Eramuslim.com – Sebenarnya saya tidak ingin komentari kisah ini karena saya sudah membacanya beberapa kali sejak 5 tahun lalu. Cuma saya tergelitik dgn apa yg terjadi beberapa pekan belakangan ini di mana presiden, para menteri, dan penegak hukum, khususnya kepolisian bertingkah seperti mahasiswa indonesia yang belajar di perancis tsb.
Sebenarnya, sebagian besar kalangan termasuk saya pribadi sudah melupakan kecurangan yang terjadi pada pilpres 2014 yang lalu. Ditakdirkan, Ketua MK yang mengadili sengketa pilpres 2014 itu, yunior saya di UNHAS sehingga saya tau jalan cerita kecurangan pilpres 2014 tsb. Lalu sebagian masyarakat termasuk saya pribadi tenggelam dalam kesibukan rutin masing2 sehingga kecurangan pilpres 2014 itu terlupakan. Namun, ada sekitar 700 orang petugas KPPS meninggal dunia dalam waktu relatif bersamaan pasca pilpres. Lalu menkes melarang autopsi mayat mereka. Kemudian ditemukan ratusan selongsong peluru tajam yang dilepaskan brimob dalam menghalau demonstran tgl 21 – 22 mei.
Saya lalu melihat pengakuan mahasiswi indonesia yang belajar di perancis tsb bahwa kesalahan yg dilakukan sebagai persoalan sepele, sama seperti pengakuan KPU, Bawaslu, presiden, menteri dan penegak hukum. Apakah DNA mahasiswi itu sama dgn yg dipunyai menkes, brimob dan presiden yg merasa bangga dapat menipu sistem yang ada demi mencapai ambisi pribadi.? Lalu kita harus terima presiden hasil kecurangan yg kedua kalinya.?
Bangsa ini betul2 sedang sakit parah. Lalu terbayang masa muda saya sebagai mahasiswa di makassar yang sering masuk keluar sel dan penjara karena memperjuangkan aspirasi rakyat.