Membaca ulah Israel di kapal Mavi Marmara, hatiku serasa mendidih. Antara gelisah, marah dan kecewa. Tapi kepada siapa? Kepada Israel? Pasti ya, tapi, nampaknya ia bukan tipe bangsa yang kebal celaan atau kutukan.
Apalagi pendukung setianya —Amerika Serikat (AS) yang sangat-sangat tau kejadian itu— diam saja. Jangankan untuk mengecam, mengomentasi Israel untuk urusan ini saja Amerika seperti kaku.
Bahkan di saat dua warganya dihinakan —Rachel Corrie dan Emily Henochowicz- Amerika tak bisa berkuasa, mirip orang bisu.
Rache, aktivis International Solidarity Movement (ISM) dilindas secara sengaja oleh bulduser Israel tahun 2003 yang menyebabkan ia tewas di usia muda.
Emily Henochowicz, gadis kulit putih berusia 21 tahun, terkena proyektil granat gas air mata yang ditembakkan tentara Israel tepat ke arah kepalanya pada bulan Mei, menjadikan ia mengalami cacat seumur hidup. Tapi Amerika, seperti gagu alias bisu.
Bayangkan, seandainya yang melakukan itu orang Pakistan atau orang Afghanistan.
Amerika pasti mengirim 30 ribu tentara dan mengajak Inggris, Kanada, Jerman, Prancis menyerang dengan alas an untuk membasmi terorisme.
Sekedar marah sama Israel saja, memang tidaklah cukup. Saya —secara pribadi— melihat situasi seperti ini, lebih suka mengajak melakukan cara lebih nyata. Saya sangat terkesan dengan kampanye PKS tahun 2009 lalu dengan membuat slogan “One Man One Dollar To Save Palestine”. Jika itu terus kontinyu dan menjadi bagian dari urusan semua umat, InsyaAllah sangat luar biasa membantu warga Gaza dan Palestina, di mana, di sana ada Masjid Kita (milik semua umat Islam), bernama Masjidil Aqsha.
Biasanya, kalau urusan Palestina PKS langsung melakukan Aksi Sejuta Umat. Sayang, dalam kasus Mavi Marmara ini, kiprah PKS tidak begitu kelihatan. Palestina, yang dulu menjadi ikon PKS, saat ini nampaknya sudah tak terbukti. Dalam kasus Mavi Marmara, Palestina sebagai ikon PKS sudah gugur. Artinya, Palestian bukan lagi sekedar milik PKS, sudah milih umat Islam dunia, Indonesia khususnya.
One Man One Dollar itu nampaknya sudah agak tenggelam. Saya curiga, jangan-jangan sudah berganti menjadi “One Man One Vote”. Sebab, di mana-mana, saya lihat PKS sibuk memenangkan PILKADA. Kalau perlu, berkoalisi dengan PDS boleh lah.
Pernyataan ini saya dasarkan dengan berita di Antara (antara.co.id, “PKS Surabaya Tak Khawatir Koalisi Dengan PDS”, Sabtu, 13 Mar 2010 16:04:33) yang mengutip Ketua DPD PKS Surabaya Ibnu Shobir. Shobir, mengatakan, pihaknya tidak terlalu mempermasalahkan perbedaan ideologis partai antara PKS dan PDS.
"Kader dan pendukung PKS saya yakin tidak akan membantahnya. Kita sudah mantap dan yakin dapat memenangkan Fandi Utomo," ucapnya.
Hebatnya lagi, ditengah kesedihan 12 WNI —sebagian mendapat serangan— tiba-tiba banyak yang memanfaatkan situasi dengan pasang iklan untuk Gaza atau Palestina.
Mudah-mudahan kita masih bisa menjadi bagian yang terus memikirkan Palestina dengan ikhlas, tanpa pamrih bendera, kecuali hanya karena ridho Allah.
Wassalamu’alaykum wr wb
Boy Kailani, Surabaya, Jawa Timur