Menag beralasan tidak tahu, dalam berita disebutkan:
Sekali lagi, ungkap Menag, ini karena ketidaktahuannya. Ia tidak mengira ada ulama yang mengharamkan qiraat dengan langgam Jawa.
Alasan itu dikemukakan kepada para ulama dan tokoh Islam dari ormas-ormas Islam di Kantor Kemenag Pusat Jakarta (28/5 2015) ketika Menteri Agama diminta bertobat dan minta maaf kepada umat Islam atas inisiatifnya untuk baca Al-Qur’an pakai langgam/ nyanyian Jawa di Istana Negara 27 Rajab 1436H/ 15 Mei 2015.
Terhadap pernyataan Menteri Agama Lukman ini, coba mari kita ingat-ingat suatu persitiwa masa lalu untuk sekadar membuat perbandingan.
Pernah NU mengalami gonjang-ganjing, gara-gara PBNU pimpinan Gus Dur (Abdurrahman Wahid) menerima duit (lagi2 soal duit. kan kasus belakangan, dilengserkannya Gus Dur dari kursi kepresidenan ya masalah duit dari Brunei untuk Aceh, dan Gus Dur dinilai tidak mampu mempertanggung jawabkannya). Duit yang menjadikan NU gonjang-ganjing ini berasal dari YDBKS pusat judi lotre nasional namanya SDSB, yang tadinya bernama porkas. Duit itu memang hasil dari permintaan PBNU yang dipimipin Gus Dur kepada YDBKS pusat pengelola judi lotre nasional tersebut.
Begitu ketahuan kasus duit judi itu, maka langsung Prof. Dr. KH. Muhammad Ali Yafie Rais ‘Aam PBNU (1991-1992) mengundurkan diri dari Rais Aam PBNU. Malu sekali, masa’ organisai Islam berlabel ulama lagi, minta2 ke pusat judi lotre yang seharusnya justru memberantasnya.
Gus Dur berkilah bahwa dia minta2 dana itu karena tidak tahu kalau YDBKS itu pusat pengelola judi lotre nasional. Tapi KH Alie Yafie tetap tidak mau menerima alasan itu, dan tidak mau duduk di NU lagi, bersikukuh mengundurkan diri.
Kisah Gus Dur menerima duit judi itu sebagai berikut:
Ketika itu Gus Dur menjabat Ketua Umum Dewan Tanfidziyah PBNU. Rupanya, tanpa sepengetahuan pengurus PBNU lainnya, termasuk dari Dewan Syuriah NU, Gus Dur meminta sejumlah uang kepada Yayasan Dana Bhakti Kesejahteraan Sosial (YDBKS), penghimpun dana SDSB. Tentu saja tindakan ini tergolong berani, mengingat organisasinya mengharamkan SDSB.
Tindakan Gus Dur ini bocor setelah seorang pengurus YDBKS buka suara. Akibatnya sangat menggemparkan. Terjadi hiruk pikuk di tubuh ulama NU dan umat Islam. Bahkan Gus Dur seolah membela diri dengan mengatakan SDSB halal.
Akibat Gus Dur menerima uang judi tersebut, Kyai Ali Yafie yang duduk sebagai Rais Aam PB NU menyatakan mundur dari kepengurusan PBNU. (gus7.wordpress.com).
Tidak hanya sampai di situ. Bahkan, begitu Gus Dur kemudian jadi presiden, langsung KH Ali Yafie mengundurkan diri dari jabatannya, Ketua Umum MUI (1998-2000 setelah KH. Hasan Basri wafat). KH Ali Yafie tidak mau memimpin MUI yang Indonesia dipresideni Gus Dur (Abdurrahman Wahid) yang pernah minta duit ke pusat judi lotre, yang ketika dipersoalkan kemudian Gus Dur berkilah bahwa dirinya tidak tahu (bahwa YDBKS itu pusat judi lotre nasional). Ternyata belakangan ada kasus pula. MUI yang sudah tidak dipimpin KH Ali Yafie itu memfatwakan haram bumbu masak “Ajino Moto” karena memakai bahan pendukung enzim babi. Tetapi Gus Dur ngotot menghalalkannya, dan dibela pembela2nya diantaranya pentolan syiah Jalaluddin Rakhmat.
MUI akhirnya tetap pada pendiriannya mengharamkan, produk Ajinomoto, walaupun orang nomor satu di Indonesia Gus Dur mengatakan Ajinomoto Halal. Fatwa MUI tentang Ajinomoto itu dikeluarkan pada tanggal 16 Desember 2000. Produk Ajinomoto yang dinyatakan haram ini ternyata telah diproduksi sejak bulan Juni sampai 23 Nopember 2000 karena menggunakan bahan pendukung bacto soytone yang mengandung enzim babi, atau dalam bahasa ilmiahnya disebut porcine. (http://media.isnet.org/).
Kasus itu menjadikan berita ramai di masyarakat. Umat Islam pun tampaknya pro MUI, dan tidak menggubris perkataan Gus Dur (walau presiden Indonesia) serta Jalal pentolan syiah yang saat itu ngakunya susi (sunni syiah).
Presiden Gus Dur dibela pentolan aliran sesat syiah Jalaluddin Rakhmat dalam kasus menghalalkan bumbu Masak “Ajino Moto” yang diharamkan MUI, ternyata Gus Dur bahkan mengalami tidak digubris Umat Islam.
Kalau Menag Lukman mau mengambil pelajaran, seorang Gus Dur yang bahkan dibela pentolan aliran sesat serta liberal-liberal lainnya pun ternyata tidak mampu berkutik.
Dukungan Kaum Liberal dan para pentolan aliran sesat dalam berbagai kasus sejatinya hanya bagai bolodupakan dalam pertunjukan wayang. Apalagi dalam kasus Menyanyikan Al-Qur’an dengan Nyanyian Jawa, maka mereka Dibabat Habis! Para pendukung yang telah ketahuan bahwa mereka itu gerombolan liberal yang masyarakat menyebutnya dungu karena ada yang sampai menyebut Allah itu Mahluk; mereka itu fungsinya hanya bagai bolodupakan atau buto cakil dalam wayang. Perannya hanya muncul untuk didupak alias ditendang lalu nggeblak kemudian mati atau lari kudhung kathok (kalah dan malu). Maka sebenarnya, hanya orang-orang yang tertipu oleh media massa anti Islam dan liberal saja yang menganggap kaum liberal dan pentolan-pentolan aliran sesat itu punya daya pengaruh. Lebih merasa tertipu lagi ketika ingat bahwa orang sekelas Gus Dur saja tidak akan terselamatkan oleh dukungan kaum liberal dan para pentolan aliran sesat, bahkan menjadikan makin terpuruknya.
Dan ternyata babak berikutnya, Gus Dur pun kemudian kejeblos duit Brunei, yg mengakibatkan dilengserkan dari kursi kepresidenan karena dianggap tidak mampu mempertanggung jawabkannya.
Dari seluruh kisah nyata ini, intinya, kilah tidak tahu itu adalah BASI! Dan itu sangat dimengerti oleh KH Ali Yafie, sehingga beliau pilih mengundurkan diri, itupun sampai dua kali mengundurkan diri, dari Rais Aam PBNU dan dari Ketua Umum MUI. Tidak mau ada pemimpin yang berkilah tidak tahu, lalu mengharapkan dukungan dari kaum liberal dan aliran sesat seperti itu.