“Kini, gerakan pemuda condong kepada Islam kanan yang militan, atau gerakan pemuda yang ingin mewujudkan khilafah untuk mengislamkan negara”
Itulah penggalan kalimat yang dituturkan Savic Alielha, aktivis muda Nahdlatul Ulama (NU), pada Kamis (15/8) lalu kepada tribunnews.com mengenai pendangannya terhadap arah perjuangan pemuda hari ini. Disaat pemuda yang hari ini cenderung apatis dan apolitis terhadap kondisi masyarakat yang semakin terpuruk oleh tangan-tangan serakah para koruptor negeri ini, ternyata geliat semangat pemuda untuk melakukan perubahan masih ada. Geliat perubahan yang berbeda, Islam yang diusung.
Apa yang diungkapkan Savic tentunya bukan omong kosong yang begitu saja terlontar. Tidak salah rasanya jika Savic melontarkan ungkapan tersebut. Hal ini karena, apa yang disampaikannya senada dengan hasil survey yang dilakukan oleh Lembaga Survey Internasional PEW yang melakukan survei tentang menjadikan Syariah Islam sebagai hukum resmi di negeri-negeri Islam memperlihatkan bahwa sebanyak 72% rakyat Indonesia menginginkan syariah Islam.
Beralihnya arah perjuangan pemuda hari ini disinyalir sebagai bentuk jengah dari perjuangan mahasiswa hari ini yang tak jua membuahkan hasil yang signifikan. Pengulingan rezim demi rezim yang mencekik rakyat tidak mampu menuntaskan penindasan yang dirasakan masyarakat. Setelah pemuda berhasil menggulingkan sebuah rezim, sulit sekali mendengar rakyat bisa bernapas lega dengan kehidupan barunya yang katanya hidup di alam demokrasi.
Demokrasi yang selalu berteriak bahwa dirinya sistem pemerintahan yang mampu mengakomodir keinginan rakyat ternyata hanya omong kosong belaka. Bisa kita lihat dalam alam demokrasi, BPS melansir 28,07 juta orang berada dalam garis kemiskinan, 8 juta anak Indonesia mengalami kekurangan gizi, dan setiap menit ada empat anak yang putus sekolah. Korupsi merajalela, kesenjangan sosial semakin menjadi, inilah sedikit potret nyata yang tidak mampu dipungkiri Indonesia yang memiliki sistem hidup demokrasi dan masih banyak lagi yang lainnya
Oktober, bulan sakral yang dinilai membuat Indonesia memiliki jati dirinya. Oktober menjadi momentum geliat pergerakan pemuda mulai muncul kepermukaan. Dengan semangat Sumpah Pemuda pada 28 Oktober, momentum tersebut sering diperingati untuk membakar semangat pemuda untuk terus memanaskan kobaran api perjuangan. Tapi kali ini kita patut bertanya tentang usungan perubahan yang diteriakkan mahasiswa. Masihkan reformasi yang diinginkan seperti yang pernah terjadi pada 1966 dan 1998 dengan mempertahankan sistem bobrok dan memolesnya hanya dengan pergantian ‘pemain’ yang tetap memiliki mental korup? Ataukah beralih mencari solusi lain sebagai tumpuan arah perjuangan?
Indonesia sebagai negeri muslim terbesar di dunia sejatinya tidak akan mampu memungkiri identitasnya ini. Hanya saja, gaya hidup sekuler menjadikan Indonesia tak memiliki lagi citra Islami yang melekat dalam setiap kehidupan warganya. Termasuk dalam ranah perjuangan pemuda. Arah perjuangan pemuda tidak lagi kental dengan identitas bangsa ini, bahkan sangat jauh dari apa yang seharusnya. Perjuangan pemuda hari ini tidak lebih dari sekedar menggulingkan rezim saja tanpa bisa melihat akar permasalahan masyarakat hari ini yaitu keserakahan sistem demokrasi yang membiarkan sebagian orang berhak berkuasa atas sebagian yang lain.
Jadi jika hari ini pemuda mencoba mengalihkan arah perjuangannya adalah pilihan yang tepat. Tidak lagi terpaku pada kecacatan demokrasi tetapi mencari solusi lain dengan Islam. Mencoba mengusung revolusi bukan lagi reformasi. Usungan ide Islam hari ini mungkin akan banyak membuat orang mengernyitkan dahi dan menggumamkan kata utopis dalam benaknya. Tapi ternyata perjuangan Islam adalah ide nyentrik yang terus menggema. Banyak dukungan fakta yang memperkuat arah perubahan gerakan pemuda ini.
