Wallahu a’lam. Mungkin juga karena saya baru sekali ini naik Prameks. Sehingga, menjadi terkaget-kaget melihat pemandangan seperti itu. Tapi, saya tetap yakin anak-anak muda Indonesia tidak seperti itu dan tidak boleh seperti itu. Never!
Cuma, ini pengalaman langsung. Bukan cerita berangkai. Fakta yang juga terjadi di mana-mana. Seolah-olah, semua anak Indonesia tidak lagi mengenal dan memahami nilai-nilai keberadaban yang terkristalkan di dalam Pancasila. Seakan-akan para pendidik yang semestianya pancasilais, tak berhasil meneruskan kristal-kristal moralitas yang mulia itu kepada anak-didik mereka.
Seolah-olah selama ini para pemimpin, negarawan, begawan dan ilmuwan kita menyembunyikan nilai-nilai Pancasila itu. Sebaliknya memamerkan norma-norma baru yang berbasis individualisme. Yang mementingkan diri sendiri. Yang tak peduli terhadap orang lemah.
Atau, jangan-jangan kasus “tak berhati” yang saya saksikan di KA Pramesk itu sudah menjadi standar yang diterima oleh khalayak? Entahlah!
Tapi, jelas sekali saya menyaksikan banyak orang Indonesia yang kini membuang hati mereka. Sebagaimana banyaknya orang yang kehilangan akal sehat di panggung politik, ketika mendewa-dewakan penguasa yang tak sinkron dengan kebutuhan bangsa dan negara sebesar ini.(kl/ts)
Penulis: Asyari Usman, adalah mantan jurnalis senior BBC London.