Eramuslim.com – SETIAP rezim di Indonesia biasanya punya senjata “pamungkas “ yang berbeda beda untuk membungkam atau melemahkan lawan lawan politiknya. Semasa Presiden Sukarno dengan tuduhan (fitnah) anti revolusi, kontra revolusi.
Ini tentu berbeda dengan tuduhan yang bukan fitnah seperti ketika penumpasan berbagai pemberontakan. Tuduhan yang fitnah itu tidak selalu dari sang Presiden tetapi bisa jadi dari yang dekat dengan sang Presiden misalnya PKI dan atau tokoh yang dekat atau sekitar Presiden Sukarno seperti Dr. Subandrio.
Semasa Presiden Suharto dengan tuduhan (fitnah) subversi dan atau anti Pancasila. Fitnah juga umumnya dari organisasi atau tokoh yang dekat dg Presiden Suharto. Ini berbeda dengan tuduhan yang bukan fitnah seperti penumpasan kekejaman G30S/PKI.
Sekarangpun dengan tuduhan yang umumnya juga tidak berdasar seperti radikal, intoleran, makar dsj. Fitnah fitnah ini juga mengganggu perkembangan demokrasi.
Semua fitnah atau tuduhan itu sama yaitu untuk menakut nakuti dan melemahkan lawan politiknya yang umumnya adalah umat islam yang mayoritas. Karena mayoritas Itulah maka umumnya berakhir dg gagal atau kegagalan rezim.
Begitulah roda kekuasaan berputar dan bergilir. Tidak ada yang abadi. Makanya sebaik baik manusia adalah yang eling lan waspodo. [end/glr]