Salah satu hasil riset Badan Intelegen Amerika, NIC menyatakan bahwa tahun 2020 akan ada A New Chaliphate. Berdirinya kembali Negara Khilafah Islam, sebuah pemerintahan Islam global yang mampu memberikan tantangan pada norma-norma dan nilai-nilai global Barat. Selain itu, penulis Barat yang juga direktur sebuah perusahaan Rusia dan Wakil Presiden Rusia Union of Industrialists dan Wakil Ketua Duma (Rusia Assembly) Michael Ioreyev dalam bukunya Rusia Kekaisaran Ketiga meramalkan bhawa Khilafah akan kembali tegak di waktu yang akan datang. Ia memperediksi akan ada beberapa Negara Besar di dunia yang akan muncul pada tahun 2020. Saat itu,akan terdapat empat atau lima negara berperadaban ,yaitu Rusia, yang akan menguasai benua Eropa,Cina, Negara Timur Jauh, Negara Khilafah Islam dan Negara konferderasi Amerika yang akan menggabungkan Amerika Utara dan Amerika Selatan.
Selain itu, dijadikannya Islam sebagai corak baru perjuangan pemuda tidak lain adalah karena beberapa hal. Pertama, tuntutan aqidah dan syariah Islam. Ikrar seorang muslim yang bersyahadah la ilaha illa Allah menuntut seorang muslim untuk mau diatur oleh aturan Allah SWT. Persoalannya, bagaimana mungkin kita bisa menerapkan hukum Allah secara total kalau kita tidak punya negara Khilafah? Kedua, mensejahterakan rakyat. Tanpa Khilafah umat diatur dengan sistem kapitalistik yang serakah. Bagai ayam mati di lumbung padi, 8 juta anak di negeri agraris ini malah mengalami gizi buruk. Sementara kebijakan ekonomi khilafah adalah menjamin kebutuhan pokok (sandang, pangan, papan) tiap individu rakyat. Pendidikan, kesehatan, keamanan, transportasi yang merupakan kebutuhan vital rakyat pun diperoleh dengan biaya murah, bahkan bisa gratis. Sebab, kekayaan alam seperti emas, minyak, gas, hutan adalah milik umum yang hasilnya diberikan kepada rakyat.
Jika dirunut agumentasi lainnya kenapa harus Islam dan Khilafah yang diperjuangkan, maka tentu akan sangat banyak. Hanya, jika dunia Barat saja hari ini sudah sangat yakin akan tegaknya kembali imperium Islam, maka sudah selayaknya jika pergerakan perjuangan pemuda di negeri muslim terbesar ini meneriakkan hal yang sama. Ditambah lagi dengan hadits Rasulullah dalam Musnad Imam Ahmad :
“Masa kenabian akan tetap ada di tengah-tengah kalian selama Allah menghendaki, kemudian Allah akan mengambilnya dari tengah-tengah kalian. Kemudian akan ada (masa) Khilafah Rasyid (yang mendapat petunjuk) yang berjalan selaras dengan kenabian. Khilafah itu akan tetap ada di tengah-tengah kalian selama Allah menghendaki, kemudian Allah akan mengambilnya dari tengah-tengah kalian. Setelah itu akan ada (masanya) banyak pemimpin, dan itu akan tetap ada di tengah-tengah kalian selama Allah menghendaki, kemudian Allah akan mengambilnya dari tengah-tengah kalian. Setelah itu akan ada (masa) pemerintahan tirani, dan akan tetap ada di tengah-tengah kalian selama Allah menghendaki, kemudian Allah akan mengambilnya dari tengah-tengah kalian. Kemudian, akan muncullah (masa) Khilafah Rasyid (kembali) yang berjalan selaras dengan kenabian.” Kemudian beliau (Rasulullah) terdiam.”
“ Allah tidak akan menyalahi janjinya, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.” (TQS. Ar Ruum [30]: 6)
Wallahu ‘alam bi ash-shawwab.
Fika Apriani, S.Kep.
Aktivis MHTI Kampus Unpad