KEPADA METRO TV
Surat terbuka ini saya tunjukkan kepada PEMIMPIN METRO TV DAN PEMILIK PERUSAHAAN METRO TV……..
Bapak dan Ibu yang saya hormati
Masih ingatkah pada Tahun 2005 ketika Mutia Hafidz reporter dan Budiyanto cameraman kalian tertangkap oleh Mujahid Iraq Jaish Al Mujahidin ….. Mereka melepaskan karyawan kalian karena bantuan dari ustadz Abu Bakar Ba’asyir….
Dan hari ini Ustadz Abu berada di ruang isolasi….. Di penjara NK dan atas nama kemanusiaan bukan sebagai terorist atau sebagai penggagas
Tidak kah METRO TV ingin membalas jasa kepada beliu yang sudah menyelamatkan dua nyawa karyawan kalian
Hari ini tubuh ringkih dan tua itu berada di ruang isolasi yang sempit dan pengap tidak ada akses matahari
Tidakah kalian ingin bembalas kebaikan atas dua nyawa yang telah beliau selamatkan
BAPAK IBU DI METRO TV
Saya bicara atas nama Hak asasi manusia bukankah di Indonesia juga ada hukum yg tetap melindungi hak manusia
Dengan ini saya berniat menagih jasa Ustadz Abu Bakar Ba’asyir yang telah menyelamatkan MUTIA HAFIDZ DAN BUDIANTO dari tangan Mujahidin Jaish Al Mujahidin
Agar kalian meminta tolong kepada pihak Penjara Indonesia agar memberikan ruang dan tempat yang layak untuk Ustadz Abu Bakar Ba’asyir
Beliau bukan laki-laki yang berotot yang mampu membobol tembok NK jadi sudilah kalian membalas atas apa yang telah ustad Abu Bakar Basyir lakukan untuk kedua karyawan kalian
DAN UNTUK MUTIA HAFIDZ JUGA BUDIANTO….
Hari ini nyawa kalian masih berada di badan kalian sehingga kalian masih bisa menikmati hari ini dengan segala aktifitas kalian
Ingatlah kalian akan apa yg sudah Ustad Abu Bakar Ba’asyir lakukan untuk menyelamatkan kalian
Maka hari ini bayarlah dengan perjuangkan hak beliau agar bisa di bebaskan dari ruang isolasi…..
Sebelum kalian menyesal pada akhirnya…..
Terimakasih dan cukup sekian DARI SAYA YANG MENGHARGAI HAK ASASI MANUSIA.
INDAH AYU PUTRI DIENG
Dieng 9 April 2016
____
Dua tahun pasca agresi militer Amerika Serikat atas Irak meletus, wartawan Metro TV, Meutya Hafid dan kamerawan Budiyanto melakukan peliputan ke daerah konflik. Tanpa diduga, mereka disandera oleh mujahidin yang menamakan diri Jaisyul Mujahidin di Irak, sejak 15 Februari 2005.
Tahukah kita, siapa diantara tokoh yang turut serta mengupayakan pembebasan kedua WNI tersebut? Salah satunya adalah Ustadz Abu Bakar Ba’asyir.
Meutya Hafid sendiri dalam buku yang ditulisnya, berjudul “168 Jam dalam Sandera, Memoar Seorang Jurnalis Indonesia yang disandera di Irak” mengabadikan goresan pena Ustadz Abu Bakar Ba’asyir di buku tersebut.
Media massa pun ikut mempublikasikan ucapan terima kasih pihak keluarga Meutya Hafid yang disampaikan ibundanya, Metty Hafid.
Ustadz Abdul Rochim Ba’asyir, putra bungsu Ustadz Ba’asyir, membenarkan hal tersebut. Ia pun kagum dengan ayahandanya yang begitu ikhlas membantu sesama.
Ia menceritakan, saat itu Ustadz Abu Bakar Ba’asyir diminta untuk memberikan imbauan agar para mujahidin di Irak, membebaskan dua wartawan Metro TV, Meutya Hafid dan Budiyanto.
(ts/panjimas)