Sebanyak lebih dari 200 juta umat muslim Indonesia belakangan ini banyak dipaparkan informasi terkait sisi negatif dari umat muslim itu sendiri. Paparan informasi negatif ini ternyata secara otomatis menumbuhkan benih pesimisme pada pola pikir umat muslim.
Sepanjang tahun 2010 telah terjadi pertumbuhan pesat di bidang industri informasi di berbagai media baik cetak maupun elektronik. Tercatat salah satu stasiun TV swasta meningkatkan jam tayang kategori berita sampai 3 kali lipat dibanding tahun sebelumnya.
Sayangnya, sebagian besar media telah menjadikan informasi kategori berita sebagai sebuah komoditas beorientasi profit, sehingga konsep yang digunakan adalah “bad news is a good news”.
Menurut konsep dasar media yang demikian, berita berita yang bersifat negatif akan lebih menarik konsumen dibanding berita tentang keberasilan sehingga berdampak pada peningkatan rating media yang pada akhirnya meningkatkan kuantitas profit yang diperoleh.
Hampir setiap hari media elektronik dan cetak bertameng kepada UU No 40 tahun 1999 tentang Kebebasan Pers, secara leluasa memberitakan berbagai macam sisi negatif umat Islam. Padahal sisi negatif ini hanyalah sebagian kecil dari potensi positif luar biasa yang dimiliki oleh umat Islam.
Umat Islam Indonesia setiap hari hanya dijejali oleh pemberitaan korupsi, konflik, kegagalan pemerintah, bencana alam maupun sosial dan segala macam sisi negatif yang bersifat menggeneralisir keadaan menjadi serba negatif. Padahal sifat menggeneralisir negatif merupakan sifat yang sebaiknya dihindari karena dapat menimbulkan degradasi optimisme. Alasan utamanya tentu karena pengejaran rating media yang lebih tinggi yang sejajar dengan kuantitas profit yang dihasilkan.
Skenario pemberian informasi akan diatur sedemikian rupa oleh berbagai oknum oposisi kebangkitan Islam melalui berbagai jenis media sehingga profil keberhasilan-yang sebenarnya sangat banyak-diminimalisir untuk ditampakkan. Metode ini menyasar pada pola pikir sehingga sangat efektif untuk mendegradasi rasa optimisme menjadi rasa pesimisme di kalangan umat muslim.
Akibatnya dengan sendirinya umat muslim akan menjadi umat yang cepat puas, etos kerja rendah berujung pada produktivitas yang rendah pula. Hal ini akan menimbulkan bencana sosial kolektif yakni degradasi mental umat muslim yang apabila tidak ditanggulangi akan sangat berbahaya.
Setiap manusia dikaruniai oleh Allah potensi indivudual yang bersifat unik. Potensi tersebut tidak dapat didapatkan di orang lain bahkan pada saudara kembarnya sekalipun. Potensi ini akan berkembang sejalan dengan pengaruh keluarga dan lingkungan. Pengaruh yang datang dari eksternal ini akan membentuk seseorang menjadi sesuatu di lingkungannya.
Kenyataan yang terjadi pada sebagian besar orang kondisi eksternal sangat mempengaruhi optimalisasi potensi yang ada pada seseorang. Dalam kalkulasi kuantitas dapat dikatakan faktor eksternal memberikan pengaruh sebesar 80% pada pemberdayaan potensi yang ada pada seseorang.
Akibatnya banyak manusia yan sebenarnya memiliki potensi luar biasa namun karena terkekang oleh faktor eksternal, potensi tersebut menjadi tidak berdampak apapun terhadap kualitas baik pemikiran maupun hal teknis seseorang.
Banyak diantara potensi salah satunya potensi untuk maju dan bersaing yang diberikan pada seseorang hanya tersia-siakan. Akibatnya kemampuan yang berkaitan dengan daya saing seseorang menjadi lemah. Seperti akibat berantai hal ini akan mengakibatkan seseorang manjadi terbelakang baik dalam aspek material dan aspek psikis.
