Sebagian besar populasi didunia diisi oleh pemuda,dan berbagai perubahan yang significan pun dibuat oleh pemuda, maka jika para pemuda itu sudah kehilangan kemampuan mereka untuk menjalani peran tersebut maka jangan kaget kalau dunia ini akan segera punah karena tidak ada yang mengurusi lagi, tidak mungkin para orang tua kita yang akan terus – menerus mengisi lembar demi lembar sejarah ini.
Dalam goresan sejarah kita banyak sekali mendapati peran pemuda yang lebih dominan mengisinya, mulai dari zaman nabi dan rasul hingga proses kemerdekaan NKRI bahkan hingga saat ini, namun saat ini para pemuda kita banyak yang lupa akan peran besarnya dan kini lebih asyik menikmati kehidupan yang destruktif dan terkesan aneh dan tabu jika membicarakan peran mereka yang sebenarnya karena mereka sudah merasa nyaman didunia mereka yang saat ini atau memang kita membiarkan mereka nyaman atau bahkan lebih parah lagi sengaja membuat mereka nyaman.
Pemuda diibaaratkan sebagai supir mobil dan dunianya adakalah mobil itu sendiri, bagaimana jadinya kalau supir itu tidak dapat mengendalikan mobil itu atau bayangkan jika suir itu dalam keadaan mengantuk atau tertidur dalam kondisi mobil itu masih berjalan, tentu saja itu akan membahayakn dirinya dan para penumpangnya tentu saja. Jadi jangan sampai kita yang dikuasai dunia apalagi kita tidak sadar bahwa dunia ini terus berjalan dan kita masih tertidur pulas dengan nyaman.
Seorang sahabat dari kalangan khulafaur rasyidin mengatakan ”ya Allah biarkan aku menguasai dunia ini dengan genggamanku dan jangan kau masukan ia kedalam hatiku”. Sebagaimana kita tahu sebagian besar sahabat sasulullah adalah para saudagar kaya dan konglomerat, bahakan dalam masa kepemimpinan khalifah umar bin abdul azis baitu mal pada saat itu sangat kerepotan untuk menampung dana zakat yang ada karena semua oranga pada saat itu berlomba – lomba untuk berzakat sebanyak – banyaknya sehingga petugas baitul mal bingung untuk mencari para musatahik yang akan menerima zakat tersebut. Itulah gambaran mengapa kita juga harus menguasai dunia ini tapi jangan sampai kita yang dikuasai dunia
Banyak faktor yang membuat para pemuda kehilangan arah dan melupakan peran mereka sebagai agent of change atau agen perubahan, pertama, al jahlul(kebodohan), tingkat intelektual dinegeri ini memang sangat rendah hanya sedikit dari pemuda di Indonesia berpendidikan formal yang memadai, bahaka sebagian besar berakhir di jalanan atau bahkan berurusan dengan aparat keamanan karena tindak kriminal menurut data peringkat Indonesia dalam bidang sains, matematika, pemecahan masalah dan membaca yang dilakukan oleh OECD hanya menempati urutan ke 38 dengan nilai 360 hanya lebih baik 1 pon dari Tunisia dan masih kalah dari negara asia tenggara lain seperti Thailand.
Para pemudanya sangat sulit untuk berpikir jernih dan lebih suka mencari jalan pintas yang cenderung merugikan. Kedua, al dha’fu tarbiyah ( kelemahan pendidikan/pembinaan), negara kita sangat lemah dalam bidang pembinaan para generasi mudanya tidak ada kaderisasi yang baik dalam segala aspek, contoh daam dunia olahraga banyak anak muda yang kurang terberdayakan untuk berprestasi disamping tidak adanya jaminan hidup yang jelas sebagai duta bangsa dalam bidang olahraga, dukungan inilah yang saya rasa sangat kurang bagi kterlangsungan pembinaan di negeri ini.
Ketika saya masih duduk dibangku SMA dan aktif diorganisasi saya sangat merasakan sistem yang sangat tidak mendukung untuk pembinaan para pemudanya disamping dukungan yang kurang dari pihak sekolah, ketika saya mengadakan kegiatan yang berhubungan dengan pembinaan disekolah memang beberapa guru yang sangat mendukung tapi dukungan sistem yang ada disekolah itu sendiri yang akan lebih berarti dalam proses pembinaan tersebut, disamping itu pembinaan moral yang sangat minim diberikan, contoh di televisi kita dapat menilai betapa rendahya edukasi yang diberikan untuk masyarakat disamping tidak adanya regulasi yang tegas untuk itu, mungkin hanya TVRI yang masih cukup banyak tayangan yang cukup mendidik namun sangat sedikit sekali diminati karena kalah kemasan dari stasiun televisi swasta yang lain yang menawakan program – program yang menarik.
