Semenjak fajar Islam menyingsing di Jazirah Arabia empat belas abad yang lalu, umat Islam telah melalui dan menyaksikan gelombang pasang surut pergolakan dan perubahan, baik dalam tubuh umat Islam maupun elemen-elemen luar yang turut mempengaruhi perjalanan sejarah umat Islam.
Selama rentang masa yang begitu panjang lembaran perjalanan umat Islam dipenuhi dinamika kemajuan dan kemunduran, namun agaknya kemunduran terparah adalah apa yang disaksikan umat Islam semenjak beberapa abad terakhir. Kemunduran tersebut telah meruntuhkan pilar-pilar pertahanan umat, menelusupkan kelemahan dan menyebarkan penyakit yang terus menggerogoti hingga membuat umat tidak berdaya menghadapi serangan dan konspirasi yang dilancarkan oleh musuh.
Kelemahan umat Islam telah dimamfaatkan oleh musuh, maka dari sejarah kita mengetahui bagaimana mereka mengusir kaum muslimin dari Andalus, menjarah karya-karya peradaban Islam lalu dengan semena-mena mereka menjajah bumi Islam, menguras sumber kekayaannya, dan tidak berhenti disitu saja, hingga mereka angkat kakipun mereka tetap menancapkan sisa kuku penjajahan diwilayah yang telah dijajahnya melalui berbagai macam cara.
Apa yang mereka lakukan tidak hanya menghancurkan pondasi-pondasi zahiriah umat Islam tapi juga melancarkan serangan melalui istilah yang dikenal dengan gazwul fikri (Perang pemikiran), sebuah usaha untuk menjauhkan dan memisahkan umat Islam dari agama Islam. Hal ini nampak dari upaya yang dilakukan para pemikir barat terutama para orientalis. Mereka mempelajari Islam, kaum muslimin dan peradabannya kemudian mengetengahkannya dalam bentuk pemahaman dan pemikiran serta istimbat (kesimpulan) yang sebagian besar tidak sesuai dengan hakekat yang sebenarnya.
Sejarah menjadi saksi akan kebencian mereka terhadap Islam, Islam dipersepsikan sebagai agama pedang, penuh dengan kebrutalan, pemaksaan dan kekerasan. Sosok Nabi digambarkan sebagai seorang penipu dan gila wanita. Kaum muslimin dianggap sebagai orang-orang yang haus darah, fundamentalis, tidak berperikemanusiaan dan tuduhan yang sedang berkembang sekarang adalah bahwa mereka para teroris. Jika kita mau melacak dan menelusuri lebih lanjut niscaya kita akan menemukan banyak sekali distorsi yang mereka lakukan terhadap Islam. Disatu sisi umat Islam menghadapi gempuran dari luar, disisi lain umat Islam terperangkap dalam pertikaian dan perpecahan antara sesama.
Umat Islam sekarang sudah jauh dari apa yang dicontohkan oleh salafussaleh pada masa kenabian dan khulafaurrasyidin dimana mereka mampu menegakkan daulah dan membangun khairu ummah (umat terbaik). Kaum muslimin ketika itu benar-benar mencerminkan penampilan dan bentuk yang ideal dari makna ummah yang disebutkan dalam Al-Quran surat Al-Anbiya: 92 dan surat Al-Mukminun: 52 bahwasanya ia tidak berhak mendapak sifat ummah kecuali bila muwahhadah (bersatu).
Kita sekarang sebagaimana telah merobek pengertian ummah dan mengosongkannya dari kandungan maknanya yang satu, juga telah merobek pengertian Ad-din (agama) dan menjadikannya mazhab-mazhab dan perbedaan-perbedaan.[1]
Ismail Al Qarufi di dalam bukunya Qadhaya Islamiyah mu’ashirah menyebutkan ada tiga indikasi utama penyakit yang menyebabkan kelemahan umat Islam:
1.Dalam bidang politik
Umat Islam terpecah belah disebabkan oleh penjajahan menjadi lebih dari 50 negara. Dibuatlah perbatasan antara negara yang dihiasi dengan ketegangan dan konflik. Suhu politik direkayasa sedemikian rupa agar selalu memanas dan penuh dengan konspirasi permusuhan. Sementara di dalam tubuh tiap-tiap negara tersebut juga terjadi perpecahan, konflik dan pertentangan. Pihak yang berkuasa dengan segala cara berusaha untuk mempertahankan kelanggengan singgasana kekuasaannya.
Maka kediktatoran pun merajalela, kezoliman terjadi dimana-mana dan yang menjadi korban adalah rakyat yang tidak berdaya. Pihak oposisi berupaya menumbangkan rezim yang berkuasa, mulai dari upaya menghalang-halangi dan memarjinalkan program yang disusun pemerintah sampai usaha kudeta untuk menggulingkan rezim penguasa.
2.Dalam bidang ekonomi
Dibidang ekonomi umat Islam jauh tertinggal. Kebanyakan negara-negara Islam adalah negara berkembang dan sebagian lagi adalah negara terbelakang, maka wajarlah jika ekonomi umat Islam dikuasai dan dikendalikan.
Produksi yang dilakukan produsen lokal kalah saing dan tidak mampu memenuhi tuntutan pasar, akibatnya pasar-pasar dipenuhi oleh produk asing. Dan ketahuilah, hal ini memang merupakan salah satu strategi mereka dalam upaya melemahkan umat Islam, yaitu dengan membuat umat Islam selalu ketergantungan dengan produk-produk mereka yang dengan demikian penjajahan gaya baru dibidang ekonomi akan terus berlangsung.[2]
3.Dalam bidang kebudayaan dan pendidikan
Dalam umat Islam tersebar kebodohan, khurafat dan buta huruf yang membuat kaum muslimin merasa tenang dengan keimanan formalitas, terjebak dalam taklid buta, terpatok pada penafsiran harfiyah (tekstual) yang membuatnya tidak mampu menghadapi tantangan zaman yang semakin pelik dan peradaban yang semakin melesat jauh.
