Assalamu’alaikum wr. wb.
Sudah nonton film 2012? Apakah HAMAS yang menyerang Israel? Apakah AS tetap mendukung Israel? Siapa yang memenangi piala dunia? Bagaimana dengan ramalan Paul si Gurita?
Itu adalah pertanyaan -pertanyaan yang mungkin pernah kita pertanyakan, dan tentu saja pertanyaan ini tidak asal keluar, tetapi melalui proses menerima sebuah informasi tentang sesuatu yang ditanyakan. Pemberitaan dalam media tentu saja menjadi peranan penting, tentang isu-isu global, pemerintahan, ekonomi, ingkungan, dll dan impact dari tersebarnya berita yaitu timbulnya umpan balik atau opini publik
Dalam pencaturan opini publik,masalahnya adalah bahwa masyarakat umum memenerima fakta bukan sebagaimana adanya, tetapi apa yang dianggap mereka sebagai fakta, atau kenyataan fatamorgana. Secara dinamis, proses komunikasi terdapat sebuah informasi yang menjadi fakta yang disampaikan melalui editing media, lalu ada sebauh fakta yang menjadi fakta semu, yaitu melalui olahan media masa. Fakta hanya diketahui media, sedangkan yang disebarkan adalah berupa fakta semu dan ini yang menjadi konsumsi publik.
Fakta-fakta semu ini dapat menjadi fakta lebih semu, dan kita atau inistitusi lain sebagai penyebar fakta semu ini. Tentu saja sudah berbeda antara fakta yang ada pada media dan fakta yang dikonsumsi public. Contohnya pada reporter dimana pada proses reporting ia harus melakukan seleksi terhadap fakta, ia melakukan pemotongan berjam-jam hasil reportingnya dan dikemas hanya untuk 10 menit, yang misalnya tadi faktanya mencari selama dua jam. Dalam hal ini, tentu saja visi atau ideologi media berperan besar. Selanjutnya pada proses editing dan publishing, redaktur dan redaktur pelaksana sampai pimred berhak menyeleksi berita,sampai mengedit.
Dalam kenyataannya ,sebuah fakta semu dan kebenaran tentu kadang–kadang bersebrangan, atau memang berbeda sama sekali, dan mungkin juga sama. Opini publik yang dihasilkan dari fakta semu menghasilkan sesuatu fakta semu yang lebih besar lagi, sehingga berimpact balik ke media dan media semakin menggencarkan fakta semu yang diluncurkannya.
Apabila ada 30 persen yang menyatakan dengan kuatt, tegas, dan 70 persen lainnya menyatakan pendapat dengan lemah, tidak terlihat antusias, maka opini pihak 30 persen yang dapat diangkat menjadi kekuatan yang lebih besar. Dan opini ini dapat muncul dengan tiba-tiba, dan jangan heran hal semacam ini dapat hilang dengan tiba-tiba pula.
Pengaruh opini publik dapat kita lihat sekarang pada fenomena kasus Piala Dunia di Afrika Selatan dan juga sebelumnya kasus penyerangan kapal Mavi Marmara ( Tipikal fakta semu dan implikasinya terhadap opini publik) juga dahulu ada berita yang cukup menyita perhatian public yaitu isu Kiamat 2012. Sempat fakta-fakta semu yang diluncurkan media terjadi secara besar-besaran saat Kematian Putri Diana. Kematiannya membuat dunia berguncang, juga saat Jacko meninggal dengan hampir seluruh media didunia menyiarkan berita semacam ini.
Acara Inagurasi Jacko pun disaksikan lebih dari 3 milyar pemirsa layar kaca,yang melebihi acara final Piala dunia sekitar 2 milyar. Jika ada orang tertabrak maka itu biasa, tapi jika yang terjatuh itu Jacko/Putri Diana tentu lain.
Jika polisi menangkap maling ayam itu biasa, tapi jika menangkap KPK jelas berbeda dan dengan ini, fakta2 media mempengaruhi opini publik. Karena itu wajarlah jika di dunia berebut kontrol terhadap fakta dan alat-alat komunikasi.Kekuatan jaringan kantor–kantor berita yang luar biasa besarnya, dan saat ini masih didominasi Negara kesatu (Negara maju ) alur informasinya menuju Negara ke 3 (Negara-negara berkembang),yang pada negara2 maju terdapat kantor berita besar seperti BBC, CNNUPI , AFP, AP.(prancis,inggris,Amerika) contoh saja AFP (Franch) dengan ratusan ribu terminalnya dan fotografer di puluhan negara dengan mudahnya menyebarkan berita-berita ke seluruh dunia.
