Tulisan ini saya buat, terinspirasi dari sinetron ramadhan di sebuah stasiun TV swasta berjudul Hanya Tuhanlah Yang Tahu. ceritanya cukup menarik, pesan yang diberikan juga cukup sampai dan akting para pemainnya juga cukup lucu. Bagian yang menurut saya paling menarik yakni alur ceritanya, baik untuk diapresiasi.
film itu menceritakan seorang Ustadz Zen yang diperankan oleh Vino G. Bastian dikirim untuk berdakwah kesebuah desa misterius yang dikenal dengan “Kampung Maling atau Cimaling”. Dia adalah Ustadz Muda dari sebuah pesantren kecil dibawah naungan Kyai Din.
Zen berpetualang menyadarkan orang di kampung cimaling dengan cara berbaur dengan mereka, pura-pura ikut maling dsb. berdakwah di Cimaling sangatlah sulit, bahkan banyak sekali pendakwah dari berbagai agama telah mati saat ingin mengenalkan konsep tentang agama dan Tuhan ke warga Cimaling tersebut. beberapa dialog zen dengan warga tentang tuhan serta dialog pas dia ngajar anak-anak untuk menulis kalimat berisi kebaikan menunjukan sulitnya merubah masyarakat disana.
Dari cuplikan cerita film itu, menurut saya, ada beberapa pelajaran yang bisa kita ambil:
1. fakta masyarakat yang jauh dari nilai-nilai islam itu bisa jadi benar adanya. mungkin di lingkungan terdekat saya pribadi tidak separah orang2 kampung cimaling. tapi,faktanya masyarakat sekarang memang jauh dari nilai-nilai agama, khususnya islam. Lihat saja, tindakan kriminalitas semkin bertambah, kemaksiatan semakin yang nyata, dilakukan terang-terangan, orang sudah menganggap masalah agama itu urusan individu yang ga boleh diusik orang lain, kemusyrikan (ke dukun dll). Serta kemusyrikan yang paling besar pun masih banyak tak disadari, yakni masih menduakan hukum Allah SWT.
2. ditengah-tengah kondisi seperti itu, orang-orang yang melakukan perubahan dan melakukan amar makruf nahi munkar selalu ada, tapi mereka dianggap asing dan aneh. Seperti Zen di fim itu, mengenalkan konsep Tuhan dan kehidupan setelah kematian saja dianggap aneh. ya, karena mereka menyerukan sesuatu yang berbeda dari kebiasaan umum. Contoh lainnnya: ketika masyarakat sudah biasa dengan riba (bank), mereka menyerukan kalau riba itu haram. masyarakat malah bilang, gimana mau punya rumah..punya mobil kalo ga leasing/ato minjem ke bank? maka mereka dianggap aneh/fanatik.
3. upaya dakwah/menyadarkan masyarakat secara luas jika dilakukan secara individu/kelompok sangatlah beraat, walaupun bukan hal yang boleh ditinggalkan. ya seperti ustad zen, dia seorang diri harus mengubah masyarakat satu kampung cimaling. woow..bisa berapa episod. hal ini bukan menafikan peran dia, hanya saja, cara pandang langkah perubahan haruslah benar agar mendapat keberhasilan.
pertama, memahami masyarakat. banyak kesalahan pemahaman, ketika memahami bahwa masyarakat adalah terdiri dari sekumpulan individu-individu saja. maka jika individu-individunya baik, maka masyarakat pun otomatis akan baik. ini adalah pemahaman yang salah.
Masyarakat bukanlah terdiri dari kumpulan individu saja, tapi terdiri dari sekumpulan individu, yang mempunyai perasaan, pemikiran, dan peraturan yang sama. kalo sekumpulan individu saja tanpa perasaan pemikiran dan peraturan yang sama, namanya segerombolan orang, seperti di pasar. maka, ketika ingin merubah masyarakat, tidak cukup hanya memperbaiki individunya saja, tp jg harus memperbaiki perasaan pemikiran dan aturannya. fakta menunjukan di indonesia ini secara individu bs jadi orang2 nya soleh, tp karena aturan/sistem di negeri kita mengarahkan individu2 untuk terikat dengan aturan (yang bisa jd melanggar aturan agama) dengan terpaksa harus diikuti. contohnya: kasus bank, leasing, korupsi berjamaah, aturan di tempat kerja, dll.
kedua, arah perubahan. setelah memahami masyarakat, arah perubahan pun haruslah benar. mau kemana perubahan itu dibawa? perubahan seperti apa yang benar? Perubahan yang diinginkan tentu perubahan ke arah yang lebih baik. Tidak hanya sebagian namun seluruhnya berubah. Artinya, perubahan bukan sekedar perubahan kulit luarnya saja tetapi juga dalamnya, bukan perubahan yang parsial saja sedangkan yang lain dibiarkan bobrok, bukan hanya perubahan orangnya saja tetapi landasan sistemnya. Ibarat kendaraan, Indonesia ini dalam keadaan rusak parah. Maka, sehebat apapun supirnya, maka kendaraan tidak akan berjalan dengan maksimal. Yang harus diperbaiki adalah sistemnya, bahkan jika terlalu bobrok, haruslah diganti mesin utamanya.
