Pelaksanaan pemilihan umum (PEMILU) tahun 2009 tinggal 3 bulan lagi, para pengurus partai politik pun bertambah giat untuk menarik simpati para pemilih agar memilih partai mereka pada saat hari H nantinya. Segala cara, teknik dan strategi, untuk menarik simpati pemilih dilakukan dari kampanye terbuka, pasang iklan secara masif baik di media elektronik maupun massa, melakukan aksi-aksi sosial, turun ke rakyat hingga pembentukan organisasi sayap, sesuai dengan tipe dan sasaran pemilihnya.
Salah satu sasaran empuk para partai politik adalah pemilih pemula, yaitu mereka yang berumur 17 s.d 21 tahun atau para pelajar yang masih duduk di bangku SMU atau yang baru pertama kali mengikuti PEMILU. Berdasarkan data dari Jaringan Pendidikan Pemilih untuk Rakyat (JPPR) bahwa pemilih pemula berjumlah sekitar 20 – 30 persen dari jumlah pemilih secara keseluruhan yang diperkirakan sekitar 170 juta pemilih.
Dimana jumlah ini, pemilih pemula sangat signifikan bagi partai politik, apalagi pelajar atau pemilih pemula secara psikologis sangat mudah untuk dipengaruhi dan diarahkan untuk melakukan sesuatu, terutama apabila yang mempengaruhi mereka adalah orang-orang yang mereka anggap sebagai tokoh atau idola, seperti guru, kyai, orang tua mereka atau artis. Sehingga sangat wajar apabila banyak partai politik yang mengrekrut artis untuk menjadi caleg sebagai vote getter
Partai-partai yang sangat fokus untuk menjadikan pemilih pemula sebagai target empuk untuk dipengaruhi, antara lain adalah :Partai Keadilan Sejahtera (PKS), Partai Persatuan Pembangunan (PPP), Golkar, Partai Gerindra, PDI Perjuangan, Partai HANURA, dimana partai-partai tersebut sudah membentuk organisasi sayap. GERINDRA dengan TIDAR-nya sangat getol menarik simpati pemilih pemula dengan iklan-iklan yang simpati dan sangat kental dengan nuasa kaum muda. Partai GOLKAR juga, walaupun tidak jelas-jelas untuk pemilih pemula tetapi melalui iklan mereka menampilkan tokoh-tokoh dan artis-artis muda yang menjadi idola pelajar. PKS dengan iklan-iklan yang diisi oleh kaum muda, atau melalui lembaga-lembaga yang secara tidak langsung berafiliasi dengan mereka, sangat intens untuk menjaring suara pemilih pemula.
Begitu besarnya potensi pemilih pemula ini haruslah mendapat perhatian khusus sehingga mereka tidak hanya dimanfaatkan oleh partai politik, salah satu pemanfaatan pemilih pemula adalah pada saat kampamye mereka kerap hanya dimobilisasi oleh parpol untuk mengikuti kampanye. Artinya, meski hadir saat kampanye, sebenarnya mereka tidak memiliki kepedulian terhadap pemilu. Mereka senang karena ramai-ramai saja dan yang lebih memprihatikan apabila pada sangat kampanye nantinya mereka diprovokasi untuk bertindak anarkhis dengan merusak fasilitas umum atau tawuran dengan peserta kampanye lainnya.
Selain itu partai politik yang tujuannya hanya untuk menarik suara sebanyak-banyak seringkali lupa untuk memberikan pendidikan politik yang baik kepada pemilih pemula sehingga mereka sering melupakan untuk mengingatkan kepada pemilih pemula untuk benar-benar peduli dengan PEMILU, salah satu contohnya adalah mengingatkan mereka untuk benar-benar menggunakan hak suara mereka, yang dimulai dengan mengecek apakah mereka terdaftar atau belum di PPS, karena banyak pemilih pemula yang tidak peduli dengan proses pendaftaran PEMILU.
Ketidak-pedulian pemilu pemula juga disebabkan kurangnya sosialisasi yang dilakukan oleh penyelenggara pemilu (baca ; KPU) yang hingga saat ini masih banyak orang yang meragukan kinerja KPU, dimana masih banyak tahapan-tahapan pelaksanaan PEMILU yang belum selesai dijalankan.
Selain rentan dimanfaatkan oleh partai politik, pemilih pemula juga rentan akan menjadi golput, karena kepedulian mereka terhadap PEMILU masih sangat kecil, hanya ini salah satunya adalah kurangnya sosialisasi oleh KPU dan juga begitu banyaknya beban-beban pendidikan yang harus mereka kerjakan, untuk pelajar, proses Ujian Akhir Nasioal (UAN) menjadi lebih menarik daripada pemilu, karena apabila mereka tidak lulus UAN maka mereka tidak akan lulus sekolah.
Karena itu kepada pemilih pemula haruslah diberikan pengertian dan pemahaman tentang pemilu yang lebih baik, tidak hanya tentang waktu pelaksanaan pemilu dan tata cara pencontrengan akan tetapi yang lebih utama adalah bagaimana mereka memaknai PEMILU sebagai mekanisme perubahan bangsa untuk menuju kepada kehidupan yang lebih baik.
Selain itu, mereka juga harus dibekali dengan pengetahuan tentang partai politik yang mengikuti pemilu serta bagaimana seharusnya mereka memilih partai politik dan calon legislatif sehingga nantinya ketika mereka memilih tidak asal-asalan atau pilihannya berdasarkan pihak tertentu yang hanya menguntungkan salah satu partai politik saja.
Oleh sebab itu, KPU dan NGO yang peduli denga proses demokrasi di Indonesia haruslah lebih peduli dan memperhatikan aspirasi para pemilih pemula sehingga mereka dapat benar-benar menjadikan PEMILU sebagai proses pembelajaran untuk berdemokrasi dalam menentukan nasib bangsa yang lebih baik dengan memilih para calon legislatif dan partai politik yang benar-benar dapat membawa Indonesia kepada bangsa yang makmur, adil dan sejahtera tidak menjadikan bangsa Indonesia lebih buruk lagi.
——————
Profil Penulis :
Zakaria, Ketua Bidang Pembinaan Masyarakat Pelajar (PMP) Pengurus Besar Pelajar Islam Indonesia (PII) Periode 2008 – 2010 Contact Person : +6285268662546 Email : [email protected]