Assalaamu ‘alaikum wr. wr.
Redaksi era muslim rohimakumulloh…..
Kami ingin memberikan komentar terhadap tulisan "Kamuflase Umat Kristiani di Indonesia".
Komentar kami tersebut adalah sebagaimana tertulis di bawah ini:
Hemat kami, kalau sekedar mengucapkan/menyebut/menulis kata-kata “Alloh”, “Ya Alloh”, “Alloohumma”, “Bismikalloohumma” dan kata-kata lain yang semisal, biarlah dipakai juga oleh orang-orang kafir baik dari kalangan nasrani (kristen), yahudi, musyrikin, atau yang lain. Alias kita biarkan saja.
Kenapa demikian? Karena jika hanya sebatas mempercayai bahwa Alloh itu ada; Alloh itu Sang Pencipta; Alloh itu Dzat yang mengatur alam semesta ini (termasuk di dalamnya: langit, bumi, semua planet, malaikat, manusia, jin, hewan, tumbuhan, dan sebagainya); Alloh itu Dzat yang memberi penyakit sekaligus yang menyembuhkannya, orang-orang kafirpun banyak yang percaya. Pendek kata, dalam soal rubuubiyyatullooh (tauhid rububiyyah), banyak orang kafir yang mengakui/mengimani.
Contoh mengenai hal ini banyak. Tentang penyebutan kata “Alloh” oleh orang kafir antara lain bisa kita lihat di dalam surah Al-Ankabuut [29] ayat 61:
“Dan sesungguhnya jika kamu tanyakan kepada mereka (orang-orang kafir): ‘Siapakah yang menjadikan langit dan bumi dan yang menundukkan matahari dan bulan?’ Tentu mereka akan menjawab: ‘Alloh’……”
Hal yang semisal dapat kita periksa dalam QS. Al-Ankabuut [29] ayat 63; QS. Luqman [31] ayat 25; QS. Az-Zumar [39] ayat 39; dan QS. Az-Zukhruf [43] ayat 9 & ayat 87.
Tentang penyebutan kata “Alloohumma” (Ya Alloh) oleh orang kafir antara lain bisa kita dapati dalam do‘a Abu Jahal. Yang mana menjelang meletusnya perang Badar Kubra, Abu Jahal berdo’a kepada Alloh begini: “Alloohumma ayyunaa kaana aqtho‘a lir rohimi wa aataanaa bimaa lam na‘rif faftah lahul ghodaata (Ya Alloh, siapa di antara kami (kelompokku atau kelompok Muhammad –pent.) yang lebih memutuskan silaturrahim dan telah mendatangkan agama yang tidak kami kenal, maka timpakanlah kekalahan kepada mereka pagi ini).” (Baca: Kitaab Asbaabun Nuzuul oleh Al-Imam Abul Hasan ‘Ali bin Ahmad Al-Wahidi An-Naisaburi, hlm. 142, terbitan Maktabah At-Turaats Al-Islami – Kairo).
Kemudian tentang penyebutan kata “Bismikalloohumma” (Dengan menyebut asma-Mu, ya Alloh) oleh orang kafir antara lain bisa kita dapati dalam penulisan penjanjian Hudaibiyah. Yang mana, ketika Nabi Muhammad saw. memerintahkan shahabat ‘Ali bin Abi Thalib untuk menuliskan kalimat “Bismillaahir rohmaanir rohiim”, Suhail Bin ‘Amr (wakil pihak kuffar Quraisy) berkata: “Aku tidak mengerti kalimat ini, melainkan tulislah: Bismikalloohumma.” (Baca: Kelengkapan Tarikh Nabi Muhammad saw. oleh KH. Munawwar Chalil, buku keempat, hlm. 148, terbitan PT. Bulan Bintang – Jakarta). Nah, ini menunjukkan bahwa mereka sudah terbiasa mengucapkan kata-kata “Bismikalloohumma”.
Apa yang disebutkan di sini, kiranya cukup sebagai contoh; dan yang belum disebutkan di sini masih banyak. Jadi sekali lagi, dalam hal tauhid rububiyah, banyak orang kafir yang mengakui dan mengimani. Bahkan Iblis saja mengakui bahwa dirinya diciptakan oleh Alloh. Dia berkata sebagaimana disitir dalam QS. Al-A‘roof [7] ayat 12 dan QS. Shood [38] ayat 76: “… Engkau (Alloh) ciptakan aku (Iblis) dari api sedang dia (Adam) Engkau ciptakan dari tanah.” Yang tidak mengakui adanya Alloh hanyalah orang atheis (komunis), dan mereka lebih sesat daripada Iblis. Sebab iblis mengakui bahwa dirinya diciptakan oleh Allah; sementara orang atheis, mengakui adanya Alloh saja tidak!
Selain itu, toh Nabi saw. dulu juga tidak melarang orang-orang kafir dan munafiq untuk mengucapkan kata-kata “Demi Alloh”, “Alloohumma”, “Bismikalloohumma”, dan yang semisalnya. Nah, jika Nabi saw. saja tidak mempermasalahkan, kenapa kita musti mempermasalahkanya?
Hal lain yang perlu kita cermati adalah, bahwa meskipun bahasa Arab itu memang merupakan bahasa Al-Qur’an, bahasa Sunnah Nabi, dan bahasa penduduk surga, dan kita juga sangat dianjurkan untuk mempelajarinya, namun harus kita akui bahwa tidak semua yang berbau arab itu pasti Islami. Abu Jahal, Abu Lahab, dan kawan-kawannya itu dari bangun tidur hingga tidur kembali bahasa yang diucapkannya adalah bahasa arab. Bahkan nama-nama orang munafiq dan kafir di zaman Nabi juga ada yang menggunakan kata-kata yang secara sepintas terkesan “islami”. Seperti ‘Abdulloh bin Ubay, namanya pakai kata ‘Abdulloh, padahal dia itu seorang pentolan kaum munafiqin Madinah. Ada lagi ‘Abdulloh bin Abi Umayyah, namanya juga pakai kata ‘Abdulloh, padahal dia itu salah seorang gembong kuffar Makkah, cs Abu Jahal. Dan sebagainya, dan sebagainya.
Karenanya, hemat kami, tentu tidaklah tepat jika kita melarang orang-orang kafir mengucapkan/menyebut/menulis suatu kata-kata atau istilah, hanya dikarenakan kata-kata atau istilah tersebut semata-mata berasal dari bahasa Arab. Adapun jika orang-orang kafir itu sudah tidak sekedar mengucapkan/menyebut/menulis kata-kata “Alloh”, “Ya Alloh”, “Alloohumma”, “Bismikalloohumma” dan kata-kata lain yang semisal, melainkan sudah melecehkan, menghina, menodai, atau menyerang Islam, maka wajib bagi kita kaum muslimin untuk “bertindak”.
Demikian, semoga yang sedikit ini bisa menjadi pencerahan buat kita semua. Walloohu waliyyut taufiiq wal haadii ilaa sawaa-is sabiil.
Abu Khodijah
Penulis buku The Power Of Ayat Kursi
Jazakamullah atas masukan dan kritikannya