Akan sangat sulit bagi umat Islam bila tidak ingin dikatakan bahwa tidak mungkin, umat mampu memahami kondisi yang melingkupinya saat ini, memosisikan dirinya, dan kemudian mengambil langkah-langkah strategis dan antisipatif menghadapi perkembangan terkini dalam peperangan sebenarnya antara keimanan dan kekufuran, tanpa umat melihatnya dengan perspektif akhir zaman, skenario Hari Akhir, dan fitnah Dajjal.
Selama umat tidak mengambil secara serius apa yang telah dikabarkan dan diperingatkan oleh Rasulnya, Muhammad SAW, mengenai berbagai fenomena, tanda-tanda, dan fitnah akhir zaman, maka selama itu pula umat akan lalai dan tidak pernah menyadari apa yang sebenarnya sedang terjadi, membawa mereka terus pulas dalam tidur panjangnya, terbuai oleh mimpi-mimpi indah dari musuhnya, hingga kemudian berpikir di mimpi itulah mereka telah bangun. Orang yang bermimpi telah bangun, tetap saja adalah orang yang tidur !
Ketika Dajjal berperan sebagai tuhan, maka ia tidak akan melakukannya dengan sebuah deklarasi, proklamasi, atau apapun yang semacamnya, tetapi cukuplah baginya ketika manusia mengikuti cara/prosedur/aturan/mekanisme/standar hidup yang telah dibawanya. Ketika manusia ‘patuh’ dan ‘taat’ atas apa yang dibawanya, maka telah terpenuhi syarat bahwa ia telah menjadi tuhan bagi manusia dan manusia telah menyembah Dajjal.
Semakin banyak manusia yang hidup dengan cara/prosedur/aturan/mekanisme/standar Dajjal, maka semakin banyak pula pengikutnya. Hingga ketika sampai pada kondisi di mana hampir seluruh manusia di muka bumi ini mematuhi cara/prosedur/aturan/mekanisme/standar yang diperkenalkan olehnya, maka Dajjal akan membuat jalan untuk menjadi pengikutnya dan tetap menjadi pengikutnya adalah jalan yang paling mudah dan sekaligus nyaman, sedangkan jalan untuk menolak cara/prosedur/aturan/mekanisme/standar Dajjal adalah jalan yang paling sulit, memiliki risiko paling tinggi, bahkan bisa mengorbankan segala yang telah dimiliki sebelumnya, hingga yang tersisa pada manusia itu hanya keimanannya.
Sesungguhnya logika berpikir yang paling mempengaruhi manusia dari teori evolusi bukanlah mengenai asal-usul manusia, tetapi ketika berpikir bahwa perjalanan waktu yang lama telah membawa manusia kini menjadi lebih beradab, lebih cerdas, lebih pandai, lebih berakal ketimbang manusia yang hidup jauh di masa sebelumnya. Manusia dan zamannya telah berevolusi. Manusia dan zamannya kini adalah sistem yang jauh lebih maju dan reliable, sedangkan manusia dan zaman sebelumnya adalah sistem yang primitif.
Cara berpikir ini akan menjadikan manusia tidak terlintas sedikitpun dalam pikirannya untuk mengalami hidup seperti zaman di belakangnya, karena bagi mereka itu berarti kemunduran, keluar dari logika kemajuan. Bagi mereka yang menerima cara berpikir Dajjal ini, maka mereka akan mudah menerima apapun yang ditawarkan oleh zaman mereka sebagai produk kemajuan, baik itu cara hidup atau prosedur atau aturan atau mekanisme atau standar hidup. Segalanya akan diterima sebagai konsekuensi zaman yang semakin maju, beradab, dan reliable.
Pertanyaan bagi Umat Islam, benarkah manusia dan zamannya kini lebih maju, lebih cerdas, lebih beradab, ketimbang manusia dan zaman 1432 tahun yang lalu? Lebih dari empat belas abad telah berlalu, benarkah manusia dan zamannya kini lebih reliable ketimbang manusia dan zaman pada generasi Rasulullah SAW dan para sahabat?
