Disini saya hanya akan berbicara tentang pemuda dalam konteks mahasiswa, seiring maraknya pergerakan yang dilakoni oleh para pemuda di dunia kemahasiswaan. Saya pernah membaca sebuah artikel yang mengatakan bahwa gerakan mahasiswa itu semacam medan latihan dalam melahirkan tenaga baru untuk partai, ormas, lsm, birokrasi, profesional, dan lainnya, sangat miris ketika hanya sejauh itu jangkauan gerakan mahasiswa yang kita lakoni di dunia kampus selama ini.
Tentunya hal tersebut didasarkan kepada ideologi yang dianut oleh kaderisasi dari gerakan kemahasiswaan tersebut. Di Indonesia kita dapat melihat kecenderungan gerakan mahasiswa hanya berkutat pada dua hal yaitu dalam tatanan politik dan kecenderungan secara moral atau pada tahapan interaksi sosial. Pada tatanan moral atau interaksi sosial lebih terlihat pada mahasiswa yang banyak berkutat di bidang akademik atau unit kegiatan mahasiswa, namun dalam tatanan politik tentunya mengkaji dan mengamati kebijakan yang lebih berdasar kepada birokrasi atau pemerintahan, sehingga dari sinilah cikal bakal para legislator bermunculan, seperti pada wacana diatas bahwa gerakan mahasiswa itu semacam medan latihan.
Dapat dikatakan bahwa dalam hal tertentu elemen gerakan mahasiswa ini mampu bekerja bersama ketika opini yang berkembang di mata publik kajiannya berupa isu-isu nasional seperti tumbangnya rezim orde baru, tentunya semua sepakat bahwa semua elemen gerakan mahasiswa punya andil didalamnya. Namun disatu sisi juga terjadi semacam persaingan dalam pembentukan opini di dunia kemahasiswaan sehingga muncullah warna dari setiap gerakan mahasiswa ini. Bahkan sampai kepada hal yang lebih serius misalnya terjadi bentrok diantara mereka hanya karena perebutan wilayah pengkaderan, hal ini nyata terjadi di dunia mahasiswa.
Di kampus saya sering mendengar istilah kelompok ”kiri” dan aktivis islam, apakah ini juga bentuk dari pengelompokan gerakan mahasiswa yang kemudian di kotak-kotakkan dari segi ideologi. Sedikit gambaran tentang istilah ini, tentunya kita mengingat atau bahkan pernah membaca tentang kasus perpolitikan yang terjadi di kampus-kampus yang ada di Turki, sebelum militer melakukan kudeta di era 70’an, aktivis-aktivis kampus pada umumnya di dominasi oleh kelompok “kiri”.
Kelompok ini mempunyai ciri khusus seperti Kumis yang memanjang, jenggot yang di cukur habis dan penampilan yang lusuh, ini adalah wajah-wajah aktivis kampus saat itu. Namun pada tahun 80’an ketika era represi politik terjadi maka terjadi perubahan yang sangat signifikan, hal ini ditampakkan pada perubahan yang terjadi di kampus-kampus, para aktivis kampus saat itu yang kemudian di dominasi oleh aktivis-aktivis islam tentunya juga di identikkan dengan cirri khusus seperti Jilbab, jenggot dan sebagainya dan hal ini begitu cepat menjadi fenomena yang mendominasi berbagai kampus di Turki.
Ternyata perubahan ini pun erat hubungannya dengan dinamika aktivisme Islam dan situasi politik yang berkembang pada saat itu. Jadi jelaslah bahwa arah pergerakan mahasiswa tidak bisa dijauhkan dari dunia perpolitikan dalam hal ini pemerintahan.
Nah, dari pengantar diatas, saya ingin berbicara sedikit tentang pergerakan mahasiswa islam. Tentu cerminan kita dalam hal ini ialah mahasiswa islam yang ada di Indonesia. Saya kurang setuju dengan wacana yang mengatakan bahwa gerakan mahasiswa itu semacam medan latihan dalam melahirkan tenaga baru untuk partai, ormas, lsm, birokrasi, profesional, dan lainnya. Ini berarti kebijakan yang selama ini di tentang oleh mahasiswa kemungkinan besar bisa salah.
