Shalat secara bahasa berarti doa. Sedangkan menurut istilah adalah segala ucapan dan perbuatan yang diawali dengan takbîratul ihram dan ditutup dengan salam. Shalat juga merupakan ibadah pokok yang bagi setiap muslim dan merupakan rukun Islam yang ke-2. Kewajiban shalat juga sudah ditegaskan oleh Al-Quran dan Hadits. Allah SWT berfirman:
وأقيمواالصّلاة وأتواالزكاة واركعوا مع الرّاكعين (البقرة،43 )
Artinya: Dan dirikanlah shalat, tunaikan zakat dan ruku’lah beserta orang-orang yang ruku’.
Istilah shalat ritual dalam artikel ini adalah shalat dikaji dari sisi ritual (ibadah), dan yang dimaksud dengan shalat aktual adalah mengkaji pengaruh shalat dalam segala aktifitas di luar shalat.
Shalat Ritual
Dalam ibadah shalat melibatkan tiga rangkaian yang harus ada dalam setiap menjalankan shalat, tiga rangkaian itu adalah hati, lisan dan gerakan anggota badan. Hati selain berfungsi untuk niat dalam tiap kali menjalankan shalat, hati juga sebagai alat untuk mengingat Allah selama melaksanakan ibadah ini. Lisan juga ikut andil besar dalam ibadah shalat, karena lisan yang bertugas mengucapakan rukun qoliy (takbiratul ihram, membaca Al Fatihah, membaca tasyahhud akhir, salam). Adapaun anggota tubuh lainnya juga ikut serta dalam ibadah shalat sebagai wujud ketundukan manusia pada Allah SWT.
Apabila ketiga rangkaian itu berjalan dengan seimbang, maka seseorang akan bisa merasakan kehusyu’an dan kenikmatan ketika menghadap Allah, karena shalat merupakan jalan yang menghubungkan secara langsung antara manusia dengan Allah ‘azza wajalla.
Shalat Aktual
Setelah kita semua diwajibakn untuk melaksanakan shalat fardlu lima kali dalam sehari semalam, maka kita juga dituntut untuk mengaktualisasikan shalat dalam aktifitas-aktifitas di luar ibadah shalat, maksudnya apa? Maksudnya adalah kita menjadikan shalat sebagai motivator dalam ibadah-ibadah lain dan menjadikan shalat sebagai benteng atas perbuatan-perbuatan keji dan mungkar.
Jika kita mau mengambil banyak pelajaran (ad-dars) yang ada dalam shalat, niscaya kita akan bisa memetik banyak manfaat. Penulis akan mencoba mengangkat beberapa pelajaran yang ada dalam shalat, di antarnya sebagai berikut:
a. Shalat mengajarkan kebersihan dan kesucian, sebelum seorang muslim melaksanakan shalat, maka ia diwajibkan untuk suci dari hadast dan najis yang berada pada badan, pakaian, dan tempat shalat. Kita semua tahu terhadap pentingnya kebersihan dalam kehidupan, kebersihan pangkal kesehatan, itulah slogan yang sering dikampanyekan dalam masyarakat kita. Semua orang tak bisa menafikan urgensi kebersihan dalam setiap kondisi dan tempat. Nabi Muhammad SAW juga menegaskan bahwa kesucian adalah sebagian dari iman. Jika kita cermati lebih dalam, maka kita akan semakin tahu bahwa ajaran Islam ternyata sangat perhatian terhadap masalah kebersihan. Hal itu terbukti dari banyaknya ritual yang mengharuskan sesorang dalam keadaan suci dari segala najis.
b. Shalat mengajarkan kedisiplinan, sebagaimana yang kita ketahui bersama bahwa waktu untuk menjalankan shalat telah ditentukan oleh Allah SWT, QS (4:103), sehingga kita tidak boleh menjalankan shalat diluar waktu yangtelah ditentukan Allah SWT, kecuali karena ada adzur syar’i. Kedisiplinan adalah termasuk faktor yang sangat penting bagi setiap orang untuk menempuh keberhasilan. Kebiasaan terlambat dan suka menunda-nunda pekerjaan adalah wujud kegagalan kita dalam menghargai waktu. Waktu adalah termasuk ciptaan Allah sangat agung dan sering dipakai oleh Allah ‘azza wajalla untuk bersumpah, sebagimana yang terdapat dalam Al-Quran, wal fajr (demi waktu fajar), wal ‘ashr (demi masa), wallaili idza sajâ (demi malam apabila telah sunyi), dll. Tahukah kenapa Allah sering kali bersumpah dengan waktu? Allah sering bersumpah dengan ciptaan-Nya yang agung.
Hal ini bertujuan menunjukkan kebesaran kekuasaan-Nya agar manusia mau menggunakan akalnya untuk lebih beriman pada Pencipta alam semesta. Selain itu, ciptaan Allah yang sering digunakan untuk bersumpah seperti matahari, bulan, bintang, serta waktu memiliki pesan sangat penting yang tersirat dalam sumpah itu yang harus harus dipikirkan oleh setiap manusia, sehingga dengan tafakkur terhadap ciptaan-ciptaan-Nya akan menjadikan manusia semakin beriman pada Allah dan semakin tahu segala manfaat dari segala nikmat yang telah diberikan kepada manusia.
c. Shalat menjadi benteng atas perbuatan keji dan mungkar, dalam hal ini Allah telah berfirman :
أتل ما أوحي أليك من الكتاب وأقم الصّلوة أنّ الصّلوة تنهي عن الفحشاء والمنكر ولذكر الله أكبر والله يعلم ماتصنعون (العنكبوت، 45 )
Artinya: Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, yaitu Al Kitab (Al-Quran) dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan- perbuatan) keji dan mungkar. Dan sesungguhnya mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadat-ibadat yang lain). Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan.
