Kemana Suaramu Wahai Murabbi?

Eramuslim.com – Wahai Murabbi, kemana suaramu? Sudahkah engkau mendengar ada enam pemuda belia yang dekat dengan al-Qur’an ditembak mati. Mereka melindungi ulama. Ini terjadi di Indonesia, bukan di Palestina, atau di Xinjiang, atau di Kashmir.

Wahai Murabbi, dulu, ketika jihad Bosnia bergelora, engkau bilang kepada kami, dengan berapi-api, agar kami merasakan penderitaan Muslim Bosnia yang dibantai orang-orang Serbia. “Umat Islam bagai satu tubuh, satu bangunan, ketika satu bagian disakiti, maka agian lainnya pun akan merasa sakit!”

Itu katamu, dulu…

Sekarang, engkau sama sekali tak bersuara sepatah kata pun. Berbelasungkawa saja tidak. Apakah engkau sudah tidak bisa berbicara? Bisu? Atau malah jadi penakut?

Dulu, engkau juga mengajarkan kami agar selain berlatih ruhiyah dan fikrah, kami juga harus berlatih fisik, berkemah dan lintas alam, berolahraga, agar fisik kami prima dan kuat. Tapi kenapa sekarang kalian yang sudah nyaman dan punya kekuasaan, walau terbatas, perutnya malah jadi gendut dan semakin tambun dan lamban? Apakah kalian sekarang lebih sering wisata kuliner ketimbang olahraga dan lintas alam?

Wahai murabbi, kemana kalian sekarang? Enam pemuda kita ditembak mati. Ini di negeri kita sendiri. Melengkapi kejadian sadis yang sudah-sudah. Dan kalian sampai sekarang masih tetap diam. Padahal kalian bisa seperti ini sekarang karena dukungan umat Islam. Keenam pemuda belia yang ditembak kemarin pasti juga menjadi pendukung kalian. Lantas ketika mereka, umat Islam,  dibeginikan, kalian diam. Seolah-olah kalian tinggal di pulau terpencil tanpa internet. Jangan sampai kami berpikir kami hanya diperlukan lima tahun sekali dan setelah itu kami dilupakan.

Wahai murabbi, bangunlah dari kenyamanan duniawimu! Usiamu sudah tidak banyak di dunia ini. Islam bukan cuma mengajarkan sholat dan puasa. Itu yang kalian katakan dulu pada kami, bukan? Itu yang kalian ajarkan pada kami kan? Kalian akan dimintai pertanggungjawabannya di akherat kelak, tentang amanah umat yang kalian pikul di pundak. Bukan dimintai informasi makan di mana yang enak dan lezat.

Dunia bukan tempatmu wahai murabbi, juga bukan tempat kita. Dunia cuma ladang tempat kita menanam, bukan menuai. Itu yang juga kalian ajarkan kepada kami, dulu. Masih ingat?

Mudah-mudahan kalian tetap istiqomah, mudah-mudahan Allah tetap menjadikan kalian Asadullah. Bukan kucing oren yang cuma pintar bersolek di layar teve. Umat masih membutuhkanmu.

Maaf jika kami yang bukan murabbi ini menanyakan kalian. Kami hanya ingin tahu jika kalian masih hidup. Kami hanya ingin mendengar suara lantang kalian membela al haq dan melawan kebatilan. Seperti dulu…. [hak]

Penulis: Ahmad Kautsar