Dalam gerakan islam ada sebuah kerancuan dalam berfikir dalam memetakan metode perjuangan, suatu hal yang tidak bisa diterima oleh akal sehat dan logika manusia. Salah satu contoh adalah ketika sebuah gerakan Islam menyatakan kepada para pengikutnya bahwa mereka masih dalam fase mekkah dan ketertindasan seperti yang dialami oleh Rasulullah SAW dan para shahabat RA.
Maka secara otomatis bila hari ini masih dalam fase mekkah secara tidak langsung mereka telah menghapus syariat yang di turunkan di fase madinah, suka atau tidak suka. karena tidak mungkin ketika menyakini sebuah sesuatu lalu meninggalkan bagian-bagian yang ada didalamnya.
Pertanyaannya adalah bila masih dalam fase mekkah berarti hari ini umat Islam harus merubah arah sholatnya karena dulu waktu masih fase mekkah Rasulullah SAW dan para pengikutnya sholat menghadap Baitul Maqdis. Khamr menjadi halal kembali karena Rasulullah SAW sebelum melakukan tholabun nusrah ke madinah, khamr adalah suatu yang dihalalkan. Begitu juga sholat tahajud menjadi fardhu ain sebagaimana waktu di mekkah. Banyak hal yang akan membuat kita menjadi kebingungan dengan pembagian-pembagian seperti hal tersebut diatas, yang methode ini tidak pernah dicontohkan oleh salafush shalih.
Ataukah mereka sedang membunuh syariat jihad, hisbah dan mengatakan yang benar walaupun pahit? Dikarenakan syariat-syariat tersebut tidak ditemukan pada masa fase mekkah. Kalau hanya untuk menghapus syariat-syariat tersebut, kenapa tidak jujur kepada umat bahwa diri mereka adalah pengecut yang mengimani sebagian dan menolak sebagian.
“maka apakah kalian beriman kepada sebagian dari kitab dan kafir kepada sebagian yang lain? Lalu apakah balasan bagi seseorang dari kalian yang melakukan hal itu selian kehinaan dalam kehidupan dunia dan pada hari kiamat mereka dikembalikan kepada siksa paling dahsyat, sedangkan Allah tidaklah lengah dari yang kalian perbuat.“ (QS. Al-Baqarah : 85)
Adapun kalau mencampakkan jihad dan hisbah dari punggung gerakan Islam dengan mengatakan bahwa masih dalam periode tertindas yang tidak memperbolehkan melakukan kedua hal tersebut, dan gerakan Islam tersebut menciptakan hukum-hukum baru untuk periode ini, menghidupkan hukum-hukum yang telah mansukh (dihapus), ini adalah tindakan kriminal yang tidak termaafkan. Karena tindakan ini mengekalkan gerakan dan agama Islam dalam tahapan tertindas.
Kembali kejalan lurus.
Satu-satunya parameter yang benar untuk memahami Islam secara benar, bebas dari kekurangan dan bersih dari cacat adalah dengan mempelajari pemahaman Islam para salaful Ummah. Mereka ialah para shabat Nabi SAW, para tabi’in dan pengikut mereka, serta para ulama yang terpercaya yang mengikuti jalan para salafush shalih, yang tidak mengada-adakan penambahan , perubahan maupun pergantian ajaran Islam dan yang melaksanakan sabda nabi SAW :
“Hendaklah kalian mengikuti sunnahku dan sunnah para khalifah yang terpimpin sesudahku, berpegang teguhlah padanya!”
Ulama salafus shalih lebih utama untuk dikuti paham mereka tentang Islam, sebab merekalah orang-orang yang memiliki semua perangkat yangdiperlukan untuk berijtihad dan telah memiliki pemahaman kuat. Merekalah pewaris para Nabi yang oleh kaum muslimin baik bumi timur maupun barat telah sepakat akan kelebihan mereka dalam ilmu, keutamaan, pengetahuan dan hidayah.
