Membaca beberapa tulisan di eramuslim, saya terus terang makin prihatin dengan eramuslim. Dalam editorialnya, maupun beberapa tulisan, tampak sekali kalau eramuslim menyerang salah satu partai politik yang dulunya mungkin ikut dibesarkan oleh eramuslim.
Mungkin ada perbedaan pandangan tentang cara dakwah, berpolitik, dan bergerak, saya paham alasannya. Tapi, apakah perlu kemudian dipublikasikan secara umum yang nantinya malah menghancurkan sesuatu yang telah dibangun bersama.
Yang kita kembangkan adalah budaya perpecahan dan saling menyalahkan. Kalau seperti ini, kapan kita bisa berkembang. Bukankah lebih baik kita kembangkan bagaimana mencari solusi yang baik dan bukannya terus menebar perpecahan dengan tulisan – tulisan.
Bangunan ini masih terlalu dini untuk diruntuhkan oleh orang – orang didalam bangunan tersebut. Dan sebagai sebuah konsekuensi dari bangunan yang diruntuhkan oleh orang – orang yang didalam bangunan, mereka semua akan mati bersama tertimpa bangunan itu. Tidak ada yang menang dan tidak ada yang kalah. Dan orang – orang diluarlah yang akan tertawa.
Tidak ada maksud redaksi untuk menyalahkan sesuatu yang benar apalagi merobohkan partai tertentu. Karena itu bukan fungsi media massa, apalagi media Islam seperti eramuslim. Kami hanya ingin menjalankan fungsi kontrol dan advokasi umat Islam terhadap siapa pun yang sudah menjadi milik umat Islam bersama dan untuk kebaikan bersama.
Sebagai sesuatu yang sudah menjadi milik publik, mestinya apa pun dan siapa pun: partai, ormas, yayasan, pejabat publik, tokoh umat, dan termasuk media massa siap dan selalu berpikir positif untuk dikritik, disalahkan, bahkan mungkin dihujat. Karena hal itu merupakan ungkapan sayang demi kebaikan bersama.
redaksi.