Kecenderungannya memang kesana karena sifatnya latihan atau ajang coba-coba. Namun saya melihat bahwa ini adalah kerja nyata yang mungkin sebagian kita para pemuda baru bisa dimulai di dunia kemahasiswaan, hal ini bisa jelas terlihat dari pengobanan-pengorbanan aktivis-aktivis islam di kampus misalnya. Untuk mencetak generasi pelanjut di sebuah lembaga dakwah kampus atau parlemen kampus kadang butuh pengorbanan yang lebih baik berupa waktu, tenaga, pikiran, materi dan lainnya.
Tentunya hal semacam ini bisa terjadi karena ada motifasi khusus yang dijadikan acuan sehingga kerelaan untuk berkorban dalam hal ini Islam adalah kerangka ideologinya. Ketika aktivis “kiri” melakukan aksi hanya karena mengikuti tren atau sekedar respon spontan (reaksioner) tentang berbagai isu yang sedang populer di masyarakat. Kita melihat sebaliknya yang terjadi pada aktivis-aktivis islam, ada semangat dan kesungguhan untuk memperjuangkan sebuah perubahan dari sesuatu yang diyakini kurang baik sehingga menjadi lebih baik. Negeri ini memang membutuhkan kepemimpinan seorang pemuda dan saya meyakini bahwa dari gerakan kemahasiswaan para aktivis mahasiswa islamlah yang akan memegang amanah yang mulia itu.
Saya teringat tulisan yankoer yang juga teman saya dan statusnya saat ini pun masih mahasiswa, dia menulis seperti ini “Kita membutuhkan pemimpin yang tidak pragmatis. Bukan yang hanya memanfaatkan jabatan hanya untuk kepentingannya pribadi atau kelompok, akan tetapi untuk kemaslahatan bersama. Artinya, bahwa ketika seseorang telah menjadi tokoh publik, maka visi hidupnya juga akan menjadi publik. Dia tidak hanya menjadi milik kalangan tertentu saja, akan tetapi dia menjadi milik bangsanya”. Tentu seperti inilah gambaran seorang pemimpin yang harus dimiliki oleh setiap aktivis mahasiswa terlebih mahasiswa islam, Karenanya kepada sekalian pemuda termasuk saya, marilah kembali kita mengkaji untuk apa kita berjuang, rencana dan strategi di kampus kemudian terjun ke masyarkat atau dunia pemerintahan.
Kita bercermin kepada Rasulullah yang telah memberikan keteladanan kepada kita dari segala sisi termasuk dalam menyokong kepemimpinan. “Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang-orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah”(QS. Al Ahzab [33]: 21)
Bagi seorang pemuda waktu adalah segalanya, rutinitas kita seolah tak ada habisnya sehingga waktu yang tersedia pun terasa sangat sempit. sesungguhnya setiap masa akan selalu ada generasi, dan disetiap generasi pasti ada sebuah tuntutan, dan disetiap tuntutan akan selalu ada orang yang akan mengerjakannya. Ketika para pemuda-pemuda yang nota benenya adalah musuh-musuh islam semakin gencar melakukan aksinya padahal jelas ganjarannya adalah sesuatu yang merugikan tapi mereka tetap memiliki semangat untuk tetap memperjuangkan misi-misi yang telah di agendakan, lalu bagaimana dengan kita , bukankah telah jelas janji Allah kepada seseorang yang berjuang di jalan-Nya.
Terakhir buat saudaraku yang saat ini tengah memasuki sebuah dimensi baru, dimensi untuk memperjuangkan islam, marilah kita Bersungguh-sungguh dan tekun (Al Jiddiyah wal Mu’azhibah) karena Kesungguhan adalah modal utama untuk dapat menunaikan setiap tugas. Selamat berjuang pemuda.
Ihksan Pallawa