Dalam ayat ini Allah telah menjelaskan bahwa shalat bisa mencegah dari perbutan-perbuatan keji dan mungkar. Dalam gramer bahasa arab kita mengenal adanya huruf taukid seperti inna, yang berfungsi untuk menjadi penguat/untuk menguatkan kebenaran dari suatu berita. Begitu juga yang terjadi dalam ayat ini, Allah mengawali firmannya dengan huruf taukid (inna) yang berarti sesungguhnya shalat bisa mencegah dari perbuaan keji dan mungkar. Ibnu Katsir telah menjelaskan ayat ini dalam tafsirnya; Allah telah memerintahkan kepada Rasul-Nya dan orang-orang yang beriman untuk membaca Al-Quran dan menyampaikannya kepada manusia.
Masih menurut beliau, sesungguhnya shalat mengandung dua hal yaitu untuk meninggalkan perbutan yang keji dan mungkar, maksudnya sesungguhnya ketekunan dalam melaksanakan shalat bisa mencegah dari perbuatan yang keji dan mungkar. Ibnu ‘abbas ra telah berkata:
من لم تنهه صلا ته عن الفحشاء والمنكر، لم تزده من الله ألّا بعدا.
Artniya: barang siapa yang shalatnya tidak bisa mencegah dari perbuatan yang keji dan mungkar, maka Allah tidak akan menambah sesuatu apapun kepadanya kecuali semakin jauh (dari Allah SWT).
Sekarang yang menjadi pertanyan adalah kenapa sebagaian orang yang sudah sering menjalankan shalat masih juga sering melanggar perintah Allah/berbuat maksiat kepada-Nya?. Sebenarnya orang- orang yang demikian adalah golongan orang-orang yang belum bisa memaksimalkan peran shalat dalam semua ibadah diluar shalat. Memang hal ini bukanlah hal yang sangat mudah, tetapi membutuhkan proses dan latihan yang berkesinambungan. Ada beberapa faktor yang menyebabkan kurang berperannya shalat dalam kesiapan kita untuk meninggalkan perbuatan maksiat, di antarnya adalah niat ikhlas yang belum tertanam di hati, sebagaian orang masih karena riya’, ujub, malu dan terpaksa dalam menjalankan shalat. Faktor lain adalah sering meninggalkan shalat fardlu dengan sengaja, hal ini merupakan perbuatan fasik (seorang yang beriman yang melanggar sebagian perintah Allah). Selain itu juga karena belum bisa meresapi kandungan shalat dengan sebenar-benarnya, sehingga dalam shalat pun sebagian dari mereka ada yang belum bisa khusyu’ atau bahkan tak pernah bisa khusyu’ sama sekali.
d. Shalat melatih menenangkan hati, ketenangan hati adalah kebutuhan pokok bagi setiap manusia, kita semua tidak bisa menafikan hal itu. Kita bisa membandingkan antara rasa ketakutan, kegelisahan yang ada dalam hati kita dengan rasa ketenangan yang menyelimuti hati kita juga, sungguh rasanya sangat berbeda. Allah ‘azza wajalla telah mengajarkan kepada manusia untuk melakukan shalat untuk menuju ketangan hati dengan mengingat/berdzikir pada-Nya. Manusia tak hanya cukup dipenuhi dengan kebutuhan jasmani seperti makan, minum, tidur, olah raga, dll. Namun, manusia juga tak bisa terlepas dari kebutuhan rohani (jiwa), untuk mencukupi kebutuhan rohani manusia harus selalu melakukan ritual/ibadah kepada Allah SWT . Salah satu ibadah yang sangat bisa mendekatkan diri kita kepada Allah adalah dengan melaksanaakn shalat.
Dari artikel singkat ini, maka penulis berusaha mengambil benang merah (korelasi) antara ibadah shalat dengan aktifitas-aktifitas di luar shalat. Ternyata keduanya sangat erat hubungannya, karena kita semua tidak hanya dituntut untuk melaksanakan kewajiban shalat, tetapi kita juga dituntut untuk membawa pengaruh positif shalat dalam segala aktifitas yang akan kita lakukan. Tentunya masih banyak pelajaran yang lain yang bisa diambil dari ritual shalat dan belum terkupas dalam artikel ini. Semoga Allah menjadikan kita dan keturunan kita termasuk orang-orang yang selalu mendirikan shalat, amin.
Profil Penulis :
Faiz Husaini, Mahasiswa pasca sarjana, Fakultas Usuluddin, Jurusan Tafsir dan Ilmu-Ilmu Al-Quran, Universitas Al Azhar, Kairo, Egypt. E-mail [email protected] Blog : http://hidupsemangat.blogspot.com/