Lebih lanjut akumulasi dari degradasi kemampuan individual akan mengakibatkan degradasi kemampuan kolektif yang lebih berbahaya. Peningkatan tingkatan kebahayaan ini diakibatkan karena badan kolektif memiliki sisi strategis yang akan berdampak luas walau hanya terganggu sedikit pada unsur-unsur tertentu.
Tidak dapat dipungkiri, hal ini mudah ditemukan dalam kondisi real umat muslim di dunia, khususnya Indonesia. Padahal Allah sendiri telah menyatakan dalam surat Al Imran 3: 10 yang artinya kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia. Berpijak pada ayat tersebut umat muslim telah diberikan potensi untuk menjadi umat berdaya saing tinggi dan tidak kalah dengan umat yang saat ini (dianggap) menjadi pemegang kendali dunia-Yahudi.
Penyadaran kepada umat muslim sendiri, bahwa dirinya merupakan yang terbaik merupakan solusi dasar yang harus dilakukan agar Islam kembali bangkit. Penyadaran individual ini dengan sendirinya akan mendorong kesadaran kole ktif bahwa umat muslim merupakan umat dengan kualitas potensi untuk maju berkelas terbaik.
Optimalisasi potensi merupakan sebuah mekanisme pola pikir yang berusaha semaksimal mungkin-bahkan mencapai derajat 100%-untuk menggunakan semua potensi yang diberikan oleh Allah. Dengan menggunakan konsep ini, seseorang yang diberi potensi oleh Allah sebanyak 6 derajat lalu menggunakannya melalui ikhtiar keras.
Melalui Ikhtiar kerasnya akhirnya orang tersebut mendapat award 6 derajat, menurut konsep ini ia akan diberi nilai A. Hal ini berbeda dengan orang yang sebenarnya sudah diberikan potensi 10 derajat, namun pengaruh eksternal membuatnya hanya melakukan ikhtiar seadanya sehingga hanya mendapatkan award sebanyak 6 derajat, menurut konsep ini ia hanya akan mendapatkan nilai C karena telah menyia-nyiakan apa yang telah diberikan kepadanya.
Hal ini dikarenakan karena adanya faktor eksternal terutama media yang mengkotak potensi umat muslim di Indonesia. Dengan konsep demikian seseorang tidak akan berpatokan pada hasil yang dihasilkan tetapi lebih kepada usaha semaksimal mungkin.
Melalui konsep optimalisasi potensi maka secara tidak langsung kita telah menerapkan-tidak hanya mengucapkan-kesyukuran atas nikmat yang diberikan oleh Allah.
Optimalisasi potensi diri melalui media positif kita dituntut untuk berusaha semaksimal mungkin. Dari hari kehari kita dituntut untuk berpandangan optimis, ikhtiar semaksimal mungkin dan selalau memperbaiki diri. Termasuk dalam menyongsong tahun 2011 kedepan.
Septian Suhandono; Penulis adalah mahasiswa S1 di Ilmu Gizi institut Pertanian Bogor (IPB), Peserta Beasiswa Mahasiswa Berprestasi Program Pembinaan Sumber Daya Manusia Strategis Nurul Fikri (PPSDMS), Peneliti di Forum for Scientific Studies (FORCES) IPB, dan anggota aktif Masyarakat Ilmuwan dan Teknologi Indonesia (MITI). Penulis banyak mendapatkan penghargaan dibidang riset diantaranya Juara 1 Lomba inovasi Teknologi tingkat nasional yang diadakan oleh Pusat Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (PUSPIPTEK) Kementrian Riset dan Teknologi Indonesia, selain itu penulis juga telah menulis di berbagai media elektronik maupun cetak seperti harian Lampung Post, Media Indonesia Online dan Kompas Online.