Beberapa hari terakhir, isu terorisme kembali menyeruak, banyak pihak menganggapnya hanyalah sebuah rekayasa belaka dengan berbagai macam tujuannya. Hal ini di dasari karena memang seringkali banyak kejanggalan-kejanggalan aneh dan peristiwa lucu ketika terjadi peristiwa teror maupun saat penyergapan teroris tersebut. Berkembang di masyarakat, salah satunya, isu teroris kali ini hanyalah untuk mengalihkan isu kasus skandal Bank century. Namun terlepas dari semua itu, adalah penting kiranya kita mengetahui sekilas tentang war on teroris yang dilancarkan oleh AS dan sekutunya.
War on Terrorist sejatinya hanyalah topeng untuk memerangi Islam, hal ini terbukti dari beberapa fakta yang terekam dilapangan, bahwa AS lebih banyak menginvasi ke negri-negri Islam, daftar terorist mayoritas adalah ummat Islam. Sangat aneh ketika Israel yang jelas-jelas melakukan tindakan teror terhadap warga Palestina tidak dicantumkan ke daftar teroris, sedangkan Hamas dalam mempertahankan negrinya untuk mengusir penjajah Zionis dimasukkan dalam daftar teroris mereka. Bukti lain, mayoritas korban adalah masyarakat Islam, mereka juga sering menggunakan istilah; teroris Islam, militan Islam, Radikal Islam. Hal yang tidak disematkan kepada Teroris yahudi (Israel), Teroris hindu (macan tamil), bahkan kalau mereka mau jujur, mereka sangat layak menyandang gelar teroris kristen.
Pasca runtuhnya komunis yang dipimpin Uni Soviet, satu-satunya ancaman terhadapap dominasi Amerika Serikat terhadap dunia dengan Ideologi kapitalismenya, otomatis hanyalah tinggal Islam, dengan catatan Islam diterapkan sebagai sebuah Ideologi. Samuel P hatington dalam bukunya “who are you?” mengatakan ” bagi barat, yang menjadi musuh utama bukanlah fundamentalis Islam,tapi Islam itu sendiri”. Sedangkan menurut mereka Ideologi Islam memiliki beberapa kriteria, yakni seperti yang diungkap Mantan PM inggris Tony Blair saat konggres buruh (16/ Juli/2006). Ia menjelaskan ”Islam sebagai Ideologi Iblis: ingin mengeliminasi Israel, menjadikan syariat sebagai sumber hukum, menegakkan khilafah dan bertentangan dengan nilai-nilai liberal.”
Maka dari itu, untuk membendung potensi pesaing ini, Amerika Serikat melakukan berbagai cara guna menaggulanginya. Bermacam kebijakan mereka tempuh, salah satunya dengan melakukan invasi militer secara langsung terhadap negri-negri Islam, selain itu, mereka juga melancarkan perang pemikiran (ghoswul fikri) secara masif sehingga terbukti lumayan ampuh membuat umat Islam sendiri meninggalkan Ideologinya, termasuk menanamkan antek-anteknya diberbagai negara untuk memuluskan niat jahat mereka.
Kebijakan perang fisik mereka gunakan untuk melumpuhkan seteru-seteru Ideologi mereka dikawasan Timor tengah dan lainnya, sedangkan kebijakan perang non fisik (perang pemikiran) di tempuhnya di seluruh negri Islam, baik yang di duduki secara militer maupun tidak.
Di Indonesia Pemikiran Amerika (barat) telah berhasil merengsek masuk ke berbagai sendi kehidupan, ( Ekonomi, sosial, budaya, politik ,dst). Untuk mensukseskan upayanya ini mereka juga menciptakan kader-kader intelektual dari tubuh kaum Muslim itu sendiri yang telah di cuci otaknya sehingga mindset berfikirnya pun telah berubah menjadi mindset berfikir yang bukan lagi Islam, melainkan pro terhadap Amerika dan bahkan cenderung memusuhi Ideologi Islam.
Saking pentingnya perang pemikiran ini, sekretaris mentri pertahanan AS Wolfowitz merekomendasikan: ”saat ini, kita sedang bertempur dalam perang melawan teror, perang yang akan kita menangkan. Perang yang lebih besar yang kita hadapi adalah perang pemikiran, jelas suatu tantangan. Tetapi yang (ini) juga harus dimenangkan”. Bermacam sarana dan prasarana mereka gunakan, diantaranya dengan mengintervensi pendidikan, yakni mengatur kurikulum pendidikan yang berbasis sekulerisme, termasuk kurikulum-kurikulum pesantren yang sudah banyak digembosi melalui dana-dana bantuan yang mereka salurkan.
