Musibah yang menimpa manusia sebenarnya adalah karena dosa dan maksiat yang mereka perbuat.
Kesyirikan merajalela di mana-mana, bahkan seolah digalakkan pula demi meraih secuil dunia dengan dalih macam-macam. Lihat saja betapa banyaknya orang yang mondar-mandir sana-sini untuk ngalap berkah ke tempat-tempat yang dikeramatkan, padahal tidak sesuai tuntunan Islam. Namun itu seakan digalakkan oleh sebagian pemuka agama dan penguasa-penguasa daerah. Perdukunan dengan uba rampenya (tetek bengeknya) pun semarak di mana-mana dan diikuti. Ada yang memakai jimat untuk memperlancar bisnis dan karir, mendatangi kubur para wali untuk dijadikan perantara dalam berdoa, bahkan mungkin ada yang meminta kepada isi kubur agar lancar rejeki dan jodohnya. Ini bukan cari berkah tetapi justru mencari jalan penghancur iman.
Ada yang mengada-adakan ritual-ritual yang tidak dituntunkan dalam syari’at Allah Ta’ala. Padahal yang berhak membuat ritual (syari’at ibadah) itu hanya Allah Ta’ala dan hanya untuk Allah Ta’ala. Namun manusia ini tidak sedikit yang lancang, hingga menjerumuskan sejumlah banyak manusia. Lalu mereka para pembuat dan pengamal ritual bikinan itu berkongkalikong dengan para penguasa setempat hingga bertambah-tambah saja kelangsungannya. Karena yang satu agar ritual sesatnya tidak dilarang oleh penguasa, sedang pihak penguasa atau yang mencalonkan diri serta ingin melanjutkan kekuasaannya menginginkan dukungan massa dari kelompok sesat-sesat itu. Maka terjadilah persekongkolan di atas kesesatan. Bahkan kini diracang RUU yang akan melindung model-model kesesatan semacam ini, tetapi atas nama RUU Pelindungan Umat Beragama. Ini lebih buruk dibading membuat program atas nama anti virus namun dimaksudkan untuk melindungi virus. Membuat RUU Perlindungan Umat Beragama namun ditujukan untuk melindungi yang sesat-sesat seperti Syiah, Ahmadiyah, LDII, Bahai, Inkar Sunnah dan sebagainya agar tetap dibolehkan untuk mengamalkan kesesatannya. (Padahal tentunya pasti merusak agama yang murni yang seharusnya dilindungi). Sedangkan UU tentang Penodaan Agama yang dimaksudkan untuk melindungi agama justru mereka upayakan untuk dihapus. Betapa mengerikannya lakon manusia-manusia perusak namun mengaku pembangun di dunia ini. Dan itu jelas beresiko mendatangkan murka Allah Ta’ala, dan meresahkn Umat Islam.
Lebih dari itu, ketika manusia ini diingatkan dengan kejadian datangnya bencana pun kemudian belum tentu mereka mau ingat, belum tentu mengakui bahwa datangnya bencana itu akibat perbuatan salah dan berdosa. Sehingga begitu bencana menimpa, sebagian manusia justu menebalkan praktek kemusyrikannya. Misalnya mengundang dukun untuk larung atau labuh sesaji, menyembelih binatang untuk tumbal dengan aneka kemusyrikannya. Lebih memalukan lagi, air bekas cuci kaki orang yang dianggap sukses hidupnya pun dijadikan rebutan untuk dialap berkahnya. Na’udzubillahi min dzalik.
Berita memilukan bagi yang prihatin akan rusaknya akidah umat pun muncul bahwa karena Dianggap Bawa Berkah, Warga Berebut Air Sisa Cuci Tangan Jokowi. Itu terjadi di tempat bencana longsor di Banjarnegara Jawa Tengah pertengahan Desember 2014. Di antara alasannya: “Buat barokah. Ini kan tadi sudah dipakai Presiden. Siapa tahu nasib berubah,” kata di antara pelakunya. Na’udzubillahi min dzalik, kami berlindung dari hal yang demikian. (nahimunkar.com on 15 December 2014).
