Esok harinya aku berbincang dengan seorang manajer artis dan dengan sok tahunya aku bilang, “Lu kalah, sekarang para pengemis dan gelandangan juga udah jadi talent dan ada manajernya lo…”
Dia tertawa, “Gue udah tau lama, Ki. Elu yang kudet!”
“Kalau pengemis dan gelandangan udah jadi talent, jadi satu profesi, dan ada manajernya, berarti ada juga pihak yang mengordernya ya, ada permintaan sebab itu ada penawaran…”
Manajer artis itu mengangguk, “Iya dong, pasti itu.”
Hanya saja ketika itu aku belum kepikiran jika profesi itu ternyata juga bisa ‘berpentas’ di panggung politik dengan nama lakon “Pencitraan”. Ada pengemis dan gelandangan yang jadi talent, ada skenario, kamera, pencahayaan, audio, sutradara pasti ada, dan seorang pejabat publik yang berperan sebagai tokoh protagonis.
Akhirnya aku tahu itu. Eureka!
Dan sekarang, banyak yang menduga jika temuan tuna wisma di Jalan Thamrin oleh Mensos Risma sebagai bagian dari pencitraan. Tudingan ini tentu saja harus diklarifikasi terlebih dahulu, sebab jika tidak amat mungkin bisa berujung hoax. Untuk mengklarifikasinya tentu sangat mudah: Buka saja CCTV yang menyorot TKP 24 jam. Pasti ada itu. Dari rekaman CCTV itu kita akan bisa menilai apakah penemuan Tuna Wisma di Jalan Thamrin itu rekayasa atau tidak.
Bagaimana Pemprov DKI? Warga Anda menunggu rekaman CCTV-nya nih… []
Penulis: Rizki Ridyasmara, mantan wartawan, warga asli ruas Thamrin-Sudirman.