Saat beberapa waktu kemarin dan juga saat ini masih berlanjut isu kiamat 2012 sedang merebak didunia, tentu saja kita tahu dari media bukan, karena hanya media sumber satu-satunya yang dapat kita akses,sebenarnya tidak hanya media sebagai sumber informasi , tetapi juga ada dari catatan intelejen, juga pemikiran-pemikiran ahli, dalam sebuah literature (buku,dll).
Dengan bermulanya penyebaran fakta bahwa ramalan suku maya bahwa pada kalendernya berakhir pada 2012, maka dengan gencarnya fakta2 semu ini disebar, dan hal–hal seperti dunia berakhir pada 2012 di dominankan, sedangkan berita semacam kontra pada awalnya tidak dipentingkan.
Semakin lama hal-hal kontroversial diangkat,sehingga layak dijual kepada publik,dan media mendapatkan untung yang besar dari opini ini. Awalnya NASA yang dibekingi Amerika membuat pernyataan aka nada badaimatahari setelah kalender tsb juga mengacu pada ramalan Nostradamus tentang ada benda besar mendekati bumi pada 2012. Namun ,berita bahwa NASA menyatakan bahwa puncak matahari ini terjadi pada tahun 2013 tentu ditaruh dibelakang kalau bisa, agar mencocokan antara ramalan suku maya, Nostradamus, dan rabi2 lainnya. Kenyataanya jika mengacu pada temuan NASA, seharusnya Kiamat bergeser menajdi 2013.
Tapi merasa hal ini (kiamat 2013), kurang pantas untuk dijual , maka hal ini dikesampingkan. Dan kita sebagai seorang muslim tentu pasti mengetahui bahwa pasti ada sesuatu yang tersembunyi dibalik penyevaran informasi ini,dan kita yakin bahwa hanya Allah saja yang mengetahui sesuatu yang akan terjadi dimasa yang akan datang. .Fenomena Kiamat 2012 merupakan salah satu bagian dari arus informasi globa lyang membuat dunia tidak berdaya. Dengan menguasai alat-alat informasi , negara-negara maju leluasa melakukan “rekayasa informasi global”.
Untuk itu pemerintah dari negara-negara maju tersebut bersedia membiayai kantor berita internasionalnya seperti AFP yang meluarkan miliyaran dolar untuk operasionalnya. Inipun mungkin saja terjadi di Indonesia, dalam penguasaan informasi. Kemampuan merekayasa ini dapat membuat pernyatan bertolak belakang. Lihat saja bagaimana media menyorot perkataan bush bahwa HAMAS yang dicap teroris, namun yang dilakukan HAMAS menurut jubirnya sendiri iakah melawan penjajah yang mendudukinya, Percis seperti negeri kita, para pahlawan kita dicap ekstrimis, subversif oleh Belanda. Bagaimana opini publik dibentuk oleh pemikiran media dengan ideologinya.
Tipikal rekayasa ini, semakin lama tidak akan bertahan lama dan akan berangsur-angsur menghilang, seiring dengan adanya berita baru yang Laku dijual dan sesuai visi media tersebut. Dampaknya terlihat pada keuntungan-keuntungan suatu pihak,lihat saja saat Kasus pemilihan Ketua Golkar, terlihat pertarungan antara dua kubu dari calon yang berbeda,atau ramainya orang berbondong-bondong menonton film 2012 ,dan Amerika menuai untung yang berlimpah, padahal jika kita bayangkan dengan film yang tidak digembar-gembor hasilnya tentu lain.
Kita tentu saja selalu berada dalam bayang-bayang media,dan tidak mungkin melepaskan diri,dan selalu mebutuhkan informasi.
Tetapi juga jangan terbawa arus,ingat dalam dunia Intelejen ada yang disebut Mind Control,dan ini yang terjadi bahwa media dan dunia intelejen selalu berhubungan.Tetapi jelas ,bahwa tetap mungkin media menyampaikan sebuah kebenaran seperti tentang ramalan nostradamus, atau fakta tim8, fakta kematian jacko,
Namun kadang tidak berimbang.Jika sudah melihat hal ini sudah saatnya kita melihat secara objektif dan tidak termakan berita-berita seperti ini. Sebagai seorang muslim, kita mengetahui bahwa yang harus kita sampaikan adalah kebenaran,tidak ada tujuan lain,Mungkin banyak media dari yahudi yang bermaksud tertentu dan media muslim seharusnya mandiri dan mengimbangi media–media yang bermaksud tertentu,sebab yang kita bawa adalah kebenaran,dan kebenaran tidak akan kalah oleh kebathilan.
Muhammad Rizki ([email protected])
Wa’alaikumussalam wr. wb.
Kami juga ikut prihatin dengan perkembangan media massa Islam saat ini yang lemah dukungan dari tokoh-tokoh Islam. Di negeri kaya yang mayoritas umat Islam, tetap saja media massa Islam belum mempunyai kekuatan yang signifikan.
redaksi