Kisah kaum-kaum durhaka yang diadzab dengan bencana
Ingatlah, sebenarnya sudah sejak zaman dulu, bencana dan bala’ datang menimpa manusia itu memang akibat dari dosa-dosa manusia. Sebagaimana umat Nabi-nabi terdahulu yang mereka itu menentang agama Allah bahkan musyrik, maka diadzab dengan dituruni bencana. Bagaimana hancurnya kaum Nabi Nuh ‘alaihissalam yang diadzab dengan banjir besar, telah dikisahkan dalam Al-Qur’an.
Salah satu surat dalam Alquran yang paling banyak mengisahkan tentang bencana adalah di surat Az-Zariyat, khususnya mulai ayat 31 sampai ayat 46, yang menceritakan secara runut tentang bencana yang menimpa kaum lima nabi terdahulu.
Umat Nabi Nuh ditenggalamkan dengan air bah
Umat Nabi Luth (Kaum Sodom) dibinasakan dengan batu ‘api neraka’ dan buminya dibalik (bagian atas ke bawah)
Umat Nabi Musa (Fir’aun dan pengikutnya) dibinasakan dalam laut
Umat Nabi Hud (Kaum ‘Ad) dibinasakan dengan angin topan
Umat Nabi Shaleh (Kaum Tsamud) dibinasakan dengan petir
“Seluruh kaum itu punah tak bersisa. Jika tidak ada kisah dalam Alquran, kita tentu tidak akan tahu bahwa bencana besar itu pernah terjadi, karena tidak ada catatan lain selain dalam Kitab Allah, terutama yang paling lengkap di dalam Alquran,” kata Mulyadi Nurdin Lc (ustadz di Aceh) (lihat Kisah Bencana Dalam Al-Qur’an dan Manuskrip, Herman Syah, Thursday, April 19, 2012 facebook.com/ipmstm/).
Ayat-ayat tentang bencana akibat dosa-dosa manusia itu mari kita simak:
{قَالَ فَمَا خَطْبُكُمْ أَيُّهَا الْمُرْسَلُونَ (31) قَالُوا إِنَّا أُرْسِلْنَا إِلَى قَوْمٍ مُجْرِمِينَ (32) لِنُرْسِلَ عَلَيْهِمْ حِجَارَةً مِنْ طِينٍ (33) مُسَوَّمَةً عِنْدَ رَبِّكَ لِلْمُسْرِفِينَ (34) فَأَخْرَجْنَا مَنْ كَانَ فِيهَا مِنَ الْمُؤْمِنِينَ (35) فَمَا وَجَدْنَا فِيهَا غَيْرَ بَيْتٍ مِنَ الْمُسْلِمِينَ (36) وَتَرَكْنَا فِيهَا آيَةً لِلَّذِينَ يَخَافُونَ الْعَذَابَ الْأَلِيمَ (37) وَفِي مُوسَى إِذْ أَرْسَلْنَاهُ إِلَى فِرْعَوْنَ بِسُلْطَانٍ مُبِينٍ (38) فَتَوَلَّى بِرُكْنِهِ وَقَالَ سَاحِرٌ أَوْ مَجْنُونٌ (39) فَأَخَذْنَاهُ وَجُنُودَهُ فَنَبَذْنَاهُمْ فِي الْيَمِّ وَهُوَ مُلِيمٌ (40) وَفِي عَادٍ إِذْ أَرْسَلْنَا عَلَيْهِمُ الرِّيحَ الْعَقِيمَ (41) مَا تَذَرُ مِنْ شَيْءٍ أَتَتْ عَلَيْهِ إِلَّا جَعَلَتْهُ كَالرَّمِيمِ (42) وَفِي ثَمُودَ إِذْ قِيلَ لَهُمْ تَمَتَّعُوا حَتَّى حِينٍ (43) فَعَتَوْا عَنْ أَمْرِ رَبِّهِمْ فَأَخَذَتْهُمُ الصَّاعِقَةُ وَهُمْ يَنْظُرُونَ (44) فَمَا اسْتَطَاعُوا مِنْ قِيَامٍ وَمَا كَانُوا مُنْتَصِرِينَ (45) وَقَوْمَ نُوحٍ مِنْ قَبْلُ إِنَّهُمْ كَانُوا قَوْمًا فَاسِقِينَ (46)} [الذاريات: 31 – 46]
- Ibrahim bertanya: “Apakah urusanmu hai para utusan?