Peran Media Massa
Media massa punya kontribusi besar dalam mempengaruhi hati dan pemikiran masyarakat, kebanyakan media massa sekarang ini mayoritas dikuasai oleh kaum sekuler, itu bisa kita lihat dari wajah media massa itu sendiri yang cenderung bernuansa sekuler, baik dalam pemberitaan maupun muatan yang dihasilkan oleh media, seperti tayangan hiburan dan yang lain sebagainya.
Culumbus dan Wolf dalam tulisannya (Pengantar hubungan Internasional hal.186-187) mengatakan ” salah satu fungsi bisnis propaganda adalah memonitor, mengklasifikasi, mengevaluasi, dan mempengaruhi media massa. Para wartawan, kolumnis, komentator, dan pembuat opini yang dianggap bersahabat biasanya diundang ke kedutaan besar. Pihak kedutaan besar biasanya memberikan informasi eksklusif,bila perlu menawarkan bonus. Di negara-negara barat, peran dinas propaganda luar negeri sangat luar besar. Hal ini mengingat opini publik, kelompok penekan, dan media massa terlibat terus menerus untuk mempengaruhi kebijakan sebuah negara”.
Ariel Cohen Ph.d (pengamat) juga pernah merekomendasikan ” AS harus menyediakan dukungan kepada media lokal untuk membeberkan contoh-contoh negatif dari aplikasi syariah)”. Sedangkan ide-ide yang harus terus menerus diangkat ialah menjelekkan citra Islam: perihal demokrasi dan HAM, poligami, sanksi kriminal, keadilan Islam, minoritas, pakaian wanita,kebolehan suami untuk memukul istri. (Cheril Benard, Cicil democratic Islam, partners, resources, and strategies, the rand corporation halaman.1-24).
Yang harus di lakukan Umat Islam
Umat Islam sudah seharusnya mengambil langkah-langkah strategis untuk meminimalisir dampak-dampak negatif dari ”war on terroris” yang dilancarkan Amerika Serikat dan sekutunya ini. Ada beberapa langkah yang harus ditempuh diantarannya:
Membina ummat, terutama para intelektualnya dengan pemikiran Islam yang Ideologis.
Menjelaskan kepada ummat secara umum atas kepalsuan ide-ide selain Islam (counter opini) seperti Kapitalisme, sosialisme, sekulerisme, pluralisme, Liberalisme Dst.
Melakukan dakwah yang bersifat politis dengan mengajak ummat untuk menerapkan syariah Islam secara kaffah dalam seluruh aspek kehidupan.
Jika itu ksudah kita lakukan, maka Allah sendiri yang akan membalikkan makar sebagaimana tercermin dalm firman-Nya. Allah SWT berfirman: “Mereka membuat Makar dan Allah pun membuat Makar. Dan Allah itu Maha Pembuat Makar”. (QS. Ali Imran : 54).
Apapun bentuknya, tidakan teror yang menyelesihi syara’ jelas dilarang di dalam Islam, apalagi sebuah tindakan teror yang telah ditunggangi oleh pihak-pihak yang ingin memperburuk citra Islam. Satu hal yang perlu dicatat, perang melawan teroris berarti harus ada pelaku teror dan kejadian teror di tempat itu, jika tidak ada, alasan apa yang akan digunakan untuk memerangi teroris. Maka tidak heran lagi ketika ada salah seorang artis Holiwood yang mengatakan bahwa “G.W.Bush ada dibalik serangan WTC” beberapa tahun lalu yang telah dimanfaatkan AS untuk memerangi Teroris.
Amerika dan sekutunya merupakan kekuatan yang global, oleh sebab itu harus dihadapi dengan kekuatan yang global pula. Harapan bagi ummat Islam masih ada ketika pertolongan dari Allah datang melalui perjuangn kita dalam membentuk kekuatan yang luar biasa, yang mampu menandingi adidaya Amerika. Itulah Khilafah Islamiyah yang di janjikan. Wallahu a’lam bi ash shawab.
Abdurrahman Ali Mustofa ([email protected])