Intelek, cantik dan berkepribadian, itulah interpretasi slogan 3B-nya (Brain, Beauty, Behavior) Miss World. Kontes kecantikan tertua di dunia ini setiap tahun menghadirkan ratusan peserta yang tak hanya berparas menawan, tapi juga pintar dan berperilaku baik. Ya, Miss World 2013 telah menjelang. Ajang ini akan digelar pada September ini. Bali pun diputuskan sebagai pusat karantina dan Jakarta (tepatnya SICC di Sentul, Bogor) untuk malam final Miss World 2013 (okezone.com, 24/05/2013).
Beauty with a Purpose, Babak Fast Track, Kategori Multimedia
Senada, pun dengan panitia dan para kontestan. Mereka jelas makin sibuk dengan persiapan. Terlebih dengan adanya penambahan klasifikasi penjurian dalam babak fast track, yaitu dari kategori multimedia. Seperti diketahui, biasanya untuk babak tersebut memang hanya ada lima yang dikompetisikan, yakni Beauty with a Purpose, Fashion, Talent, Sport, serta Top Model (okezone.com, 24/05/2013).
Fast track Multimedia merupakan terobosan baru yang dibuat oleh panitia Miss World 2013 di Indonesia. Melalui fast track ini, Liliana Tanoesoedibjo, Ketua Yayasan Miss Indonesia, berharap bisa memperkenalkan Indonesia ke mancanegara (www.cekricek.co.id, 25/05/2013a). “Fast track dari multimedia ini yang terbaru. Nantinya, setiap finalis akan meng-upload aktivitas yang mereka lalui di jejaring sosial. Mereka akan melakukan hal yang besar untuk Indonesia,” jelas Liliana. Tentu saja ini akan menjadi penentu penilaian dari setiap kontestan. Bahkan, Liliana menambahkan kalau kontestan yang paling aktif-lah yang akan mendapat nilai tertinggi. “Siapa yg sering meng-upload paling sering dan follower-nya banyak juga poinnya lebih tinggi,” imbuhnya. (okezone.com, 24/05/2013).
Kabarnya, Vania Larissa (Miss Indonesia 2013), wakil Indonesia di ajang Miss World nanti, mengincar tiga kategori fast track, yaitu Miss Talent, Top Model dan Multimedia. “Fast track yang diincar itu talent tentunya karena saya menyanyi seriosa. Tapi Top Model juga jadi salah satu incaran. Kemudian Multimedia juga karena bangsa Indonesia memiliki populasi yang besar,” terangnya (www.cekricek.co.id, 25/05/2013b).
Mutakhirnya jejaring sosial maupun laman video online, telah dengan mudah menjadikan kontestan Miss World cepat populer. Terlebih jika intensitas aktivasi akunnya sangat tinggi, bersiaplah untuk segera menjadi selebriti. Namun, bayangkan jika yang dipopulerkan di media itu sebuah ajang kemaksiatan. Bukankah justru kemaksiatan itu makin merajalela? Pasalnya, selain tahun 2013, Indonesia juga dipercaya akan menjadi tuan rumah Miss World berikutnya di tahun 2015 (http://www.citizenjurnalism.com/hot-topics/2013-indonesia-menjadi-tuan-rumah-miss-world/). Tak diragukan lagi.
Brain, Klaim atas Simbol Intelektualitas Peserta Miss World
Jadi makin jelas bukan, bahwa tak ada satu pun kategori penjurian kontes kecantikan semacam ini yang mengedepankan peningkatan taraf berpikir. Apalagi untuk menyelesaikan permasalahan umat, jauh panggang dari api. Semua kategorinya bicara popularitas atas nama kemampuan dan kelebihan fisik semata. Dan untuk jadi pintar, haruskah jadi cantik dulu? Jika ada perempuan yang (maaf) pincang, tapi ia ber-IPK 4,00 dan menjadi lulusan terbaik di perguruan tingginya, apakah ia akan lolos seleksi peserta Miss World?
Wow, konsep 3B dalam kontes ini jelas merupakan konsep dusta untuk membungkus Miss World dan semacamnya agar diterima masyarakat. Kita tentu bertanya-tanya, dalam kontes yang hanya dilakukan beberapa hari, bagaimanakah menilai kecerdasan, kecantikan, dan kepribadian? Yang dinilai hanyalah satu konsep saja, yakni kecantikan. Maka, mendukung ajang ini sama saja dengan melanggengkan penjualan tubuh perempuan. Jika untuk menjadi pintar seorang perempuan harus menjadi cantik dulu, maka betapa sulitnya menjalani kehidupan ini. Karena tidak setiap perempuan bisa ikut kontes Miss World.
Perempuan para peserta Miss World termasuk para perempuan yang menjadikan ide-ide kapitalistik sebagai pijakan. Mereka ‘dengan sadar’ berkontribusi mengajak kaum perempuan selainnya untuk terkooptasi pada ide-ide tersebut. Ironisnya, alih-alih mampu mengangkat nasib perempuan yang diklaim pintar, posisi mereka dalam sistem demokrasi-liberalistik-kapitalistik justru menjadi racun yang kian mengukuhkan kegagalan menyelesaikan persoalan-persoalan perempuan. Sebaliknya, ide-ide kapitalistik-sekular akan makin sukses menjerumuskan perempuan ke dalam jurang kejahiliahan dan kegelapan. Kegelapan ini tidak akan pernah beranjak dari umat secara keseluruhan selama umat Islam mencampakkan aturan-aturan Allah Swt dan Rasul-Nya.
