalam jurnalisme, proses itu disebut _framing._
Setelah diprotes, kompas.com akhirnya mengganti artikelnya. Judul dan artikelnya berubah. https://regional.kompas.com/read/2019/03/08/18530641/prabowo-marahi-panitia-pidato-kebangsaan-di-kampus-ukri?utm_campaign=Dlvrit&utm_source=Twitter&utm_medium=Social
Persoalannya tidak selesai sampai disitu. Berita kompas.com sudah telanjur menyebar karena diberitakan juga oleh jaringan tribunnews.com. Anak perusahaan Kompas Gramedia itu memiliki media hampir di seluruh Indonesia.
Berikut beberapa berita yang turun : http://www.tribunnews.com/nasional/2019/03/08/prabowo-marah-ke-panitia-pidato-kebangsaan-nama-adiknya-tak-ada-di-daftar-ucapan-terima-kasih
http://kaltim.tribunnews.com/2019/03/08/capres-prabowo-subianto-marahi-panitia-pidato-kebangsaan-di-sebuah-kampus-kota-bandung
Betapa ngerinya pemlintiran berita tersebut dilakukan oleh sebuah institusi media sebesar Kompas Gramedia Group. Ketika kita membuka google.com dengan kata kunci “Prabowo Marah,” berita-berita tersebut bertengger di atas. Berita-berita itu viral.
Bayangkan betapa besar andil Kompas Gramedia Group menghancurkan citra Prabowo di mata publik. Ketika Prabowo bercanda pun disebut marah.
Seharusnya Tim Prabowo membawa masalah ini ke Dewan Pers, menuntut permintaan maaf, rehabilitasi. Bawa masalahnya ke pengadilan. Tuntut kerugian secara moril maupun materiil. Di tengah masa kampanye, nama baiknya dihancurkan secara sistematis dan terencana.
Sebuah media yang dikelola oleh sekelompok orang-orang yang penuh kebencian dan prasangka, sungguh sangat berbahaya!
*Penulis; Nandang Burhanuddin, Pemerhati Kebijakan Publik
(Sumber)
BEST SELLER BUKU PEKAN INI, INGIN PESAN? SILAHKAN KLIK LINK INI :
https://m.eramuslim.com/resensi-buku/resensi-buku-diponegoro-1825-pre-order-sgera-pesan.htm