Disekolah – sekolah pun demikian frekuensi untuk peminaan moral itu sangat sedikit pendidikan agama hanya diberikan 2 jam dalam satu minggu, maka optimalisasi ROHIS disekolah sangat penting, namun terkadang banyak sekolah yang tidak mendukungnya dengan baik sehingga perannya jadi kurang maksimal disamping beberapa faktor lain yang membuat peran ROHIS jadi kuran maksimal yang tidak saya urai disini, lalau orang tua juga sangat protektif jika anak mereka ikut kegiatan yang berhubungan dengan ROHIS, mereka sangat antusias anaknya ikut klub basket, klub matematika atau bahasa inggris disekolah dibandingkan ikut ROHIS.
Ketiga, al dha’fu tsaqofiyah (kelemahan ilmu pengetahuan), disamping pendidikan dan pembinaan yang kurang, ilmu pengetahuan yang diterima setengah – setengah para pemuda banyak yang tidak mengetahui apa yang sebenarnya terjadi di dunia islam diluar sana dan konspirasi besar yang sedang mengancam peradaban islam sehingga karena mereka tidak tahu jangan harap mereka akan peduli apalagi melakukan gerak nyata, kelemahan ini sangat mudah dimanfaatkan oleh kaum – kaum kafirin untuk mempropagandakan program-progam mereka.
Lalu karena ilmu pengetehuan yang dimiliki rendah karena pendidikan yang rendah dapat dimanfaatkan pula oleh kaum kafirin tersebut untuk menjajah secara perlahan dengan menguasai sumber daya yang ada dan memonopolinya sehingga kita akan mengemis – ngemis dinegeri sendiri.
Keempat,al dha’fu tanzimiyah (kelemahan dalam pengorganisasian), ”kebaikan yang tidak terorganisir dengan baik akan kalah dengan kejahatan yang terorganisir” begitulah kira – kira nasihat dari sahabat nabi Ali bin Abi Thalib yang menggambarkan urgensi manajerial dalm suatu organisasi atau jamaah.
Ironi memang ketika banyak organisasi atau ormas islam bahkan partai politik berbasis ideologi islam di negeri ini yang seharusnya dapat menjadi stabilator malah sekarang gontok-gontokan demi kepentingan golongan yang cenderung keduniaan belum lagi masalah intern yang cukup pelik di tubuh mereka sendiri inilah yang seperti dikatakan oleh rasulullah bahwa di masa nanti umat islam jumlahnya sangat banyak tapi bagaikan buih dilautan, sebenarnya potensi kebersatuan itu sangat ada namun terkadang perbedaan persepsi tentang hal – hal yang masih ada pertentangan atau khilafiah itu yang menjadi fokus kita itulah yang akan membuat kita tak akan dapat bersatu. Alangkah indahnya jikka kita semua bersama dalam toleransi dan satu visi kedepan untuk menjayakan dienul islam bukan golongan apalagi pribadi.
Karena jika organisasi yang menyeru islam tidak dapat mengatur da’wahnya dengan baik maka akan berdampak pada kualitas objek da’wah itu sendiri, diharapkan organisasi – organisasi keislaman tersebut mempunyai orientasi yang jelas dan memiliki unsur ukhuwah, ruhiyah, dan hamasah dan tentu saja fikriyah yang baik dari setiap angotanya karena hanya dengan kedekatan denganNya lah yang akan mempermudah da’wah islam yang mulia ini.
Kelima,dha’fu akhlaq (lemah akhlaq), inilah output yagn akan terlihat dari dari diri seseorang. Maka jika keempat hal diatas terus terjadi dan dibiarkan berlarut-larut akan sulit rasanya melihat kebangkitan umat islam karena pemuda adalah pengisi garda terdepan dalam perjuangan penegakkan panji – panji islam.
Saat ini kebobrokan akhlaq para pemuda sudah sangat terlihat jelas, pergaulan bebas yang tak terkontrol dan dianggap sebuah identitas bagi para kaula muda, bahkan orang yang tidak mengikuti gaya pergaulan itu dibilang kolot, nggak gaul dan kuper katanya.
