Eramuslim.com – Assalamu’alaikum wr. wb.
Ini ada cerita lucu tentang cara pemimpin mengelola percakapan. Saya adalah pimpinan DPR yang mengurusi bidang, salah satunya bidang pendidikan dan agama, tapi malah diantisipasi secara berlebihan.
Kemarin (22 Mei), saya telah dilarang untuk berceramah di Masjid kampus UGM. Rupanya, Rektorat kampus telah ditekan oleh Istana. Lalu pihak Rektorat menekan Takmir masjid sehingga mencoret saya dari daftar. Takmir masjid sudah minta maaf.
Coba Anda bayangkan; nalar apa ini. Kira-kira, kita ini kan sudah ada di zaman Demokrasi yang terbuka. Coba kita mengimajinasikan apa yang ada di kepala orang-orang di Istana itu. Apa yang mereka takutkan dari kata-kata saya, sehingga, di kampus, tempat mimbar akademik dan kebebasan itu dijamin, mereka tidak berani mendengarkan apa yang ingin kita katakan.
Dan yang lebih konyol lagi, apa masih ada guna larangan untuk berbicara di jaman sekarang ini.? Ini saya bicara di sini sedang distreaming, jutaan orang (bisa) menonton. Kalau mau saja, di dalam kampus, di WC bisa saja saya buat video ditonton jutaan orang (kampus).
Tapi Istana, dengan mentalitas jadulnya itu tadi, marah pada saya. Lalu membreidel. Jadi mereka menganggap masih ada gunanya (efektif) breidel dan larangan. Ini adalah fitur-fitur dan cara kampungan.