Eramuslim.com – Kemarin, ketika tiga pasangan calon yang akan bertarung di Pilgub DKI 2017 cek kesehatan, saya kebetulan berada di dekat lokasi mereka di depan Rumah Sakit AL Mintohardjo, Pejompongan, Jakarta. Ada kegiatan yang tidak biasa di lobi rumah sakit, bahkan di depannya terlihat keramaian yang tidak biasa. Saya bertanya pada pedagang gorengan yang menggelar gerobaknya tak jauh dari lokasi.
“Ada apa, Bang?”
“Katanya sih tiga pasang calon gubernur pada cek kesehatan di situ…,” katanya datar sambil terus menggoreng tahu isi dagangannya.
“Tiga-tiganya?”
“Ya, semuanya…”
Saya kemudian iseng untuk bertanya lebih lanjut, “Abang KTP-nya Jakarta?”
Pedagang gorengan itu mengangguk. “Ya, KTP udah Jakarta, tapi saya mah aslinya Cianjur…”
“Ooo, kalau begitu tahun depan ikut milih gubernur Jakarta, dong?”
“Pasti, Mas….”
“Sudah punya calon?”
“Insha Allah, sudah… Tapi masih bingung…”
Saya tersenyum dan kepo sedikit, “Kok bingung, kenapa? Siapa kira-kira yang akan Abang pilih?”
“Kan katanya ada Tiga Calon tuh, Ajrot….”
Saya menyela, “Eeeh ntar dulu, Ajrot?”
Tukang gorengan itu nyengir, “Itu Ahok-Djarot, kita singkat Ajrot. Bukan Anjrit loh yaa…” Dia tertawa lebar sambil tangannya mengangkat tahu-tahu yang sudah matang kekuningan.
Saya tersenyum simpul. AJROT. Boleh juga singkatan ini!, “Terus?”
“Ya, selain ajrot ada juga Anies-Sandiaga dan Anaknya SBY tuh…”
“Ya, terus?”
“Saya agama Islam, Mas. Saya punya prinsip, kalo ada yang halal, ngapain juga pilih yang haram…”
“Maksudnya?”
“Ya, pemimpin itu seperti imam dalam sholat. Saya gak akan pilih Ajrot karena dia calon gubernurnya kan bukan Islam. Emang boleh kita kalo sholat, terus imamnya orang kafir? Kan enggak. Tambah dosa, iya. Ngaco banget itu. Makanya saya gak bakalan pilih Ajrot…”
Saya tertawa. Tukang gorengan ini pinter juga ternyata. “Terus?”
“Ya, sekarang tinggal dua pasangan kan: Anaknya SBY itu atau Anies-Sandiaga… Keduanya kan halal karena agamanya Islam semua…”
“Nah, menurut Abang gimana?” selidik saya.
“Bingung saya disitu. Kalo menurut Mas gimana ya?” Tukang gorengan itu balik bertanya.
Saya akhirnya mencoba menjawab. Tidak adil juga kalo saya terus yang menanyakan dia. “Iya, keduanya insha Allah halal. Tapi kita harus lihat siapa saja pendukung mereka. Anaknya SBY, pasangan Agus-Sylvi itu dicalonkan oleh partai-partai politik yang dulunya di KMP namun membelot mendekati Jokowi, takut gak kebagian kue kekuasaan mungkin. Mereka itu sekarang menjadi bagian dari rezim penguasa, sama seperti Ajrot itu. Ajrot sama Jokowi kan satu paket. Nah, ketika Pilgub mereka seolah berbeda haluan sama Jokowi yang satu paket sama Ahok itu. ya kita bisa menilai sendirilah. Itu kubu dari pasangan Agus-Silvy….”
“Terus yang Anies sama Sandiaga?”
“Nah, Anies-Sandiaga ini diusung sama Gerindra dan PKS. Kedua partai ini jelas tidak berada di dalam lingkaran rezim Jokowi. Walau pun Anies itu dulu orangnya Jokowi, tapi kan dipecat jadi menteri. Mungkin Jokowi sudah gak sreg lagi sama dia. Itu kubu dari Anies dan Sandiaga…”
“Kalo Mas sendiri pilih siapa?” Tukang gorengan itu bertanya kembali.
“Saya dulu sih sreg sama Yusril. Dia itu cerdas, punya integritas, dan bersih. Tapi sayang gak tau kenapa gak dipilih sama parpol…”
“Iya, sama Mas. Saya juga suka Yusril, kasihan dia. Dan sekarang Mas akan pilih siapa? Yusril kan udah ga ada?”
“Para prinsipnya, selain Ajrot, dua pasangan itu halal. Silakan saja pilih. Tapi kalo saya pribadi, saya akan pilih pasangan yang dicalonkan oleh partai politik yang sejak awal bukan bagian dari Jokowi… Karena integritas mereka ya bolehlah, tidak seperti partai-partai yang pernah membelot, istilahnya menjilat ludah sendiri…”
Tukang gorengan itu sekarang yang tertawa, “He..he.. berarti Mas akan pilih Anies-Sandiaga dong…”
Saya tersenyum dan mengangguk. “Ya, itu pilihan saya Kalo abang terserah mau pilih yang mana, yang penting yang halal yaa.”
Tukang gorengan itu tertawa, “Pastilah, Mas. Saya pasti pilih yang halal saja. Ngapain juga pilih yang haram. Saya gak mau dianggap murtad sama Allah cuma gara-gara dukung Ajrot. Rugi banget, Mas. Rugi dunia akherat…”
Tiba-tiba hape saya berbunyi. Teman yang akan saya temui sudah berada di lokasi yang tak jauh dari tempat saya berbincang. Saya pamit pada tukang gorengan yang pintar tersebut.
“Ingat ya, bang. Kalo ada yang halal, ngapain juga pilih yang haram!” (abdurrahman)