Pedih, jiwa kami memendam luka
Darah bangsa kami mengalir ke sungai-sungai yang mampet
Di dalam jiwa
Penyakit-penyakit ruhani yang kami derita
Tidak akan tersembuhkan tanpa menyerahkan diri
Yang total kepadaMu’
Serta menggemakan shalawat kepada junjungan kami
Kami dilarang mengamalkan ajaran-ajaran agama kami
Untuk melawan radikalisme dan ekstremisme, kata mereka
Sedih, jiwa kami yang terus mengering
Bagai gurun pasir yang tiada tersentuh hujan
Putra – putri terbaik kami dijebloskan ke penjara
Sementara istri putra-putra kami
Dikawini tentara komunis cina
O dikemanakan airmata luka kami dialirkan
Semakin nyata terlihat
Kafir penguasa bagaikan fir’aun ini
Terus melunturkan identitas Islam kami
Kami semakin dahaga, lemah tidak berdaya
Terasa jauh dariMu ya Allah
Sementara mereka kuat, berkuasa dengan tak percaya
kepadaMu
Ya Allah, tolonglah kami
Wahai Engkau yang menjawab segala doa, segala harapan
Lepaskan kami dari ketertindasan yang menyesakkan ini
Turunkanlah syafaat Rasulullah Muhammad kekasihMu
Untuk membuka rantai-rantai yang membelenggu kemerdekaan kami
Kami menahan derita yang sangat berat ini
Bersabar menunggu pertolonganMu
Itulah satu-satunya upaya dan harapan kami
Tangerang, 21 Mei 2020
——————————
Juftazani, penyair, penulis novel “De Atjeh Oorlog”, alumnus UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Akan terbit novel keduanya: “De Atjeh-oorlog : Djihad en Koloniaal Machtsvertoon”Juftazani