Celakanya, Islam dianggap sudah tidak relevan dengan perkembangan zaman dan tidak mampu mengetengahkan solusi terhadap kehidupan modern. Maka lihatlah bagaimana kebudayaan dan pendidikan telah diwarnai dengan corak kebudayaan barat dan model pendidikan barat. Umat Islam belum sepenuhnya bijak dalam menghadapi perbedaan. Akibatnya perbedaan pendapat dan mazhab menimbulkan perselisihan dan perpecahan. Berbagai macam harakah Islamiyah (pergerakan Islam) dan organisasi dakwah bukannya berusaha untuk menyamakan arah gerakan, visi dan misi untuk meraih kejayaan umat malah sibuk menyalahkan, saling iri, hasud dan dengki serta mencari kelemahan yang lain.
Dengan fakta dan kenyataan yang telah disebutkan di atas, mampukah umat Islam bangkit dan kembali berjaya? Untuk mendapatkan jawabannya cukuplah kita menyitir sebuah sabda Rasulullah saw yang diriwayatkan oleh Abu Umamah: “Sekelompok dari umatku yang menegakkan kebenaran pasti akan menang terhadap musuhnya, tidak akan dikalahkan oleh siapa yang menentangnya dan tidaklah akan dikalahkan musuh mereka sampai sampai Allah mendatangkan keputusan-Nya dan mereka masih tetap akan demikian.” (H.R. Bukhari Muslim).
Umat Islam pasti akan bangkit dan kembali berjaya, namun syaratnya ia harus kembali kepada hakekat Islam yang sebenarnya. Sebabnya adalah tabiat Islam itu sendiri, Islam adalah agama yang menyeru kepada ilmu dan amal, mendorong untuk berfikir dan mengamati. Islam menekankan bahwa Allah akan selalu bersama mukminin, bahwa balasan diperuntukkan bagi orang yang bertaqwa, kemenangan akan selalu bersama kebenaran dan bahwasanya kebatilan akan hancur.[3]
Sejarah membuktikan bahwa umat ini sejak kelahirannya telah mengalami cobaan dan musibah yang silih berganti, baik yang disebabkan dari dalam tubuh umat Islam sendiri maupun dari luar, namun akhirnya ia bisa terlepas dan keluar dari segala musibah dan cobaan tersebut.
Sejarah juga mengatakan bahwa akan selalu ada orang yang berusaha meninggikan kalimat Islam, memanggil namanya, membela kehormatan dan menegakkan kejayaannya. Akan terlahir kembali pahlawan-pahlawan seperti Thariq bin Ziyad, Imadudin Zanky dan Salahuddin Al Ayyuby. Dan untuk menggapai kebangkitan umat maka elemen-elemen utamanya harus dipenuhi. Elemen-elemen tersebut adalah persatuan umat dan usaha pembangunan proyek peradaban Islam kembali.[4]
Persatuan umat menjamin kesatuan dan keselarasan visi dan misi yang untuk selanjutnya proses pembangunan proyek peradaban Islam sebagai peradaban kemanusiaan yang utuh dan universal akan terwujudkan.
Membumikan kembali nilai-nilai Islam harus terus dipupuk, dipelihara, dan ditingkatkan. Hendaknya Islam adalah satu-satunya pengarah dan pemimpin disetiap medan dan sisi kehidupan, baik yang bersifat materi maupun spirituil. Maka Islam sebagai solusi menuntut agar aqidah masyarakat islami, pemikiran dan pemahamannya islami, perasaan, akhlaq dan pendidikannya islami, adat istiadatnya islami, dan yang terakhir hukum dan perundang-undangannya islami.[5]
Kebangkitan dan kejayaan Islam akan menjelang, cahaya Islam akan kembali menyinari pelosok penjuru dunia. Rasulullah saw. bersabda: “Perkara ini (Islam) akan merebak ke segenap penjuru yang ditembus malam dan siang. Allah tidak akan membiarkan satu rumah pun, baik gedung maupun gubuk melainkan Islam akan memasukinya sehingga dapat memuliakan agama yang mulia dan menghinakan agama yang hina.
Yang dimuliakan adalah Islam dan yang dihinakan adalah kekufuran.” (HR. Ibnu Hibban dalam kitab shahihnya). Tapi, kita tidak tahu entah kapan janji itu akan terwujud, bisa jadi kita tidak akan menyaksikannya. Tapi yang terpenting adalah, adakah kita termasuk orang-orang yang berperan dalam proses kebangkitan tersebut? Wallahu a’lam.
Catatan :
[1] Abdussobur Marzuq, majallatul Azhar. Majma Albuhust Al Islamiyah
[2] Lihat: Al Istisyraq Ahdafuhu wa Wasailuhu. Hal: 45. DR. Muhammad Fathullah Az Zayady. Kuliyah Dakwah Islamiyah
[3] Lihat: As Sohwah Al islamiyah wa humumul watan al araby wal islamy. Hal. 36. DR. Yusuf Al Qardhawi.
[4] Lihat: Thariqun nahdhah lil ‘alamil islami al mu’ashir. Hal. 103. Fuad Musthafa Mahmud.
[5] Lihat: Al hilli al islami faridhatun wa dharurah. Hal. 45. DR. Yusuf Al Qardhawi.
Rojja Pebrian Lulusan S1 Kulliyah Dakwah Islamiyah Tripoli Libya tahun 2009 M e-mail : [email protected]