Persoalan dana sudah selesai. Hashim yang akan menyediakan. Masalahnya Gerindra tidak bisa mengusung sendirian. Kuncinya ada di PDIP tempat Jokowi bernaung. Saat itu PDIP hampir pada keputusan mendukung gubernur incumbent Fauzi Bowo (Foke). Politisi senior PDI Taufik Kiemas suami Megawati ingin memasangkannya dengan Mayjen TNI (Purn) Adang Ruchiatna.
Kalkulasi Taufik sangat masuk akal. Elektabilitas Foke sangat tinggi. Dia bersedia menanggung semua pembiayaan kampanye. Foke juga sudah memasuki periode kedua. Jadi dengan mendukung Foke dan menempatkan kadernya, PDIP akan sangat diuntungkan.
Ketua Umum Partai Demokrat Anas Urbaningrum kepada media juga sudah mengumumkan partainya akan berkoalisi dengan PDIP mengusung Foke-Adang.
Secara politis sesungguhnya peluang Jokowi sudah tertutup. Tak punya modal, elektabiltas rendah, dan di lingkungan PDIP belum menjadi tokoh yang diperhitungkan. Disitulah Prabowo melakukan manuver.
Dia menemui Megawati dan meyakinkannya untuk mengusung Jokowi. Ketika Megawati mengeluh tak punya dana, Prabowo menyatakan akan menanggungnya.
Jadilah Jokowi dipasangkan dengan Ahok sebagai paslon yang diusung PDIP-Gerindra. Ahok anggota DPR RI Golkar kemudian di naturalisasi menjadi kader Gerindra.
Peran Prabowo selain menjadi mak comblang, juga menyediakan “maharnya,” sekaligus menyiapkan resepsi pesta pernikahannya. Keduanya terima bersih dan tinggal duduk manis di pelaminan. Jokowi-Ahok sukses mengalahkan Foke-Nachrowi.