Siapa yang tidak suka dirinya ditokohkan? Siapa yang tidak senang punya banyak pengikut? Siapa yang tidak bangga seruannya ditaati, pekerjaannya berhasil menginspirasi banyak orang, atau program yang dibuatnya disukai para pemirsa?
Menjadi orang yang ditokohkan kemudian seruannya ditaati dan berhasil merangkul khalayak umum untuk menjadi penggemar adalah impian banyak orang. Secara umum ini naluriah kemanusiaan. Sebab, bisa diterima di banyak kalangan dan mampu menginspirasi orang lain adalah harapan setiap orang.
Menjadi Inspirasi Bagi Orang Lain
Menjadi tokoh dan punya massa yang banyak pada dasarnya tidak masalah. Islam sebagai risalah agung memotivasi dan mewanti-wanti kita pada secara bersamaan dalam perkara ini. Nabi saw bersabda:
مَنْ دَعَا إِلَى هُدًى كَانَ لَهُ مِنْ الْأَجْرِ مِثْلُ أُجُورِ مَنْ تَبِعَهُ لَا يَنْقُصُ ذَلِكَ مِنْ أُجُورِهِمْ شَيْئًا وَمَنْ دَعَا إِلَى ضَلَالَةٍ كَانَ عَلَيْهِ مِنْ الْإِثْمِ مِثْلُ آثَامِ مَنْ تَبِعَهُ لَا يَنْقُصُ ذَلِكَ مِنْ آثَامِهِمْ شَيْئًا
“Barangsiapa mengajak kepada petunjuk, baginya pahala seperti pahala-pahala orang yang mengikutinya, tidak akan berkurang dari pahala-pahala mereka sedikitpun. Dan barangsiapa mengajak kepada kesesataan, atasnya dosa seperti dosa-dosa orang yang mengekornya, tidak berkurang bosa-dosa mereka sedikitpun” (HR. Muslim, At-Tirmizi, dan Ibnu Majah)
Hadits di atas senafas dengan hadits مَنْ سَنَّ سُنَّة حَسَنَة وَمَنْ سَنَّ سُنَّة سَيِّئَة. Al-Imam An-Nawawi menjelaskan bahwa dua hadits sejenis merupakan motivasi untuk memprakarsai perkara-perkara yang baik sekaligus keharaman menginspirasi perkara-perkara buruk. Siapapun yang yang menginspirasi orang lain untuk kebiasaan yang baik, ia pasti akan mendapat pahala seperti pahala-pahala orang yang terinspirasi olehnya sampai hari kiamat. Demikian pula sebaliknya dengan hal-hal yang buruk. “Inspirasi di sini baik di masa hidup atau sesudah mati,” pungkas beliau. (Sarh Muslim, Maktabah Syamilah)
Lihatlah, Nabi memotivasi kita menjadi tokoh yang mengajarkan, mencontohkan, bahkan memprakarsai orang lain dalam kebaikan. Nabi saw juga tidak lupa memberi warning jangan sampai kita menjadi inspirator keburukan dan kesesatan dalam segala hal. “Sama saja apakah inspirasi berupa petunjuk atau kesesatan itu dia yang mengawalinya atau didahului orang lain. Bentuknya bisa melalui pengajaran ilmu, ibadah, adab, dan lain-lain,” tulis Al-Imam An-Nawawi (Sarh Muslim, Maktabah Syamilah)
Jadi menjadi tokoh yang menginspirasi kebaikan atau keburukan, selama masih ada yang mengikuti, masing-masing pahala dan dosanya tidak akan terputus sampai hari kiamat. Biala pahala yang terus mengalir tentu sangat luar biasa. Bagaimana bila dosa? Inilah yang dinamakan dengan “berdosa tiada henti” atau ”dosa duplikasi”
Iblis, Sang Inspirator Kesesatan
Berdasarkan pemahaman kita atas hadits Nabi saw dan sarh Al-Imam An-Nawawi, manusia yang semasa hidupnya banyak menginspirasi orang lain, baik yang berhasil menjadi tokoh atau tidak tidak akan terlepas dari dua kutub yang berbeda, al-huda (petunjuk) atau ad-dhalalah (kesesatan).
Perseteruan antara al-huda dan Al-dhalalah punya riwayat sangat panjang, bahkan sejak manusia diciptakan. Di dalam Al-Qur’an sendiri dicantumkan sumpah Iblis:
Iblis menjawab: "Karena Engkau telah menghukum saya tersesat, saya benar-benar akan (menghalang-halangi) mereka dari jalan Engkau yang lurus, kemudian saya akan mendatangi mereka dari muka dan dari belakang mereka, dari kanan dan dari kiri mereka. Dan Engkau tidak akan mendapati kebanyakan mereka bersyukur (taat).”(QS. Al-A’raaf: 16-17)
Sejak hari itu, Iblis dan bala tentaranya sangat bernafsu menggiring manusia menuju ad-dhalalah.