Kelemhan inilah yang sngat terlihat karena saya bilang tadi inilah output yang akan langsung dilihat oleh masyarakat, banyak faktor yang membuat kobobrokan moral ini seolah berkesinambungan diantaranya peran media yang sangat membantu hal yang disebut al ghazwul al fikr atau perang pemikiran inilah perang yang diingatkan oleh Rasulullah sebagai perang yang lebih hebat dari perang badar yang maha dahsyat, yaitu perang melawan hawa nafsu.
Para kaum – kaum kafirin sangat mengetahui bahwa umat islam sangat sulit jika dilawan dengan kontak fisik secara langsung hanya dengan mengaburkan pandangan melalui hal – hal yang berbau kenikmatan dunia umat islam akan lebih mudah ditaklukan, kita lihat di semua media elektronik, cetak dan sebagainya melakukan konspirasi yang sangat baik untuk menghancurkan umat islam dari dalam, mulai dari tayangan ditelevisi yang hanya menyugguhkan tayangan yang mendidik untuk bergaya hedonisme dan konsumtif yang destruktif bagi perkembangan moral pemuda, tayangan ynag berkedok religi juga malah sangat kental dengan mistis, di internet dan majalah – majalah pun kian merebak hal-hal yang berbau pornografi bahkan akhir-akhir ini kita dikejutkan dengan berita vcd film anak-anak yang tiba-tiba diselingi adegan yang sangat tidak pantas untuk dilihat anak dibawah umur, saat ini pemerintah sedang sngat gencar untuk membatasi situs-situs porno yang ada namun sangat ironi karena belum ada regulasi yang jelas untuk hal itu.
Faktor yang berikutnya adalah krisis keteladanan yang sedikit banyak juga dipengaruhi oleh peran media, saat ini para pemuda lebih senang mengikuti gaya artis dalam dan luar negeri dan otomatis juga dengan gaya hidupnya yang kebarat-baratan yang sangat jauh dengan budaya islam, padahal Allah telah mengatakan bahwa Rasulullah Muhammad SAW adalah tauladan yang baik dan Rasulullah mengatakan bahwa nanti akan masuk uga atau neraka manusia bersama oranga yang diidolakannya, jadi sekarang tinggal pilih mau mengidolakan yang sudah pasti menjamin kita akan surgaNya beserta segal akeindahan didalamnya atau sebaliknya.
Lalu faktor berikutnya yang tidak kalh penting adalah peran orang tua yang menjadi pelukis warna dasar pada anak-anaknya, pendidikan moral harus dihujamkan dengan mantap diwilayah keluarga ini, saya sangat yakin jika semua orang tua berkomitmen dan konsisten dalam tarbiyatul islamiyah ini maka secara kontinu kualitas pemuda akan semakin baik dan menjadi tolak ukur kemanjuan bangsa dan agama. Lalu yang berikutnya adalah peran para penyeru kebaikan atau da’i yang harus terus berjuang dan menjadi stabilitator di masyarakat dengan ikhlas penuh kualitas dan efektifitas sehingga peradaban ini akan semakin baik.
Kini saatnya bagi kita semua untuk berperan sebagai pemuda tanpa mengurangi rasa hormat kepada yang lebih tua. Entah itu sebagai pelajar,mahasiswa, pekerja, politisi, polisi, guru, da’i atau apapun kita hari ini mari lakukanlah peran kita sebagai pemuda dengan sebaik-baiknya yaitu sebagai garda depan kemajuan bangsa dan agama ini karena inilah amal kita yang akan terus berjalan walaupun kita sudah tiada bukan hanya untuk kita semata sebagaimana dikatakan oleh syeikh sayyid quthb ”barangsiapa yang hidup untuk dirinya sendiri ia akan hidup dalam keadaan kerdil dan mati dalam keadaan kerdil namun orang yang hidup untuk orang lain maka ia akan hidup dalam keadaan besar dan mati juga dalam keadaan besar” tapi juga untuk keberlangsungan baik atau buruknya generasi setelah kita nanti.
Kurnia P. Wijaya
Mahasiswa Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Kordinator Kaderisasi Lembaga Dakwah Kampus (LDK) UIN Syahid, Menteri Agama dan Dakwah Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Fakultas Ekonomi dan Bisnis Non Reguler