Maka, jika saat ini sistem kapitalis telah menunjukan kegagalannya dalam menyelesaikan berbagai permasalaha, artinya harus ada sistem alternatif untuk mengganti sistem tersebut. Sistem apa lagi yang lebih baik dari islam?
ketiga, langkah perubahan. dan yang tak kalah penting, langkah perubahan yang bagaimana yan harus ditempuh? Kalau ini soal strategi. Zen mengeluarkan berbagai strategi agar menyadarkan orang di kampung cimaling, berhasil ga ya dia? kalo ini gampang, tinggal nanya sutradara. kalo di kehidupan yang sbenarnya gimana? ya gampang juga, liat aja contoh yang pernah berhasil. siapa lagi uswah terbaik, kalo bukan rasulullah saw. yang berhasil mengubah masyarakat jahiliyah menjadi masyarakat islam yang menguasai dunia.
langkah2 dakwah yang dilakukan oleh Rasulullah saw sajalah yang wajib diikuti. metodenya ya, kalo alat/caraboleh berbeda. (misal, dulu pake onta, ya skg pake mobil, pesawat). metode yang gimana maksudnya? yakni, dakwahnya harus jelas, sampaikan mana yang haq dan yang batil. dakwahnya harus menuntut perubahan, bukan sekedar nasehat yang jadi terseraah mau dijalanin syukur ngga jg yaa MM lah. dakwah kepada islam, murni pemikiran islam, nda boleh campur2 dengan pemikiran yang diluar islam, sprti: demokrasi, nasionalisme, ham, feminisme, dll. dakwah pun akan lebih efektif dengan berjamaah. dakwah yang menyerukan kepada persatuan umat secara internasional, bukan terbatas oleh nasionalisme. dan patokan-patokan lainnya yang dicontohkan Rasulullah saw, yang kita gali dari sirahnya.
Sebagai penutup, film ini memberi kita semangat untuk melakukan perubahan perbaikan/dakwah/amar ma’ruf nahi munkar di tengah-tengah masyarakat. Tentu, secara pribadi kita akan terus juga melakukan perbaikan. Jadi semua berjalan beriring. tantangannya akan selalu ada. karena mengubah orang itu bukan hal yang mudah. tp kita melaksnakannya semata-mata atas dorongan kewajiban yang dibebankan Allah kepada kita. bukan karena hal lain.
lagipula, Allah sudah mengingatkan kita dalam firmanNya “Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang mungkar; merekalah orang-orang yang beruntung. (TQS, Ali Imran: 104).” juga dalam firmanNya yang lain“Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah nasib suatu kaum kecuali kaum itu sendiri yang mengubah apa apa yang pada diri mereka ” TQS 13:11. jadi..yaa wajib ada…dan siapa lagi kalo bukan kita yang melsayakan perubahan itu?
maka, apa yang dilakukan Zen sesungguhnya juga harus kita lakukan. bukan tugas profesi tertentu atau yang punya titel tertentu. dakwah merubah masyarakat akan lebih efektif dengan dakwah berjamaah. akan jauuuh lebih efektif juga jika negara yang melaksanakan dakwahnya.
nanti, nilai dari amal kita ujungnya Hanya Tuhan lah Yang Tahu, hanya saja, Tuhan kita, Allah SWT telah memberikan huda (petunjuk) yang jelas kepada kita berupa syariat Islam, di dalamnya berisi petunjuk mana jalan yang benar dan salah. tinggal kita mau kemana membawa diri kita, keluarga kita,dan lingkungan kita. dan tak lupa senantiasa memohon diarahkan kepada jalan yang benar.
Iyyakana’budu waiyya kanasta’in. ihdina shirotol mustaqiiim..shiratallazi naan’am ta’alaihim ghairilmaghdu bi’alaihim waladhollin..aamin.
Idea Suciati
Mahasiswi Pasca Kebijakan Publik Universitas Padjadjaran
& aktivis muslimah