- Mereka menjawab: “Sesungguhnya kami diutus kepada kaum yang berdosa (kaum Luth)
- agar kami timpakan kepada mereka batu-batu dari tanah
- yang ditandai di sisi Tuhanmu untuk membinasakan orang-orang yang melampaui batas”
- Lalu Kami keluarkan orang-orang yang beriman yang berada di negeri kaum Luth itu
- Dan Kami tidak mendapati negeri itu, kecuali sebuah rumah dari orang yang berserah diri
- Dan Kami tinggalkan pada negeri itu suatu tanda bagi orang-orang yang takut kepada siksa yang pedih
- Dan juga pada Musa (terdapat tanda-tanda kekuasaan Allah) ketika Kami mengutusnya kepada Fir´aun dengan membawa mukjizat yang nyata
- Maka dia (Fir´aun) berpaling (dari iman) bersama tentaranya dan berkata: “Dia adalah seorang tukang sihir atau seorang gila”
- Maka Kami siksa dia dan tentaranya lalu Kami lemparkan mereka ke dalam laut, sedang dia melakukan pekerjaan yang tercela
- Dan juga pada (kisah) Aad ketika Kami kirimkan kepada mereka angin yang membinasakan
- angin itu tidak membiarkan satupun yang dilaluinya, melainkan dijadikannya seperti serbuk
- Dan pada (kisah) kaum Tsamud ketika dikatakan kepada mereka: “Bersenang-senanglah kalian sampai suatu waktu”
- Maka mereka berlaku angkuh terhadap perintah Tuhannya, lalu mereka disambar petir dan mereka melihatnya
- Maka mereka sekali-kali tidak dapat bangun dan tidak pula mendapat pertolongan
- dan (Kami membinasakan) kaum Nuh sebelum itu. Sesungguhnya mereka adalah kaum yang fasik
[Adh Dhariyat,31-46]
Telah jelas peringatan dari Allah Ta’ala seperti itu. Makanya Ali bin Abi Tholib radhiyallahu ‘anhu berkata:
مَا نُزِّلَ بَلاَءٌ إِلاَّ بِذَنْبٍ وَلاَ رُفِعَ بَلاَءٌ إِلاَّ بِتَوْبَةٍ
“Tidaklah musibah tersebut turun melainkan karena dosa. Oleh karena itu, tidaklah bisa musibah tersebut hilang melainkan dengan taubat.” (Al Jawabul Kaafi, 74)
Perkataan ‘Ali –radhiyallahu ‘anhu- di sini selaras dengan firman Allah Ta’ala,
وَمَا أَصَابَكُمْ مِنْ مُصِيبَةٍ فَبِمَا كَسَبَتْ أَيْدِيكُمْ
“Dan apa saja musibah yang menimpa kamu maka adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahanmu).” (QS. Asy Syuraa: 30). (Tidaklah Bencana Turun Melainkan Karena Dosa, panjimas.com, Senin, 22 Shafar 1436H / December 15, 2014).
Kejelasan bencana itu memang akibat dosa, hingga di dalam hadits ada bencana-bencana tertentu akibat perbuatan dosa tertentu.
Shahabat Ibnu ’Umar bin al-Khaththab radhiyallahu ‘anhu berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menghadap ke arah kami dan bersabda:
“يَا مَعْشَرَ الْمُهَاجِرِينَ، خَمْسٌ إِذَا ابْتُلِيتُمْ بِهِنَّ، وَأَعُوذُ بِاللَّهِ أَنْ تُدْرِكُوهُنَّ:
لَمْ تَظْهَرْ الْفَاحِشَةُ فِي قَوْمٍ قَطُّ حَتَّى يُعْلِنُوا بِهَا، إِلَّا فَشَا فِيهِمُ الطَّاعُونُ وَالْأَوْجَاعُ الَّتِي لَمْ تَكُنْ مَضَتْ فِي أَسْلَافِهِمْ الَّذِينَ مَضَوْا. وَلَمْ يَنْقُصُوا الْمِكْيَالَ وَالْمِيزَانَ، إِلَّا أُخِذُوا بِالسِّنِينَ وَشِدَّةِ الْمَؤونَةِ وَجَوْرِ السُّلْطَانِ عَلَيْهِمْ.
