Ketiga, pada 9 Desember 2020, HRS meminta pendukungnya bersabar menghadapi tragedi kemanusiaan meninggalnya enam anggota laskar FPI.
Sebagai manusia ia pasti marah, sedih dengan apa yang disebut oleh banyak pakar sebagai pembunuhan di luar putusan pengadilan itu (extra-judicial killing). Namun HRS menegaskan akan mengikuti prosedur hukum yang berlaku.
Saya mengikuti seluruh pemberitaan dan mengamati pembicaraan di media sosial tanpa henti selama tiga hari terakhir.
Pembenci HRS berkurang karena bersimpati dan hormat pada korban dan keluarganya, sedangkan kelompok yang netral bersimpati pada HRS dan keluarga korban, ini soal kemanusiaan. Secara umum warga mencintai institusi POLRI dengan menginginkan evaluasi atau perbaikan.
Saya juga menonton banyak video terkait meninggalnya enam anak muda penjaga HRS. Di dalam video2 itu tergambar keyakinan yang sangat kuat pada sila pertama Pancasila, “Tuhan melihat semuanya”.
Saya terharu, di dalam video2 itu selalu ada ajakan menahan diri dan menyerahkan penyelidikan pada tim independen yang jujur.
Terakhir saya melihat video seorang Ibu, sambil menangis sedih karena meninggalnya enam pemuda pengawal HRS, ibu itu mengatakan “Islam tidak pernah mengenal dendam, Islam tidak pernah mengenal balas dendam, Islam adalah yang senantiasa rahmatan lil alamiin.
Mari kita doakan enam pemuda yang meninggal dunia tersebut husnul khatimah, ditempatkan di surga Allah SWT, kemudian keluarga yang ditinggalkan diberikan kesabaran dan selalu dalam lindungan Allah SWT.
Bapak, Ibu, kita boleh tak sepaham dengan FPI dan HRS, tapi kita harus adil. HRS itu warga biasa, ia juga pernah dipenjara sampai dua kali (2003, 2008) tentu bukan karena kasus korupsi.
Yang belum pernah dipenjara justru para penghina HRS, walaupun hinaannya sudah sangat melampaui batas. Kalau HRS bilang siap mati itu artinya dia siap dikubur, siap menerima resiko perjuangannya, bukan berarti dia siap membunuh orang.
Dari silsilah jelas HRS memang keturunan Nabi Muhammad (Nusron Wahid, Mantan Ketum GP Ansor). Tapi HRS tidak merasa derajatnya di atas kita, sama sekali, salah ya HRS bayar denda. Apa ada HRS teriak “saya keturunan Nabi, masak Maulid Nabi di denda?”.
Teman-teman, musuh kita bukan FPI, POLRI, TNI, musuh kita kesenjangan sosial, kok satu persen orang di Indonesia menguasai 50 persen aset nasional?, korupsi, kolusi, nepotisme, radikalisme, separatisme, kebakaran hutan, perusakan alam. Bangsa ini sudah pernah dirampok selama 350 tahun, dan sekarang masih dirampok, saat FPI dan POLRI ribut terus, maka para perampok itu terkekeh girang.
Bapak, Ibu, korupsi lobster bikin semua sedih, dan tolong bantu saya menjawab ini, dari semua negara yang terdampak COVID-19 di bumi ini, apakah ada yang meng-korupsi dana bansos untuk rakyatnya?. Mengapa HRS yang sudah membayar denda, meminta maaf secara terbuka masih dikejar seperti koruptor atau teroris?.