Dajjal adalah pendusta, maka ia akan menampilkan muslihat sehingga manusia tidak perlu menyadari kenyataan yang sebenarnya, cukup mengetahui dari sekedar yang terlihat dan ditampilkan. Misi Dajjal adalah menipu manusia. Tipuan yang paling hebat adalah ketika yang ditipu tidak pernah menyadari bahwa ia telah ditipu, bahkan ia akan membuang jauh-jauh segala kemungkinan bahwa sebenarnya ia sedang dalam keadaan ditipu.
Sistem Dajjal adalah segala perangkat yang bertujuan membawa manusia pada kekufuran, menghilangkan segala keterkaitan hidup dengan Yang Telah Mengaruniakan hidup, dan walaupun segala fenomenanya adalah pertanda betapa sudah dekatnya Hari Akhir, tetapi manusia justru akan lalai terhadapnya, dan hidup seolah-olah roda peradaban mereka akan terus berputar, tidak mengenal titik pemberhentian dan kehancuran.
Ketika Malaikat Jibril memberi pelajaran kepada umat ini mengenai Dien mereka, pengetahuan mengenai Hari Kiamat memang hanya ada pada ALLAH semata, tetapi pertanyaan berikutnya yang ditujukan pada Rasulullah SAW justru adalah penekanannya, karena diharapkan umat ini waspada terhadap segala tanda-tanda Hari Kiamat.
Dalam mengukur sesuatu baik atau buruk, mengalami kemajuan atau kemunduran, Sistem Dajjal akan menggunakan segala parameter yang tersedia, tetapi ia akan meninggalkan satu parameter, yaitu keimanan. Ketika hendak mengukur kemajuan peradaban masyarakat, maka Dajjal akan mengajarkan bahwa lihatlah apakah di tengah-tengah mereka ada bangunan-bangunan tinggi.
Semakin tinggi bangunan mereka, bahkan kalau bisa menembus langit, semakin majulah mereka, semakin berbanggalah mereka bahwa layaklah mereka menyandang predikat masyarakat yang telah maju, maka berlomba-lombalah untuk itu.
Ketika hendak mengukur prestasi seorang wanita, maka Dajjal akan mengajarkan bahwa prestasi wanita harus diukur dengan laki-laki sebagai pembanding. Dajjal mengajarkan bahwa wanita harus bisa seperti lelaki, bahkan kalau perlu berperan sebagai pria. Dajjal tidak akan mengajarkan bahwa wanita dan pria sejatinya adalah berbeda, layaknya malam dan siang, seperti langit dan bumi, tidak mungkin menjadi sama, dan karena itulah mereka saling membutuhkan untuk saling melengkapi.
Tetapi Dajjal akan mengajarkan bahwa wanita dan pria bisa dipertukarkan. Wanita bisa menjadi pria, menjalankan peran sebagai pria, dan begitu pula sebaliknya untuk setiap laki-laki. Sehingga wanita yang maju dalam Sistem Dajjal terlihat dari pakaiannya yang semakin tidak ada bedanya dengan pakaian laki-laki. Dajjal menghapus rasa malu dari wanita sehingga mereka tidak sungkan lagi untuk menampilkan diri mereka secara terbuka, terang-terangan, bahkan tidak ada lagi rasa sungkan ketika berkumpul, berdekatan, dan bercampur dengan kelompok laki-laki.
Sistem Dajjal akan menilai seseorang itu berilmu atau tidak dari lembaran kertas yang menjadi ‘stempel’ keilmuan, gelar bermacam-macam yang dibuat ‘resmi’, dan berbagai atribut-atribut lain yang begitu rumit dan kompleks. Tidaklah mengherankan jika di dalam Sistem Dajjal, kemajuan pendidikan dinilai dari jumlah pemilik ‘kertas stempel’ , jumlah pemilik gelar-gelar ‘resmi’, dan jumlah pemilik berbagai atribut keilmuan. Sehingga menjadi wajar dalam Sistem Dajjal, akan sulit dibedakan antara menuntut ilmu, menuntut gelar, menuntut kedudukan dan status, menuntut pangkat, dan menuntut pundi-pundi pengisi perut.