وَلَمْ يَمْنَعُوا زَكَاةَ أَمْوَالِهِمْ، إِلَّا مُنِعُوا الْقَطْرَ مِنْ السَّمَاءِ، وَلَوْلَا الْبَهَائِمُ لَمْ يُمْطَرُوا.
وَلَمْ يَنْقُضُوا عَهْدَ اللَّهِ وَعَهْدَ رَسُولِهِ، إِلَّا سَلَّطَ اللَّهُ عَلَيْهِمْ عَدُوًّا مِنْ غَيْرِهِمْ، فَأَخَذُوا بَعْضَ مَا فِي أَيْدِيهِمْ.
وَمَا لَمْ تَحْكُمْ أَئِمَّتُهُمْ بِكِتَابِ اللَّهِ وَيَتَخَيَّرُوا مِمَّا أَنْزَلَ اللَّهُ، إِلَّا جَعَلَ اللَّهُ بَأْسَهُمْ بَيْنَهُمْ”
”Wahai sekalian kaum Muhajirin, ada lima hal yang jika kalian terjatuh ke dalamnya –dan aku berlindung kepada Allah supaya kalian tidak menjumpainya- (1)Tidaklah nampak zina di suatu kaum, sehingga dilakukan secara terang-terangan kecuali akan tersebar di tengah-tengah mereka tha’un (wabah) dan penyakit-penyakit yang tidak pernah menjangkiti generasi sebelumnya,(2)Tidaklah mereka mengurangi takaran dan timbangan kecuali akan ditimpa paceklik, susahnya penghidupan dan kezaliman penguasa atas mereka. (3) Tidaklah mereka menahan zakat (tidak membayarnya) kecuali hujan dari langit akan ditahan dari mereka (hujan tidak turun), dan sekiranya bukan karena hewan-hewan, niscaya manusia tidak akan diberi hujan. (4)Tidaklah mereka melanggar perjanjian mereka dengan Allah dan Rasul-Nya, kecuali Allah akan menjadikan musuh mereka (dari kalangan selain mereka; orang kafir) berkuasa atas mereka, lalu musuh tersebut mengambil sebagian apa yang mereka miliki(5) Dan selama pemimpin-pemimpin mereka (kaum muslimin) tidak berhukum dengan Kitabullah (al-Qur’an) dan mengambil yang terbaik dari apa-apa yang diturunkan oleh Allah (syariat Islam), melainkan Allah akan menjadikan permusuhan di antara mereka.” (HR. Ibnu Majah dan Al-Hakim dengan sanad shahih).”
Derajat Hadits
Hadits ini diriwayatkan oleh Ibnu Majah (2/1332 no 4019), Abu Nu’aim (8/333), al-Hakim (no. 8623) dan Dishahihkan oleh Syaikh al Albani dalam ash-Shahihah no. 106) (lihat alsofwah.or.id).
Bagaimana apabila pelopor dosa-dosa itu justru para pemimpin
Bagaimana pula apabila yang mempelopori dosa-dosa itu justru para pemimpin dan kaum elitnya, atau orang-orang terkemuka namun sejatinya jahat?
Pertanyaan ini seakan menampar suatu keadaan. Yang seharusnya jadi contoh kebaikan justru sebaliknya. Yang seharusnya jadi panutan dalam agama, justru sebaliknya dan sebagainya.
Marilah kita simak perkataan Umar bin Khatthab.
Diriwayatkan dari Ziyad bin Hudair, ia berkata: Umar bin al-Khathab pernah berkata kepadaku,
هَلْ تَعْرِفُ مَا يَهْدِمُ الإِسْلاَمَ؟ قَالَ قُلْتُ : لاَ. قَالَ : يَهْدِمُهُ زَلَّةُ الْعَالِمِ وَجِدَالُ الْمُنَافِقِ بِالْكِتَابِ وَحُكْمُ الأَئِمَّةِ الْمُضِلِّينَ
“Tahukah engkau apa yang menghancurkan Islam?” Ia (Ziyad) berkata, aku menjawab, “Tidak tahu.” Umar berkata, “Yang menghancurkan Islam adalah penyimpangan orang berilmu, bantahan orang munafik terhadap Al-Qur’an, dan hukum (keputusan) para pemimpin yang menyesatkan.” (Riwayat Ad-Darimi, dan berkata Syaikh Husain Asad: isnadnya shahih).
