Eramuslim.com – Nyawa anak bangsa melayang, putera-puteri minangkabau menjadi korban di dalam lingkaran wilayah NKRI yang diperjuangkan oleh para tokoh kita dengan tumpahan darah dan air mata.
Sebagai seorang muslim, istirja’ (inna lillahi wa inna ilaihi raji’un) dan lantunan doa serta menjadikan kesabaran pakaian adalah suatu sikap keimanan.
Namun sebagai warga negara dan rakyat bangsa ini, apakah tak perlu dan terlarang kami bertanya, “dimana kehadiran penguasa dan mereka yang menikmati tetesan keringat rakyat selama ini”?
Kalau dalam kondisi seperti ini, penguasa tetap absen dan hanya sama-sama bisa meratapi mayat yg telah berjatuhan, akankah kami mengambil kesatuan langkah dengan menggelar rapat akbar
“RANAH MINANG MANGISA KARIH”
sebagai isyarat bahwa tidak begitu saja darah tertumpah sia-sia dan tak semurah itu nyawa melayang didalam negara kesatuan yg selama ini kami cintai ???!!!
Dibunuhnya putra-putri minangkabau di papua tak cukup hanya mengundang ucapan duka !!!
Kalau memang kita hidup bernegara, kami patut bertanya, dimana tuan-tuan yang mengaku menjadi penguasa ???!!! (*)
*Penulis: Buya Gusrizal Gazahar – Dt. Palimo Basa (Ketua umum MUI SUMBAR
(end)