Assalamu`alaikum Wr.Wb,
Tidak terbentuknya koalisi partai islam (PKS, PKB, PAN, PPP) sebagaimana yang diharapkan oleh sebagian Ormas dan gerakan Islam adalah sesuatu yang sangat disayangkan. Tetapi itu adalah suatu realitas politik yang harus disadari oleh ormas dan gerakan Islam itu sendiri, bahwa partai politik itu memiliki peranan yang sangat penting dalam kepemimpinan bangsa. Sekarang yang mencalonkan diri sebagai capres adalah partai-partai yang suaranya mendominasi di pemilu legislatif, yaitu Jusuf Kalla (Golkar)14%, Mega (PDIP)14%, SBY (PD) 20%. Seharusnya partai-partai Islam dengan suara yang menengah (5%-8%), mampu menghantarkan wapres pada kepemimpinan nasional. Tetapi lagi-lagi ini pun gagal, karena kekuatan yang dimiliki partai Islam lemah, selain suaranya tidak signifikan, dukungan dananya pun juga lemah.
Apa yang harus dilakukan?
Partai Islam harus memperlihatkan prestasi di tengah ummat. Untuk mampu menjual di tengah publik, tentu partai Islam harus terlibat dalam pemerintahan agar manfaatnya bisa dirasakan oleh masyarakat Indonesia. Kita telah mengetahui bahwa kesuksesan SBY adalah karena kebijakan pemerintahannya yang memperhatikan rakyat kecil seperti BLT, BOS dan lain-lain. Kebijakan ekonominya sukses, sehingga mampu melewati krisis global. Walaupun sangat jauh kalau kita lihat dari sisi kemandirian bangsa karena masih banyaknya penggunaan utang dalam pemerintahannya dan masih dominannya peran pemilik modal, dengan mandegnya kasus BLBI , serta belum berbicara tentang pengelolaan sumber kekayaan alam yang sebagian besar dikuasai asing.
Gerakan Islam dan Partai Islam
Salah satu kelemahan dari gerakan Islam adalah terlalu banyaknya tuntutan yang dialamatkan kepada pemerintah. Gerakan Islam tidak mencoba berlaku sebagai subyek dalam peran-peran pemerintahan yang sebenarnya bersentuhan dengan masyarakat banyak. Label Islam dalam gerakan dan partai Islam, seperti penegakkan syariat Islam, sangatlah tidak layak jual ditengah masyarakat saat ini, karena regim Suharto selama 30 tahun berkuasa, telah melakukan pembodohan terhadap masyarakat muslim Indonesia. Citra Islam yang ekslusif tak akan mampu meraih dukungan dari mayoritas ummat Islam. Selain itu sebagian gerakan Islam cenderung mengkampanyekan golput karena kekecewaan atas statemen-statemen pemimpin partai politik Islam yang tidak sesuai dengan cara dan pola pikirnya. Oleh karena itu kepemimpinan Islam tak akan pernah bisa diraih hanya dengan carut-marut saling menyalahkan, dan gerakan Islam selamanya hanya menjadi obyek. Lambat laun gerakan Islam akan mengalami kelelahan apabila perjuangannya hanya dilakukan dengan kritikan, yang akhirnya hanya akan memunculkan kritikan-kritikan yang emosional, destruktif dan tidak logis. Sehingga masyarakat akan bersikap apatis terhadap kepemimpinan Islam.
Bagaimana seharusnya?
Partai Islam, harus segera bergerak sebagai partai yang mengayomi seluruh komponen bangsa, cepat dalam pelayanan, rendah hati dan suka menolong. Jangan terjebak pada idiom-idiom yang justru meruntuhkan partai itu sendiri, seperti penegakkan syariat Islam, tetapi tak ada bukti yang konkret yang bisa dirasakan langsung oleh masyarakat, apalagi hanya sekedar wacana. Bukti yang konkret disini adalah bagaimana terwujudnya moralitas bangsa yang baik, hapusnya korupsi di bumi Indonesia, hapusnya pornografi, terpeliharanya bank-bank Islam dengan dukungan kebijakan pemerintahan, dan terciptanya kesejahteraan rakyat. Partai Islam jangan terjebak dalam slogan syariat Islam dalam setiap kampanyenya, karena meskipun 80% lebih mayoritas bangsa Indonesia itu muslim, tetapi sebagian besar masyarakat Indonesia mencibir atas gagasan tersebut karena ketidakpahamannya.
Partai-partai Islam harus merujuk kepada cara-cara pendekatan ilmiah dan elegan dalam pengambilan keputusan, yang berarti harus benar-benar mempelajari sosio-kultur sebuah masyarakat, sehingga partai Islam mampu mengenali masyarakatnya sebagaimana orang tua mengenal anaknya.
Wassalamu`alaikum Wr.Wb
Uyi Sulaeman ([email protected])