Assalaamu’alaikum Wr Wb
Beberapa saat yang lalu saya menyaksikan acara di salah satu stasiun televisi swasta, yang sedang menampilkan prosesi di suatu kamar hotel di daerah jawa tengah, dengan foto nyi roro kidul, membawa sesajen, membakar menyan, dan berombong-rombong, orang-orang yang dikatakan yang punya hajat (yang hendak meminta sesuatu) dipimpin oleh beberapa orang tua, mereka bersama-sama mengucapkan do’a-do’a yang teramat familiar dalam Islam, kemudian mereka beramai-ramai menuju pantai untuk menghanyutkan sajen-sajennya.
Kemudian pada sesi keduanya, di suatu daerah di jawa juga yang para orang-orang yang punya keinginan, berdoa bersama memakai pakaian yang menyerupai pakaian ihram, dan berendam di suatu sumber mata air dan ada orang yang terkesan menjampi-jampi tetapi menggunakan al-fatihah, surat al-ikhlas dan surat-surat lainnya.
Teramat menyedihkan melihat acara itu, krena mereka begitu jauhnya tersesat tetapi seakan tetap merasa tidak tersesat, sehingga dengan beraninya menggunakan kalam-kalam Illahi untuk melakukan kesesatan dan musyrik seperti itu? Serta seakan mempertontonkan kepada non-muslim yg tidak mengerti, contoh gambaran Islam yg sesat.
Pertanyaan saya, sepintas teramat cermatnya FPI kenapa hal-hal seperti itu terlewat? begitu juga MUI, kenapa peran mereka tidak terlihat pada kasus-kasus klenik seperti ini, padahal hal-hal seperti ini sudah berkelanjutan dari lama sekali di Indonesia ini? Kenapa tidak ada juga fatwa haram tentang hal ini, padahal ini adalah kesesatan yang nyata.
Dan rata-rata, apa hubungannya dengan muharam atau maulid nabi? karena seprtinya acara-acara klenik dan kejawen itu banyak yang diadakan di sekitar hari-hari itu?
Terima kasih.
Wassalaamu’alaikum wr. wb.
Khomeini
Wa’alaikumussalam wr. wb.
Problem mendasar bangsa ini memang terletak pada persoalan akidah umat Islam yang masih jauh dari apa yang diajarkan Rasulullah saw. Karena itu, peran kita perlu diprioritaskan untuk upaya ini. Semoga ungkapan keprihatinan ini menjadi lecutan untuk kita semua dalam membenahi akidah umat ini.
redaksi