Kaum Muslimin rahimakumullah, tiga jenis manusia perusak Islam itu bukankah kini mudah dilihat di mana-mana bahkan ada di tempat-tempat terpenting di negeri ini. Padahal satu jenis manusia perusak dan jumlahnya tidak begitu banyak pun dalam sejarahnya telah mengakibatkan turunnya adzab sangat dahsyat. Allah Ta’ala berfirman:
{وَلَقَدْ أَرْسَلْنَا إِلَى ثَمُودَ أَخَاهُمْ صَالِحًا أَنِ اعْبُدُوا اللَّهَ فَإِذَا هُمْ فَرِيقَانِ يَخْتَصِمُونَ (45) قَالَ يَا قَوْمِ لِمَ تَسْتَعْجِلُونَ بِالسَّيِّئَةِ قَبْلَ الْحَسَنَةِ لَوْلَا تَسْتَغْفِرُونَ اللَّهَ لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُونَ (46) قَالُوا اطَّيَّرْنَا بِكَ وَبِمَنْ مَعَكَ قَالَ طَائِرُكُمْ عِنْدَ اللَّهِ بَلْ أَنْتُمْ قَوْمٌ تُفْتَنُونَ (47) وَكَانَ فِي الْمَدِينَةِ تِسْعَةُ رَهْطٍ يُفْسِدُونَ فِي الْأَرْضِ وَلَا يُصْلِحُونَ (48) قَالُوا تَقَاسَمُوا بِاللَّهِ لَنُبَيِّتَنَّهُ وَأَهْلَهُ ثُمَّ لَنَقُولَنَّ لِوَلِيِّهِ مَا شَهِدْنَا مَهْلِكَ أَهْلِهِ وَإِنَّا لَصَادِقُونَ (49) وَمَكَرُوا مَكْرًا وَمَكَرْنَا مَكْرًا وَهُمْ لَا يَشْعُرُونَ (50) فَانْظُرْ كَيْفَ كَانَ عَاقِبَةُ مَكْرِهِمْ أَنَّا دَمَّرْنَاهُمْ وَقَوْمَهُمْ أَجْمَعِينَ (51) فَتِلْكَ بُيُوتُهُمْ خَاوِيَةً بِمَا ظَلَمُوا إِنَّ فِي ذَلِكَ لَآيَةً لِقَوْمٍ يَعْلَمُونَ (52) وَأَنْجَيْنَا الَّذِينَ آمَنُوا وَكَانُوا يَتَّقُونَ } [النمل: 45 – 53]
- Dan sesungguhnya Kami telah mengutus kepada (kaum) Tsamud saudara mereka Shaleh (yang berseru): “Sembahlah Allah”. Tetapi tiba-tiba mereka (jadi) dua golongan yang bermusuhan
- Dia berkata: “Hai kaumku mengapa kamu minta disegerakan keburukan sebelum (kamu minta) kebaikan? Hendaklah kamu meminta ampun kepada Allah, agar kamu mendapat rahmat”
- Mereka menjawab: “Kami mendapat nasib yang malang, disebabkan kamu dan orang-orang yang besertamu”. Shaleh berkata: “Nasibmu ada pada sisi Allah, (bukan kami yang menjadi sebab), tetapi kamu kaum yang diuji”
- Dan adalah di kota itu sembilan orang laki-laki yang membuat kerusakan di muka bumi, dan mereka tidak berbuat kebaikan
- Mereka berkata: “Bersumpahlah kamu dengan nama Allah, bahwa kita sungguh-sungguh akan menyerangnya dengan tiba-tiba beserta keluarganya di malam hari, kemudian kita katakan kepada warisnya (bahwa) kita tidak menyaksikan kematian keluarganya itu, dan sesungguhnya kita adalah orang-orang yang benar”
- Dan merekapun merencanakan makar dengan sungguh-sungguh dan Kami merencanakan makar (pula), sedang mereka tidak menyadari
- Maka perhatikanlah betapa sesungguhnya akibat makar mereka itu, bahwasanya Kami membinasakan mereka dan kaum mereka semuanya
- Maka itulah rumah-rumah mereka dalam keadaan runtuh disebabkan kezaliman mereka. Sesungguhnya pada yang demikian itu (terdapat) pelajaran bagi kaum yang mengetahui
- Dan telah Kami selamatkan orang-orang yang beriman dan mereka itu selalu bertakwa [An Naml,45-53]
Itulah, 9 orang jahat saja mengkibatkan adzab yang dahsyat. Allah menyebutkan: Dan adalah di kota itu sembilan orang laki-laki yang membuat kerusakan di muka bumi, dan mereka tidak berbuat kebaikan.
