Sebagian besar orang-orang yang mengaku sebagai muslim dan mukmin tidak memahami arti islam dan iman yang sesungguhnya. Kata-kata itu hanya sebatas dimulut, melekat di otak tapi tidak terhujam kuat dalam hati dan terwujud dalam kehidupan sehari-hari. Sehingga seringkali kata-kata dan perbuatan yang dilakukan keluar dari ketentuan iman dan islam tanpa disadari.
Dan karena sebab itu juga kaum muslimin tidak dapat bangkit dari ketertindasan, keterbelakangan dan tekanan yang dilancarkan oleh musuh-musuh islam. Kaum kufar begitu leluasa menguasai, mengadu domba, mengatur dan mengacak-acak islam. Dan hari ini kita saksikan kaum muslimin tertindas dimana-mana, harga darah kaum muslimin begitu murahnya, anak-anak tidak berdosa harus merasakan tindakan keji dan wanita-wanita yang telah dirampas kehormatan dirinya.
Kita semua merasa sedih, geram dan marah. Tak sabar rasanya membalas perlakuan kejam
dan keji tersebut. Tapi apa dikata, kita tidak punya kekuatan untuk melawan. Teriakan-teriakan kita hanya dibawa angin. Apa yang menimpa kita sebagai umat islam sebenarnya disebabkan oleh tindakan kita juga. Kalau kita jujur kesalahan itu ada pada diri kita. Kenapa penulis katakan
demikian?
Berapa banyakkah kaum muslimin yang telah redup dari dirinya cahaya iman? Dan ia lebih mengisinya dengan kecintaan pada dunia dan segala isinya. Berapa banyakkah kaum muslimin yang hidupnya tidak sejalan dengan ajaran al-Qur`an dan sunah Rasul? Berapa banyakkah kaum muslimin yang lebih mementingkan dirinya sendiri dan lupa dengan hak-hak saudara se Islam?
Ibarat seseorang yang menjadi santri di sebuah pesantren. Santri yang sikapnya tidak
sejalan dengan aturan dan disiplin yang berlaku, apakah akan mendapat perhatian dan
pujian dari Direktur? Santri yang setiap hari dilaporkan perilakunya jang keji, sikapnya yang sering buat onar dan akhlaknya yang bejat. Apakah santri semacam ini akan diperhitungkan?
Dan bagi Allah Swt. perumpamaan yang lebih tinggi. Apakah seorang yang mengaku sebagai mukmin dan muslim tapi ternyata sikap dan tindakannya tidak sejalan dengan aturan islam akan mendapat simpati dan belas kasih dari Allah Swt.? Muslim yang hatinya telah kosong dari cinta pada Allah Swt., Rasul Saw. dan berjuang dijalanNya. Muslim yang ketika dikumandangkan Allahu Akbar, ia masih sibuk dengan dunianya, masih asyik bercengkrama dengan istri, masih asyik bermain dengan anak-anaknya, masih sibuk dengan dagangannya? Muslim yang lebih mengikuti hawa nafsunya dari pada patuh pada aturan Allah Swt.?
Bagaimana manusia jenis ini amalnya akan diterima, ibadahnya akan sampai pada Allah
Swt., dan do`anya akan dikabulkan. Sedangkan dalam setiap dengus nafasnya tak kosong
dari dosa dan maksiat pada Allah Swt. Sesungguhnya Allah Swt. adalah sumber kekuatan kita yang sebenarnya. Tuhan yang maha kuat yang tidak ada satupun di jagat raya ini yang melebihi kekuatannya. Tuhan yang maha kuasa, yang tidak ada satupun dijagat raya ini yang sanggup menghalangi tindak tanduknya. Tuhan yang kekuasaannya meliputi langit dan bumi.
Inilah yang tidak kita sadari, kita lebih mengedepankan kemampuan kita dan lupa dengan keterbatasan kita. Kita lupa bahwa Allah Swt. adalah penolong kita. Kalau hubungan dengan Allah Swt. terjalin dengan baik, segala kesulitan yang kita hadapi dalam kehidupan ini pasti selalu ada jalan keluarnya. Tidak ada satupun yang sulit bagi Allah Swt. Dalam sekejap Allah Swt. kuasa menghancurkan Amerika, Israel dan musuh-musuh islam lainnya.
Beberapa individu berteriak dengan berbagai cara, lisan dan tulisan. “Islam Harus Dibela”, “Islam Tertindas” dan lain-lainnya. Tapi apa yang bisa dihasilkan oleh teriakan-teriakan itu kalau kita sendiri jauh dari Allah Swt.. Kalau dalam diri kita tidak hidup cahaya iman. Kalau untuk shalat malam saja kita merasa malas, untuk tersenyum terhadap saudara merasa berat, membaca al-Qur`an cepat bosan, kalau untuk membantu saudara yang membutuhkan kita pilih-pilih. Tak ada gunanya siang malam berteriak ditengah manusia kalau kita sendiri tidak mau meneriaki diri kita sendiri yang acap kali lalai dari perintah Allah Swt., jauh dari sunnah Rasul dan cinta pada
dunia, kekuasaan, harta dan benci pada kematian.