Sistem Dajjal akan membuat negeri-negeri yang kaya dengan berbagai sumber daya alamnya bingung dengan karunia yang mereka miliki karena tidak bisa mendatangkan kesejahteraan. Sistem Dajjal akan memaksa negeri-negeri yang berlimpah kekayaan alamnya untuk berpikir bahwa walaupun mereka memiliki segalanya sebagai sumber penghidupan, tetapi mereka tidak bisa begitu saja menggunakannya. Satu-satunya jalan menuju kesejahteraan mereka adalah dengan menjadi hamba dan budak dari manusia-manusia lain yang tidak memiliki seperti apa yang mereka punyai. Sistem Dajjal akan begitu ramah memberikan penjelasan mengenai cara perbudakan, mekanisme perbudakan, dan aturan perbudakan, bahkan mereka dengan senang hati akan menerima bila si hamba meminta mereka menjadi sang tuan.
Sistem Dajjal akan mengupah manusia-manusia tiap negeri untuk menguras isi alamnya dan mereka akan membayarnya dengan tumpukan kertas yang tidak mempunyai nilai dan kegunaan apapun. Negeri yang semula kaya dengan sumber daya alamnya kemudian mendapati isi alamnya terkuras habis dan dengan bangganya berpikir mereka bisa hidup menggunakan tumpukan kertas-kertas sebagai imbalan dari manusia-manusia yang telah memperbudak mereka.
Sistem Dajjal akan menghidupkan kegiatan ekonomi, perdagangan, dan sistem keuangan yang jantungnya adalah riba. Sistem Dajjal akan membuat setiap manusia sulit untuk bisa berlepas diri dari riba, hingga sekalipun manusia itu berusaha menghindar dari riba, debu-debu riba tetap akan sampai kepadanya. Transaksi yang berdasar atas saling tidak percaya, berpikir hanya untuk menguntungkan diri sendiri walaupun orang lain mengalami kerugian, dan serakah hingga berusaha untuk memonopoli dan selalu berusaha menjatuhkan setiap pesaing dengan berbagai cara ‘kreatif’ adalah penggerak kegiatan perdagangan dalam Sistem Dajjal.
Sistem Dajjal akan menciptakan uang yang sebelumnya belum pernah dikenal dalam sejarah. Dajjal menciptakan uang yang created out of nothing. Cukup dengan mencetak angka-angka pada kertas, Dajjal memaksa manusia untuk percaya bahwa sekarang kertas-kertas itu telah bernilai. Peluh keringat, komoditas sumber daya alam dan olahannya, serta hasil kerja keras dibayar dengan sesuatu yang nothing. Yang menguasai peredaran ‘uang’ dialah yang berkuasa, mengatur, dan menjadi tuan. Selainnya hanya merupakan pion-pion dalam permainan Dajjal.
Sistem Dajjal akan membuat cara/prosedur/aturan/mekanisme/standar hidup yang rumit. Manusia tidak bisa mengerti cara kerjanya, karena itulah lebih baik mereka tidak usah terlalu memikirkan apa yang dibawa Dajjal, cukup jalani saja, karena hampir seluruh manusia di muka bumi juga melakukan yang sama.
Cara/prosedur/aturan/mekanisme/standar hidup Dajjal dibuat bukan untuk menyelesaikan masalah, tetapi untuk memecah masalah menjadi berbagai masalah-masalah kecil, dan kemudian membuatnya berkembang menjadi masalah-masalah baru dan besar, kemudian membaginya kembali dan berkembang kembali masalah-masalah baru, begitu seterusnya.
Sistem Dajjal akan memproduksi manusia-manusia yang sudah dididik untuk melihat masalah secara parsial, tidak komprehensif. Dengan demikian manusia akan selalu bergantung pada Sistem Dajjal, karena manusia tidak pernah bisa meyelesaikan permasalahannya.
