Alumni Pendidikan Bahasa Jerman UPI Bandung
Di balik gemerlapnya budaya K-Pop yang membahana tanah air, tersimpan sisi sudut kehidupan sebagian orang korea selatan yang menyimpan depresi, bukan rahasia umum deretan artis Korea Selatan harus merenggang nyawa frustasi akhirnya bunuh diri. Terbaru adalah kematian ayah, nenek dan kakek Leeteuk personil SuJu ketiga jenazah yang ditemukan di kediaman mereka di Shindaebang-dong, Seoul pada 8 Januari pukul 9.20 pagi ini tewas karena bunuh diri sang ayah tak kuat menanggung beban hidup hal ini diperparah dengan kondisi kakek neneknya yang menderita Demansia. Bunuh diri kerap terjadi salah satu pemicunya adalah persoalan sosial seperti besarnya harapan usia lansia, hal ini serupa dengan kasus kematian ayah Leeteuk, bukan hanya Korsel di Jepang pun sama angka kelahiran di Jepan sangat kecil dibandingkan dengan jumlah lansia, tentu karena orang Jepang lebih suka menampung lansia di panti jompo, sampai akhirnya banyak lansia yang kesepian mereka mulai suka mengutit (mencuri) di supermarket, bahkan depresi terkena penyakit Alzheimer. Lain hal dengan Eropa jumlah penderita Alzheimer di negara-negara barat terus meningkat dan biaya perawatannya juga semakin mahal sedangkan jumlah tenaga perawat yang berkualitas serta fasilitas perawatan tidak mampu mengikuti besarnya penderita Alzheimer. tren ini mengkhawatirkan sejumlah pakar yang mengatakan, penderita Alzheimer harus dekat dengan rumah atau merasa tambah gelisah dan tidak tahu tempat, namun sayang anak-anak mereka lebih suka membeli jasa medis untuk merewat mereka, maka dari itu negara di kawasan Asia Tenggara seperti Thailand menggalakan wisata media untuk penyakit Alzheimer, tentu saja ini menarik bagi orang Eropa karena harga yang ditawarkan jauh relatif murah dibandingkan dengan Eropa sebagai perbandingan, seorang suster bersertifikat di Thailand mendapat upah kurang dari 700 Dolar per bulan, sedangkan di Swiss 7.000 Dolar
Belajar kepada Islam
Dari sekian konsep kehidupan, hanya islam yang sempurna mengatur detailnya aturan manusia, baik untuk diri sendiri, sosial, dan dengan Tuhannya, termasuk di dalamnya bagaimana seharusnya seorang anak memposisikan orangtua, tentu saja dalam pandangan islam berbakti kepada orangtua merupakan amalan mulia seperti firman Allah dalam surat Al Israa ayat 23-24
وَقَضَى رَبُّكَ أَلا تَعْبُدُوا إِلا إِيَّاهُ وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا إِمَّا يَبْلُغَنَّ عِنْدَكَ الْكِبَرَ أَحَدُهُمَا أَوْ كِلاهُمَا فَلا تَقُلْ لَهُمَا أُفٍّ وَلا تَنْهَرْهُمَا وَقُلْ لَهُمَا قَوْلا كَرِيمًا وَاخْفِضْ لَهُمَا جَنَاحَ الذُّلِّ مِنَ الرَّحْمَةِ وَقُلْ رَبِّ ارْحَمْهُمَا كَمَا رَبَّيَانِي صَغِيرًا
Dan Rabb-mu telah memerintahkan, supaya kamu jangan menyembah selain Dia, dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya, sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan: ‘ah’, dan janganlah kamu membentak mereka, dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia. ” Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan, dan ucapkanlah: ‘Wahai Rabb-ku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil’.”
Dalam sebuah hadist Rosululloh Saw Bersabda:
“ Dari Abdullah bin ‘Amru radhiallahu’ anhuma berkata : telah datang kepada Rasulullah Shallallahu’ alaihi wasallam seorang lelaki yang berba’iat untuk hijrah, dan dia meninggalkan kedua orang tuanya dalam keadaan menangis. Apa sabda Rasulullah kepadanya? Kembalilah kepada keduanya, buatlah keduanya tertawa, sebagaimana kamu telah membuat keduanya menangis”.(H. R Abdurrazzaq, Bukhari fil adab, hakim fil mustadrak, dan ia berkata, hadist ini isnadnya shahih).
Ayat dan hadist di atas adalah sebagian dari bentuk jaminan islam kepada orangtua, usia senja adalah sebuah fitrah kehidupan setiap manusia, dimana manusia akan semakin lemah fisiknya oleh karena islam memberikan tanggungan kepada anak laki-laki untuk tetap merawat orangtua sekalipun anak lelaki tersebut telah menikah, karena pernikahan tidak mengugurkan tanggungjawab sang anak kepada orangtua. Bahkan tidak akan mampu membalas kebaikan orangtua
Kita bisa melihat sepenggal potret kehidupan di barat atau pun di negara-negara berkembang, jiwa naluri manusiawi mereka tergerus oleh kepentingan pribadi, kehidupan bergaya indiviadualistik telah menelan ikatan kekeuluargaan, seharusnya keluarga menjadi institusi negara terkecil tempat bernaungnya orang-orang terdekat yang diharapkan mampu memberikan perlindungan dan rasa aman. Konsep kehidupan seperti mereka tidak diatur, mereka lebih cenderung dibebaskan memilih kehidupannya masing-masing. Berbeda dengan islam yang memberikan konsep aturan yang khas melindungi keselarasan kehidupan, termasuk di dalamnya berbakti kepada orangtua, apabila kita mengambil seluruh aspek kehidupan dari islam satu sama lain akan ditempatkan pada porsinya masing-masing, maka akan nampak sebuah keseimbangan dan keberkahan. Walluhu’Alam