Oleh: Fathuddin Ja’far
Permainan partai-partai politik terkait Pilgub DKI 2017 yang akhirnya memilih tiga pasang Cagub dan Cawagub terlihat sekali ketakutan partai-partai politik negeri ini pada Islam.
Anehnya lagi, dua pasang Cagub dan Cawagub muncul begitu saja tanpa proses yang dapat dimaklumi publik. Muncul bagaikan dewa penyelamat, paling tidak bagi para pendukung mereka.
Sebab itu tak heran jika ada yang menafsirkan sebenarnya skenarionya sudah dirancang jauh sebelumnya, khususnya setelah kalangan Islam, tokoh, dan ulama Jakarta mengeluarkan suara keras mereka dengan agresif terkait haram hukumnya memilih pemimpin “kafir”. Lalu beramai-ramai membuat skenario agar upaya para tokoh dan ulama itu tidak menjadi kenyataan.
Lebih aneh lainnya, penolakan partai-partai atas tokoh yang tadinya dimunculkan, yakni Yusril Ihza Mahendra terkesan mengada-ada, seperti karena beliau ketua PBB, tidak punya kursi di DPRD DKI, sombong dan sebagainya. Memangnya Agus dan Ainies punya kursi di DPRD DKI? Agus jelas hanya mengandalkan kharismatik ayahnya dan pasti juga Partai Demokrat.
Sedangkan Anies tidak ada yang diandalkan kecuali sekularisme dan pemikiran liberalnya. Terus sebelumnya memusuhi Prabowo. Kok tiba-tiba diusung Prabowo dan Gerindranya. Oh ada lagi jawabannya, “Itulah kebesaran hati Prabowo.” Kok sederhana amat ya?
Jangan heran dulu. Sebagai jawaban sederhana saja, “Kan ada pameonya, dalam politik tidak ada musuh yang abadi, yang ada hanyalah kepentingan abadi.” Semua kok ada jawaban yang amat _simple_.
Lebih lucu lagi para pendukung Anies melarang publik untuk mendiskusikannya. Mereka mengatakan, “Sekarang masanya untuk kerja, bukan untuk debat. Musuh sudah di depan mata. Sekarang perang antara Thalut dan Jalut. Sudahlah, jangan jadi pengamat terus. Sekarang kondisinya _akhoffu dhararain_”. Dan sebakul logika naif lainnya.
Dari hati yang dalam kita sangat prihatin melihat nasib umat yang semakin terombang-ambing. Sadar atau tidak, faham atau tidak, umat selalu dipermainkan dan dibodohi.
Demi Allah! Katakan pada kami apa beda orang “kafir” dengan orang “sekuler” dalam pandangan Islam? Tapi jangan jawab dengan pandangan politik bersahaja atau pandangan pragmatis duniawi. Tidak akan pernah bertemu antara keduanya.
Mana ada kaum sekuler di dunia ini yang mau bekerjasama membela Islam? Yang ada adalah kaum sekuler dan sekulerisme itu musuh utama Islam dan umatnya. Mereka selalu bahu membahu dengan kaum kafir menghancurkan Islam, umat dan negeri mereka, sejak zaman penjajahan sampai sekarang.
Musuh sudah di depan mata. Kok baru tau sekarang ya? _Tuh_ Ahok di depan mata kalian. Kenapa tidak gabung saja sama Agus. Yang penting Ahok kalah. Itu baru namanya _akhoffu dhararain_. Tapi _ngga pake gengsi-gengsian_ dan target dagang sapi-sapian. Oh karena SBY dengan Demokratnya _nyalip_ di tikungan– _nggak_ masalah yg penting Ahok harus dikalahkan karena jauh lebih _mudharat_ daripada Agus. Kalau begini sepak terjang politik kalian, masih lumayan.
Coba jelaskan, siapa yang jadi Thalut dan siapa pula sebagai Jalut itu? Kok bgtu mudah mamaksakan dalil-dalil _syari’_ yang bukan tempatnya. Dulu waktu Pilkada DKI sebelumnya pernah pula diangkat dan disamakan dengan Perang Ahzab. Astaghfirullah. Benar-benar jahil atau memperalat agama untuk syahwat kekuasaan? Hanya Allah yangTahu.
Saudaraku para ulama, da’i, dan tokoh yang punya _ghirah_ (kecemburuan) untuk Islam dan umat,
bangun bashiroh dan jangan reaktif dan jangan pula tergesa-gesa. Semua partai politik di negeri ini msh takut sama Islam kecuali PKS. Kendati PKS tidak takut pada Islam, tapi memperjuangkan Islam secara serampangan sehingga memberikan _mudharat_ dakwah lebih besar dari manfaatnya.
Ketahuilah, musuh Islam itu sangat takut Islam eksis di negeri Muslim, termasuk Indonesia, khususnya Jakarta. Mereka bukan hanya dari Jakarta dan Indonesia. Mereka ada di Singapura, Australia, Amerika, Cina, dan bahkan para perampok negeri Islam Palestina dari kalangan Bani Israel sana.
