Pada dasarnya, siapa saja yang menjadi presiden, kebijakan Amerika Serikat (AS) menghadapi negara-negara Islam akan tetap sama. Hal ini karena kebijakan AS merupakan permasalahan strategi yang tidak sepenuhnya berada di tangan presiden, tapi juga melibatkan lembaga seperti Kongres AS yang didominasi Yahudi.
Bisa kita katakan, perbedaan antara Partai Republik dan Demokrat bagaikan perbedaan antara Partai Amal dan Partai Likud di Israel. Yaitu perbedaan antara al-dzikbu wa tsa’lab (antara serigala dan serigala), cuma beda namanya saja. Partai Republik berusaha meraih tujuan secara terang-terangan, menyatakan permusuhan dengan beberapa negara Islam, dan menggunakan kekerasan. Sedangkan Demokrat, juga menginginkan hasil seperti itu, tapi dengan cara yang lebih halus, melenakan, meneteskan racun di dalam madu.
Cara yang digunakan McCain lebih menguntungkan dunia Islam, karena aksi terang-terangan biasanya akan membangkitkan kekuatan umat Islam yang terpendam. Karena umat Islam menyadari mengalami bahaya, sehingga mampu mengantisipasi dan mengurangi kerugian. Sedangkan Demokrat akan menjalankan kebijakan yang sama, tapi secara halus, sehingga umat Islam akan terus dirugikan dan tidak mampu memiliki alasan kuat untuk menghadapi kerugian tersebut.
Di sisi lain, Obama akan tampil lebih loyal terhadap Israel. Misalnya, Obama tidak pernah menutup-nutupi dukungannya terhadap Israel. Ia berjanji akan menambah dukungan terhadap Israel sebesar 30 milyar dollar. Pada konferensi tahunan American Israel Public Affairs Committee (AIPAC), Obama berjanji akan menjadikan Yerusalem (Al-Quds) sebagai ibukota Israel tanpa bisa diganggu-gugat. Obama juga mengatakan, "Israel adalah mukjizat bagi Timur Tengah." Selain itu, loyalitas Obama terhadap Israel tampak pada dukungannya terhadap penyerangan Suriah, dengan alasan bela diri Israel terhadap bahaya yang sewaktu-waktu mengancam, khususnya bahaya nuklir Suriah.
Mengenai kasus Irak, Obama akan menarik pasukan AS secara bertahap. Hal ini karena Obama sangat memahami bahwa selama ini hegemoni AS terhadap dunia semakin pudar, akibat pendudukan AS terhadap Irak yang tidak berdasarkan justifikasi kuat, di samping AS juga rugi besar di Irak. Sehingga Obama memfokuskan Afghanistan, untuk kembali berusaha meraup dukungan penuh Eropa dan dunia. Hal inilah yang tidak dilakukan oleh Bush dan Republik selama ini, karena Bush melakukan invasi di banyak wilayah, sehingga AS nyaris kehilangan dukungan Eropa dan keharmonisan dengan dunia.
Dalam menjalankan roda pemerintahan AS, rancangan kebijakan Obama tampak lebih rapi, yaitu memfokuskan Afghanistan dan Pakistan dahulu, kemudian AS berusaha mendapatkan dukungan internasional atas campur tangan di kedua negara tersebut, kemudian barulah tiba giliran Irak, Suriah, Mesir, dan negara Islam lainnya setelah itu. Rancangan inilah yang akan dijalankan oleh AS dan Zionis untuk kembali merias wajah di hadapan dunia, setelah 8 tahun carut-marut pemerintahan Bush. Hanya ini yang diinginkan AS, sedangkan Obama hanyalah korban dari strategi AS yang diarahkan Zionis. Wallâhu a’lam bi al-shawâb.
Profil Penulis:
Muhammad Yasin Jumadi, lahir di Banda Aceh pada 26 Agustus 1987. Saat ini sedang kuliah di Universitas Al Azhar, Fakultas Syariah wa Al Qanun (Islamic Law and Jurisprudence), Tingkat VI.