Tentu saja hal tersebut bukan tiada makna, akan tetapi ini menunjukkan bahwa Bani Israil memiliki tabiat sebagai kaum ‘kanibal’ yang paling suka membunuh dan menyebabkan kerusakan di atas muka bumi, paling gemar meminum darah dan memakan daging manusia, oleh karena itu perintah verbal saja tidak cukup.
Kerasnya hati Bani Israil juga yang ‘mengharuskan’ Allah untuk mengutus rasul begitu banyaknya kepada mereka, bahkan tiada umat yang lebih banyak diutus rasul kepada mereka melebihi Bani Israil, hingga dalam Al-Qur’an cerita tentang Bani Israil diulang puluhan kali agar manusia dapat mengambil i’tibar dari kebusukan hati mereka. Entah kepala mereka itu tebuat dari apa sehingga begitu kerasnya bahkan Allah lagi-lagi ‘harus’ mengutus dua rasul sekaligus; Musa & Harun ‘alaihimasalam guna menghadapi Fir’aun serta membebaskan Bani Israil dari penindasannya, pun demikian kewibawaan mereka berdua, kekuatan, kecerdasan, serta mukjizat yang diberikan Allah kepada dua rasul-Nya itu tak mempan untuk menghancurkan kepala batu mereka, bagaimana mungkin orang yang setelah dengan mata-kepala menyaksikan laut terbelah, dengan sekujur tubuh serta kaki mereka berjalan melintasi belahan laut merah, lantas dengan entengnya mereka meminta nabi Musa untuk menciptakan sebuah tuhan sebagaimana tuhan kaum yang mereka temui ketika dalam perjalanan. Bukankah laut terbelah itu merupakan mukjizat paling nyata akan kemahakuasaan Allah? Bukankah mereka baru saja dilepaskan dari rezim Fir’aun dengan kelaliman dan kesewenangannya? Lalu apakah ini balasan dari nikmat Allah yang dianugerahkan kepada mereka?
Jika ditelisik rumpun Bani Israil maka diketahui bahwa nenek-moyang mereka berakar dari keturunan nabi Ya’qub ‘alaihissalam, karena kata ‘Israil’ itu sendiri adalah julukan bagi nabi Ya’qub, Bani Israil berarti ‘Anak-cucu Ya’qub’, hanya saja kini kata ‘Israil’ lebih familiar untuk menyebut sebuah bangsa Yahudi yang biadab itu ketimbang asal katanya sebagai julukan seorang nabi mulia. Dalam Al-Qur’an Allah telah menceritakan secara detail bagaimana anak-anak Ya’qub bermakar untuk membinasakan Yusuf ‘alaihissalam, mulai dari memaksa ayah mereka untuk mengizinkan mengajak Yusuf bermain, lalu melemparkannya ke dalam sumur kering, hingga membuat alibi palsu dengan koyakan baju berlumuran darah untuk menipu ayah mereka bahwa Yusuf telah dimakan oleh serigala. Insting pembunuh, penipu, pembohong dan peghasut telah tertanam dalam jiwa nenek moyang Bani Israil jauh sebelum kini anak-cucu mereka membantai umat Islam di Gaza, maka bukan tanpa alasan pula Allah merangkum cerita tersebut secara lengkap dalam sebuah surat Yusuf yang terdiri dari 111 ayat tidak lain agar manusia dapat mengambil pelajaran dari kisah mereka.