Merekalah orang yang bersih dari dosa. Ketakwaan telah menghalangi mereka dari sikap menyembunyikan kebenaran demi mencari keuntungan duniawi atau demi kompromi dengan penguasa. Salah seorang dari mereka sebelum mengucapkan kata-kata telah menghadapkan jiwanya kepada neraka dan syurga sebagai akibat kata-katanya. Merekalah yang telah melaksanakan firman Allah yang Mahabenar, Mahaagung dan Mahatinggi :
“Orang –orang yang menyampaikan risalah Allah dan takut kepada-Nya dan tidak takut kepada seseorang selain Allah. Cukup Allah sebagai pembuat perhitungan.” (QS. Al-Ahzab : 39)
Merekalah orang-orang yang tidak mengutamakan akal mereka diatas Al-kitab (Al-Quran) dan As-Sunnah. Bahkan mereka mengatakan bahwa ucapan mereka berfungsi sebagai petunjuk untuk sampai kepada petunjuka Rasulullah SAW dan menyuruh agar meninggalkan semua perkataan mereka yang menyalahi Sunnah dan membersihkan agama Allah SWT dari kesalahan apapun bila salah seorang dari mereka terperosok kedalamnya. Mereka mencela dan melarang manusia mengikuti rukshah (keringanan) yang berasal dari ulama manapun. Mereka berkata bahwa setiap manusia dapat diambil maupun ditolak pendapatnya kecuali Nabi kita yang ma’shum SAW.
Mereka orang-orang yang tidak memberat-beratkan urusan agama seperti orang-orang yang berlebih-lebihan, tidak pula mengabaikannya sebagaimana orang-orang yang melalaikannya. Tetapi mereka umat yang tegak di tengah-tengah ( Ummatan Wasathan ).
Merekalah orang-orang yang memurnikan keikhlasan kepada Allah, mengikuti sunnah dengan sungguh-sungguh dan berpegang teguh pada agama mereka yang benar. Maka, Allah ‘azza wa jalla memelihara mereka agar tidak bersepakat dalam kesesatan dan mengizinkan mereka menjadi pemegang panji-panji agama-Nya. Allah memuliakan mereka dengan menjadikan mereka sebagai rambu-rambu bagi jalan kebenaran, suatu kedudukan yang tidak bisa dicapai kecuali oleh orang-orang yang berpedoman dan mengikuti petunjuk dan jalan mereka. Allah yang Mahasuci menyesatkan jalan yang menyimpang dari jalan mereka.
“ Dan barangsiapa yang menentang Rasul setelah jelas petunjuk itu baginya, dan mengikuti selain jalan orang-orang beriman, niscaya Kami biarkan ia berkuasa terhadap kesesatan yang dikuasainya itu, dan Aku campakkan dia ke dalam neraka jahanam dan itulah sejelek-jelek tempat kembali.” (QS. An-Nisa’:15)
Mengikuti pemahaman salafush shalih adalah yang melindungi kita agar tidak tersesat, menyimpang ataupun dalam penyakit sekte-sekte yang menghias diri dengan Islam, padahal Islam berlepas diri darinya.
Mengikuti pemahaman salafus shalih adalah jaminan satu-satunya untuk masuk dalam thaifah manshurah (golongan yang dimenangkan) yang tegak di atas kebenaran. Rasulullah SAW bersabda :
“Senantiasa ada sekelompok dari umatku yang berperang membela kebenaran dan unggul sampai hari kiamat.”( HR. Al-Bukhari )
Tanpa mengikuti pemahaman mereka, maka Islam yang kita laksanakan hanya merupakan pengakuan dusta atau bid’ah penuh dosa. Betapa banyaknya pengakuan dan bid’ah pada zaman ini.
Wallahu A’lam.
Buku Referensi : Mitsaq Al-‘Amal Al-Islami karya :
- Dr. Najih Ibrahim
- ‘Ashim Abdul Majid
- ‘Ishamudin Darbalah
profile penulis:
Hanif Abdullah; aktivitas sekarang adalah penggiat disebuah komunitas yang menyerukan penegakkan syariat islam secara kaffah yaitu Sharia4indonesia Community. Tentang aktivitas itu bisa diliat di http://sharia4indonesia.com