Akhirnya, kehidupan kapitalistik pun merancukan pemikiran perempuan, bahwa untuk mendapatkan hak-haknya, perempuan harus cantik, pintar dan banyak uang. Peran sejati perempuan dikaburkan, disesatkan, dikacaukan bahkan dilenyapkan. Perempuan tak lagi menjadi istri mulia, ibu tangguh, perempuan pejuang. Kehidupan perempuan kembali menjadi hina karena sistem yang digunakan bukan sistem Islam, yang punya cara pandang berbeda 180 derajat dengan cara pandang Islam terhadap perempuan. Kapitalisme akan selalu menjadikan perempuan menjadi barang dagangan, alat promosi berbagai produk untuk menarik pembeli. Harus diakui, Miss World adalah salah satu alat promosi itu. Oleh karenanya, sayang sekali, padahal perempuan terpelajar seharusnya bisa berkiprah dan berkontribusi dalam kemashlahatan umat.
Perempuan Pintar: Takwa dan Visioner
Menuntut ilmu merupakan bagian dari aktivitas ibadah, sebagaimana firman Allah Swt dalam QS. Adz-Dzariyat ayat 56: “Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku.” Dan Allah Swt telah menjamin orang-orang yang berilmu dalam Al-Qur’an: “…niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat…” (QS Al-Mujadilah [58]: 11). Juga firman Allah Swt: “…Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling taqwa di antara kamu…” (TQS Al-Hujuraat [49]: 13). Berdasarkan ayat-ayat tersebut, kepintaran adalah software baginya untuk menuju taqwa.
Selanjutnya, keterpelajaran kaum perempuan untuk kemashlahatan umat nyatanya hanya bisa dengan kebangkitan pemikiran, bukan dengan kontes Miss World. Bangkitnya manusia sejatinya tergantung dari pemikirannya tentang hidup, alam semesta dan manusia itu sendiri, serta hubungan ketiganya dengan sesuatu yang ada sebelum alam kehidupan dan sesudah kehidupan dunia. Sebab, pemikiranlah yang membentuk dan memperkuat persepsi (mafahim) terhadap segala sesuatu. Namun, persepsi ini tidak akan mengantarkan kepada kebangkitan yang benar, kecuali jika sesuai dengan fitrah manusia, memuaskan akal dan memberikan ketenangan hati. Maka tidak bisa tidak, persepsi itu hanyalah yang berlandaskan Islam, yang menjelaskan bahwa di balik alam semesta, manusia dan kehidupan, terdapat Allah Swt. Oleh karena itu, dalam perbuatan seorang hamba harus ada keyakinan akan hubungannya dengan Allah Swt secara mutlak sebagai bentuk ketaqwaannya.
Kegemilangan peradaban, sebagaimana yang pernah dicapai belasan abad oleh umat Islam terdahulu, tidak bisa dipisahkan dari keberhasilan peran para ibu. Panggung peradaban Islam tak hanya didominasi oleh laki-laki. Perempuan pun muncul untuk berkontribusi. Perempuan menjadi sosok yang memahami kemuliaan cahaya Islam dan tak kenal lelah mendidik umat untuk memahami cahaya petunjuk tersebut. Hal ini telah bermula sejak zaman Nabi Muhammad saw dan para shahabatnya saat merintis masyarakat berperadaban, yaitu peradaban yang menyatukan iman, ilmu, amal dan jihad. Inilah yang disebut oleh para ulama, “Orang Barat bisa maju karena meninggalkan agamanya, sedangkan kaum Muslimin hanya akan maju jika ia mendalami agamanya.”
Para perempuan Muslimah yang berkiprah untuk perubahan dengan tidak menjadikan penerapan syariah Islam dalam Khilafah sebagai jalan dan target perubahan, maka mereka akan merasa lelah dan sia-sia karena perubahan hakiki tidak akan pernah terwujud. Kiprah perempuan Muslimah dalam upaya penegakan Khilafah ini telah disambut oleh Allah Swt dalam QS Ali ‘Imran [3] ayat 195: “Sesungguhnya Aku tidak menyia-nyiakan amal orang-orang yang beramal di antara kamu, baik laki-laki atau perempuan, (karena) sebagian kamu adalah turunan dari sebagian yang lain...” Dengan demikian bukanlah mimpi, bahwa Khilafah adalah model pemerintahan cemerlang yang juga akan melahirkan generasi cemerlang hingga masyarakat yang bernaung di dalamnya memperoleh kesejahteraan dan meraih kemuliaan di dunia dan akhirat, insya Allah.
Wallaahu a’lam bish showab [].
BIODATA PENULIS:
Nama : Nindira Aryudhani, S.Pi, M.Si