Sejak jauh-jauh hari Rasulullah Saw. telah mengingatkan pada kita bahwa ketika umat islam tertimpa penyakit al wahn, cinta pada dunia dan benci pada kematian, musuh-musuh Islam akan dengan mudah memporak- porandakan islam. Dalam sebuah haditsnya Rasululllah Saw. menyampaikan yang diriwayatkan dari Abu Hurairah r.a, “ Apabila umatku sudah mengagungkan dunia, maka tercabutlah dari mereka kehebatan Islam. Dan apabila umatku meninggalkan amar ma`ruf dan nahi mungkar [dakwah], maka diharamkan bagi mereka keberkatan wahyu. Dan apabila umatku saling mencaci maki satu sama lain, maka jatuhlah mereka dari pandangan Allah Swt..” [HR. Hakim dan Turmudzi]
Untuk bangkit dari keterpurukan global kita harus kembali menyadarkan seluruh umat islam agar benar-benar menancapkan keimanan dalam diri, beramal saleh, menghidupkan amar ma`ruf dan nahyun `an mungkar dan menjaga persatuan diantara kaum muslimin. Bila suatu ketika kita melihat lukisan singa. Apakah terbersit dihati rasa takut dengan lukisan itu? Tentu tidak. Apa yang bisa diperbuat oleh sebuah benda mati. Tapi bila dikatakan, “Ada seekor singa sedang berkeliaran dirumah Anda?, ”Apa yang terpikir dan terbersit saat itu? Pastinya rasa takut menyelimuti hati dan berpikir keras untuk bisa menyelamatkan diri.
Dalam hal kewibawaan umat islam ibarat singa yang ditakuti oleh musuh-musuhnya. Tapi ketika singa telah mati atau cakar dan taringnya tidak lagi bisa berfungsi dan sakit-sakitan, apakah singa jenis ini akan ditakuti? Apa yang bisa diperbuat oleh singa yang mati atau ompong dan tidak punya cakar serta lemah? Barangkali singa ini akan dilestarikan di kebun binatang untuk jadi bahan tontonan. Dan apakah yang bisa diperbuat oleh umat islam yang telah mati atau redup dari
dirinya cahaya iman, ajaran al-Qur`an dan sunah Rasul dihadapan musuh-musuhnya? Sekali lagi hanya Allah Swt. penolong kita. Tapi, pertolongan Allah Swt, tidak akan datang begitu saja. Kita harus menyiapkan diri dengan iman dan amal soleh agar pertolongan itu layak kita dapatkan.
Tentang hal ini Allah Swt. telah menjelaskan dalam beberapa ayat, diantaranya, “Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman diantara kamu dan mengerjakan amal-amal yang saleh bahwa Dia sungguh-sungguh akan menjadikan mereka berkuasa di bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang yang sebelum kamu berkuasa….”[An-Nur : 55]
“Dan wajib bagi Kami untuk menolong orang-orang yang beriman.” [Ar-Rum : 47] “Janganlah kalian [merasa] lemah dan jangan bersedih hati, sebab kalian paling tinggi [derajatnya] jika kalian orang beriman.” [ Ali Imran : 139 ]
Dengan demikian jelas bagi kita bahwa kemuliaan kita, ketinggian, kemenangan dan kebaikan hanya dengan sifat keimanan. Apabila hubungan dengan Allah terjalin baik, al-Qur`an hidup dalam diri kita, ajaran Rasulullah Saw. kita amalkan, maka tunggulah pertolongan yang Allah Swt. janjikan tersebut datang. Karena sesungguhnya Allah swt. tidak pernah ingkar dengan janjiNya.
Tulisan singkat ini sebenarnya belumlah cukup mewakili judul diatas, karena keterbatasan waktu yang penulis miliki. Mudah-mudahan tulisan sederhana ini bisa memberi manfaat bagi pembaca terutama penulis pribadi. Dan atas segala kekeliruan dan kesalahan yang terdapat dalam tulisan ini, penulis meminta saran, masukan dan kritik membangun dari pembaca, syukran.
———
Profil Penulis:
M. Arif As Salman, adalah alumnus Ponpes Modern Diniyyah, Pasia IV Angkat Candung,
Kab. Agam, Sum-Bar. Saat ini menempuh pendidikan S1 Fakultas Ushuluddin, Universitas
Al Azhar, Kairo, Mesir.