Seperti biasanya, hari itu sebanyak 17 orang anak-anak mereka akan di khitan. Orang tua anak-anak itu begitu semangat, semangat persaudaraan mereka, benar-benar di bangun atas persamaan aqidah. Semangat ukhuwah itu, terimplementasi dalam kebersamaan mereka, mereka mendampingi anak-anaknya, berbondong-bondong mendatangi rumah Imam Masjid, tempat khitanan massal yang di selenggarakan Yayasan Al-Amin Watu Lendo Siru. Hanya satu harapan yang terlintas dalam benak orang tua itu, agar kelak anak-anak mereka menjadi anak yang sholih dan sholihah, mereka terus berharap, agar di kemudian hari anak-anak mereka menjadi anak-anak yang berbakti kepada orang tua, serta berpegang teguh kepada aqidah Islam.
Anak-anak itu begitu antusias untuk di khitan. Mereka mungkin baru tahu, kalau khitan adalah salah satu ajaran Islam tentang kebersihan. Mereka begitu lugu, senyumnya pun begitu tulus. Tatapan matanya seolah memberi isyarat, bahwa ada kemauan yang kuat, tekat yang membaja, yang tertanam dalam jiwanya untuk belajar tentang Islam. Mereka adalah generasi penerus Islam, di tangan merekalah masa depan Islam. Di tangan merekalah kepemimpin umat akan terwariskan, di pundak merekalah amanah dakwah kelak akan teremban. Jika ingin melihat masa depan Islam di daerah itu, lihatlah mereka saat ini.
Saat ini kondisi mereka sangat memprihatinkan, di sekolah mereka tidak mendapatkan pengetahuan tentang Islam, di sekolah mereka tidak ada guru yang beragama Islam yang mengajarkan mereka pelajaran agama Islam, sehingga pelajaran Agama yang mereka terima pun pelajaran agama katolik, mereka di jejali dan di doktrin dengan ajaran yang bukan agamanya. Dan pada saat yang sama di rumah-rumah mereka tidak di ajarkan tentang Islam ataupun mengaji. Orang tua mereka bukannya tidak ingin anak-anak mereka pintar agama ataupun pandai mengaji. Akan tetapi kondisi ini, lebih di sebabkan karena memang orang tua anak-anak itu, tidak bisa mengaji, serta belum memahami Islam dengan benar. Sebenarnya anak-anak itu teramat pintar, mereka ingin melanjutkan pendidikannya ke tingkat Tsanawiyah, namun kondisi ekonomi keluarga tidak memungkinkan mereka untuk melanjutkan pendidikannya. Sehingga rata-rata anak-anak itu hanya tamat SD.
Ada sekitar puluhan anak-anak Usia SD di Desa Lale Kecamatan Welak, Kabupaten Manggarai Barat tidak mendapat pengetahuan tentang Islam. Mereka tumbuh dan berkembang di pusaran kristenisasi. Tidak ada jaminan yang kuat, bahwa di kemudian hari anak-anak itu, masih bertahan di atas aqidah Islam. Toh, beberapa di antara mereka sudah ada yang murtad. Masih adakah da’i dan da’iyah yang siap membina mereka ? masih adakah para dermawan yang membiayai pendidikan mereka?. Sebab, hanya dengan pembinaan yang intensif, mereka akan selamat dari kristenisasi, yang terus gencar di lakukan oleh misionaris. Dan hanya jalan pendidikanlah yang dapat mengangkat mereka dari kubangan kebodohan.
Oleh : Sumardi, S.Pd
Ketua Yayasan al-Amin Watu Lendo Siru
Kecamatan Lembor Kabupaten Manggarai Barat
Flores – Nusa Tenggara Timur
CP. 085239223012