Pertanyaan tersebut di atas masih tersisa, yaitu mengenai apabila yang mempelopori dosa-dosa itu justru para pemimpin dan kaum elitnya, atau orang-orang terkemuka namun sejatinya jahat. Allah Ta’ala berfirman dalam Al-Qur’an, mengancam dengan tegas:
{وَإِذَا أَرَدْنَا أَنْ نُهْلِكَ قَرْيَةً أَمَرْنَا مُتْرَفِيهَا فَفَسَقُوا فِيهَا فَحَقَّ عَلَيْهَا الْقَوْلُ فَدَمَّرْنَاهَا تَدْمِيرًا (16) وَكَمْ أَهْلَكْنَا مِنَ الْقُرُونِ مِنْ بَعْدِ نُوحٍ وَكَفَى بِرَبِّكَ بِذُنُوبِ عِبَادِهِ خَبِيرًا بَصِيرًا } [الإسراء: 16، 17]
- Dan jika Kami hendak membinasakan suatu negeri, maka Kami perintahkan kepada orang-orang yang hidup mewah di negeri itu (supaya mentaati Allah) tetapi mereka melakukan kedurhakaan dalam negeri itu, maka sudah sepantasnya berlaku terhadapnya perkataan (ketentuan Kami), kemudian Kami hancurkan negeri itu sehancur-hancurnya
- Dan berapa banyaknya kaum sesudah Nuh telah Kami binasakan. Dan cukuplah Tuhanmu Maha Mengetahui lagi Maha Melihat dosa hamba-hamba-Nya [Al Isra”,16-17]
Kalau terjadi demikian, sebenarnya yang manjadikan datangnya adzab itu adalah tingkah laku dosa manusia-manusia itu sendiri. Karena Allah tidak zalim.
{فَلَوْلَا كَانَ مِنَ الْقُرُونِ مِنْ قَبْلِكُمْ أُولُو بَقِيَّةٍ يَنْهَوْنَ عَنِ الْفَسَادِ فِي الْأَرْضِ إِلَّا قَلِيلًا مِمَّنْ أَنْجَيْنَا مِنْهُمْ وَاتَّبَعَ الَّذِينَ ظَلَمُوا مَا أُتْرِفُوا فِيهِ وَكَانُوا مُجْرِمِينَ (116) وَمَا كَانَ رَبُّكَ لِيُهْلِكَ الْقُرَى بِظُلْمٍ وَأَهْلُهَا مُصْلِحُونَ (117) } [هود: 116، 117]
- Maka mengapa tidak ada dari umat-umat yang sebelum kamu orang-orang yang mempunyai keutamaan yang melarang daripada (mengerjakan) kerusakan di muka bumi, kecuali sebahagian kecil di antara orang-orang yang telah Kami selamatkan di antara mereka, dan orang-orang yang zalim hanya mementingkan kenikmatan yang mewah yang ada pada mereka, dan mereka adalah orang-orang yang berdosa
- Dan Tuhanmu sekali-kali tidak akan membinasakan negeri-negeri secara zalim, sedang penduduknya orang-orang yang berbuat kebaikan [Hud,116-117]
Semoga adanya peringatan dari Allah Ta’ala berupa bencana dan telah dijelaskannya ayat-ayat dan hadits ini menjadi peringatan bagi manusia agar benar-benar kembali ke tuntunan Allah Ta’ala, bertaubat, dan menjalani hidup dengan taat hingga benar-benar menjadi orang yang bertaqwa dengan sebenar-benar taqwa. Aamiin ya Rabbal ‘aalamiin.
Jakarta, Shafar 1436H/ Desember 2014