Mari kita segarkan ingatan kita ke tahun 1994 ketika Almarhum Najemuddin memenangkan 20% Pemilu di Turkiye), 1996 saat FIS yang dipimpin syekh Ahmad Madani memenangkan 80% lebih (Pemilu di Al-Jazair, 2006) saat Ismael Hanieh dg HAMAS nya memenangkan 60% lebih (Pemilu di sisa wilayah Palestina dari jajahan kaum Yahudi), 2012 yang lalu Mursi memenangkan Pilpres 51,73 % suara, dan baru saja kasus upaya kudeta atas Erdogan yang nyaris berhasil jika tidak diselamatkan Allaah. Padahal Erdogan belum berani mengganti ideologi negaranya dari sekularisme kepada Islam. Namun sudah dianggap sebagai musuh yang harus dihancurkan.
Apa yang terjadi pada umat Islam, ulama, dan tokoh mereka di sana saat partai/umat Islam menang pemilu? Kolaborasi musuh Islam sedunia untuk menggagalkan kemenangan umat Islam dengan kezaliman, pembantaian, pemenjaraan, dan seterusnya.
Tidakkah cukup bagi kita semua itu jadi pelajaran yang baik dan berharga? Apakah tidak cukup bagi kita bahwa demokrasi itu hanya untuk kaum kafir, sekuler, dan kelompok lainnya selain Islam?
Sebab itu, tidaklah baik jika kita masih banyak berharap pada demokrasi sebagai jalan satu-satunya memenangkan Islam dan umatnya. Karena demokrasi itu sebenarnya untuk mereka, bukan untuk kita. Karena memang demokrasi itu bukan jalan hidup kita, tapi jalan hidup mereka.
Jalan kita yang sebenarnya adalah dakwah _ilallah_ dengan hikmah, _mauizhoh hasanah_ dan semua jalan yang disyariatkan Allah serta menggunakan semua kekuatan dan potensi yang kita miliki. Hasilnya kita serahkan kepada Allah. Bukan kita yang menentukannya!
Wahai saudaraku para politisi yang masih memakai nama Islam atau syiar Islam!
Takutlah pada Allah dalam melakukan aktivitas politik praktis kalian. Kalau tidak siap berpolitik secara Islam dengan benar dan konsisten serta siap menanggung resiko perjuangan Islam, berhentilah memakai terminologi-terminologi Islam untuk memoles dan menghiasi prilaku politik busuk kalian!
Nanti Allah akan mintakan pertanggungjawabannya di akhirat kelak. Sungguh sangat berat pertanggungjawaban itu kelak!
Wahai saudaraku Muslim di institusi pemerintahan dan penegak hukum lainnya, termasuk sipil dan militernya. Ketahuilah, musuh-musuh Islam selalu berupaya maksimal sejak negeri kita dijajah sampai saat ini, untuk menjauhkan kalian dari ajaran Islam yang benar dan dari umat dan para ulama. Dengan demikian, mereka berhasil menjadikan kalian robot-robot mereka yang siap diperalat untuk melayani kepentingan mereka, sejak dari ekonomi sampai ideologi.
Sadar atau tidak dan faham atau tidak, kalian mereka _setting_ untuk siap selalu menghancurkan dan membumihanguskan setiap upaya dan gerakan umat Islam untuk menegakkan kemuliaan agama, negeri, dan masyarakat mereka di atas negeri mereka sendiri.
Kalau itu yang kalian lakukan, ketahuilah kalian sedang berhadap-hadapan dengan Allah Rabbul ‘Alamin dan kalian pasti akan rugi dunia dan akhirat, karena Allah tidak pernah bisa dikalahkan!
Tapi, jika kalian bergandengan tangan dengan umat, para ulama, dan tokoh umat yany ikhlas berjuang dan siap melawan setiap upaya musuh Islam untuk melemahakan atau menghancurkan Islam dan umatnya di negeri mereka sendiri, maka hidup kalian akan mulia dan jika kalian mati karenanya maka kalian mati mulia dan akan dimasukkan Allah ke dalam syurga-Nya sesuai janji-Nya dan janji Rasul-Nya.
Wahai umat Islam. Kita ini hidup di akhir zaman yang penuh fitnah _syubuhat_ (pemikiran) dan fitnah syahwat. Kembalilah kepada al-Qur’an dan ajaran Rasul dengan sungguh-sungguh mempelajarinya. Karena hanya dengan keduanya kita bisa selamat dari fitnah akhir zaman.
Wahai ibu-ibu Muslimah. Jadikanlah rumah-rumah kalian madrasah-madrasah Al-Qur’an. Waspadah atas serangan _ghazwul fikri_ melalui media dan medsos yg akan menghancurkan anak cucu kalian sehingga menjadi generasi bingung dan tersesat dari jalan Islam. Generasi konsumtif, tidak kreatif, dan penakut. Itu yang dirancang dan diharapkan musuh-musuh Islam. Jangan sampai kalian hanya melahirkan generasi sampah. Lahirkanlah generasi berkualitas dan pemimpin bagi umat Islam dan dunia.
Wahai generasi muda Islam.
Bangkitlah dari kelalaian dan ketiduran panjang kalian. Jadilah kalian generasi cemerlang dan pemimpin masa depan. Agar sampai ke cita-cita mulia tersebut, jadikanlah Allah saja tujuan hidup kalian. Rasulullah teladan utama kalian. Al-Qur’an konsep hidup kalian. Jihad jalan perjuangan kalian dan mati syahid di jalan Allah adalah cita2 terbesar kalian.
Yaaa Allah, aku telah sampaikan. Maka saksikanlah.