Dajjal akan mengajak manusia untuk berlomba-lomba dengan apa yang mereka sebut industri. Daya tarik Sistem Industri Dajjal adalah ketika segala sesuatu bisa dijadikan industri, sehingga sangat terbuka peluang untuk menjadi ‘kreatif’. Politik menjadi industri, pendidikan menjadi industri, kehidupan rumah tangga menjadi industri, kehidupan privasi menjadi industri, anak-anak menjadi industri, kaum dhuafa menjadi industri, agama menjadi industri, pertemanan menjadi industri, hobi menjadi industri, hiburan menjadi industri, dan sungguh masih banyak lagi, kebanyakan adalah hal-hal yang sebenarnya tidak memiliki manfaat signifikan bagi manusia kalau tidak mau dikatakan lebih banyak kesia-siaan. Tetapi dengan berbagai industri yang tidak akan habis komoditasnya ini, Dajjal membuat manusia percaya bahwa dari sinilah mereka bisa menggantungkan hidup mereka.
Apapun bentuk dan tampilannya, Sistem Dajjal adalah sistem yang membawa manusia pada kekufuran. Sekalipun muslim, Sistem Dajjal akan membuat seorang muslim bisa beriman dan kufur secara periodik. Sedangkan Islam membawa pada keimanan dan keselamatan. Islam tidak membutuhkan apa-apa yang begitu melimpah dan melekat pada Sistem Dajjal.
Islam amat sederhana, sehingga bila ia diterapkan secara kaffah, manusia yang sudah terbiasa dengan Sistem Dajjal akan terheran-heran betapa banyak hal dan perangkat-perangkat yang sebenarnya tidak mereka perlukan. Parameter untuk mengukur baik-buruk dan maju-mundurnya sesuatu dalam Islam adalah hanya keimanan pada ALLAH dan rasul-Nya. Manusia yang baik adalah manusia yang beriman kepada ALLAH dan rasul-Nya.
Peradaban yang maju adalah yang membuat manusianya beriman kepada ALLAH dan rasul-Nya. Cukup, Islam tidak butuh selain dari itu. Kemajuan ilmu pengetahuan dalam Islam dilihat dari semakin tertanamnya rasa takut kepada ALLAH, itu sudah cukup, dan Islam tidak butuh selain dari itu.
Sungguh jalan yang menghubungkan generasi Rasulullah SAW dan para sahabat dengan generasi kita telah diputus oleh Dajjal dengan membangun tembok yang sangat tebal dan tinggi, sehingga membuat kita tidak bisa mengenal lagi jalan untuk kembali pada apa yang telah dipraktekkan oleh Rasulullah SAW dan para sahabat. Dajjal hanya memperkenankan kita untuk bisa mengenang generasi Rasulullah SAW dan para sahabat, tetapi tidak untuk kembali pada jalan yang telah ditapaki oleh Rasulullah SAW dan para sahabat. Satu-satunya cara bagi kita untuk kembali pada jalan Rasulullah SAW dan para sahabat itu adalah dengan menghancurkan dan merobohkan tembok kemapanan Dajjal. Setinggi, setebal dan sekuat apapun tembok itu harus dihancurkan. Hanya mental jihad pasukan Badar yang bisa melakukan itu.
Islam adalah apa yang berasal dari ALLAH dan rasul-Nya, Muhammad SAW. Tidak ada Islam versi Dajjal. Hanya ada dua pilihan, menjadi Pengikut Muhammad SAW, atau menjadi Pengikut Al Masih Ad Dajjal. Suatu saat pilihan ini akan sangat tegas dan memaksa kita untuk memilih salah satu darinya.
“Telah semakin dekat kepada manusia perhitungan amal mereka, sedang mereka dalam keadaan lalai (dengan dunia), berpaling (dari akhirat). “ (Q.S. Al Anbiya : 1)
“Sungguh telah Kami turunkan kepadamu sebuah Kitab (Al Quran) yang di dalamnya terdapat peringatan bagimu. Maka apakah kamu tidak mengerti ?” (Q.S. Al Anbiya : 10)
Profil Penulis : Ibnu Kahfi Bachtiar, guru di Universitas Maritim Raja Ali Haji.