Sebagaimana kita ketahui tentara Iblis dan Syaitan berasal dari dua golongan, yaitu Jin dan Manusia. Kolaborasi kesesatan yang mereka kampanyekan sangat dahsyat. Terbukti hingga hari ini dakwah (kampanye) mereka disambut ramai dan kian bertambah pengikutnya. Iblis sebagai inspirator ulung terus-menerus mengilhamkan ide-ide brilian kepada prajuritnya untuk menambah angka nominal pendukungnya.
Hingga saat yang ditentukan, dakwah mereka tidak akan berakhir. Bukankah Iblis dan syaitan tidak berkehendak tinggal sendiri di neraka? Allah berfirman:
“Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh bagi kalian maka jadikanlah dia sebagai musuh. Sesungguhnya dia hanya akan mengajak kelompok/pengikutnya agar mereka menjadi penghuni neraka yang menyala-nyala.” (Qs. Fathir: 6)
Tokoh Sesat Berinvestasi Dosa
Akhir-akhir ini muncul beragam aliran sesat. Orang-orang yang berhasil dikelabui oleh kesesatan aliran-aliran itupun tidak bisa dipandang sebelah mata. Pemikiran yang nyeleneh, metode ibadah yang menyimpang, dan pengamalan agama yang amburadul adalah cerminan dari aliran sesat. Tokoh-tokoh sesatlah yang berhasil meramu dan memodifikasi ajarannya dengan lihai sehingga menarik untuk diyakini dan diikuti.
Menilai ajaran atau pemikiran itu sesat atau tidak memang gampang-gampang susah. Namun secara umum kita dapat menyimpulkan aliran itu sesat bila menyalahi kesefakatan final kaum Muslimin (ijma dan ma’lum fiddin minad dharurah). Ambil contoh, tidak mewajibkan shalat atau menyelewengkan rukun Islam dan rukun iman, menghalalkan freeseks, mengkafirkan atau menakjiskan selain golongan mereka, meyakini ada nabi setelah Muhammad saw, dan menistakan kitab suci Al-Qur’an.
Pemimpin aliran sesat cenderung dikultuskan oleh pengikutnya. Tidak sedikit di antaranya mendaulat dirinya menjadi Nabi, Imam Al-Mahdi, atau Isa Al-Masih. Bahkan, kita masih mendengar ada pula yang dituhankan. Namanya saja aliran sesat.
Di dalam Al-Qur’an disebutkan:
“Dan sesungguhnya mereka akan memikul beban (dosa) mereka, dan beban- beban (dosa yang lain) di samping beban-beban mereka sendiri, dan sesungguhnya mereka akan ditanya pada hari kiamat tentang apa yang selalu mereka ada-adakan.” (QS. Al-Ankabut:13)
Dalam Tafsirnya, Al-Imam Ibnu Katsir mengomentari Surat Al-Ankabut ayat 13 sebagai berita tentang tokoh-tokoh penyeru kekafiran dan kesesatan, bahwasanya kelak di hari kiamat mereka memikul dosa pribadi mereka dan dosa-dosa orang lain yang disesatkan dari manusia, tanpa sedikitpun berkurang dari dosa-dosa pengikut mereka. (Maktabah Syamilah QS. Al-Ankabut:13)
Pada ayat yang lain Allah berfirman:
“ Dan apabila dikatakan kepada mereka "Apakah yang telah diturunkan Tuhanmu?" Mereka menjawab: "Dongeng-dongengan orang-orang dahulu", (ucapan mereka) menyebabkan mereka memikul dosa-dosanya sendiri secara sempurna pada hari kiamat, dan sebahagian dosa-dosa orang yang mereka sesatkan yang tidak mengetahui sedikitpun (bahwa mereka disesatkan). Ingatlah, amat buruklah dosa yang mereka pikul itu. (QS. An-Nahl: 24-25)
Bila menyebut Al-Qur’an sebagai dongeng masa lalu saja dihukumi berdosa turun-temurun, apalagi dengan penyimpangan-penyimpangan yang sudah melembaga dalam bentuk aliran-aliran tertentu. Semakin banyak pengikutnya, pelopor dan pemimpin aliran itu akan terus berinvestasi dosa tanpa henti.
Berdasarkan surat An-Nahl ayat 25, Al-Imam Al-Mawardi memaparkan beberapa kandungan penting dari penafsiran ayat ini
“… sempurna sempurna pada hari kiamat,” mengandung dua pemahaman, pertama dosa itu tidak gugur dengan taubat. Kedua, dosa itu tidak berkurang dengan musibah-musibah.
“…dan sebahagian dosa-dosa orang yang mereka sesatkan yang tidak mengetahui sedikitpun,” mengandung dua pemahaman, pertama, yang menyesatkan memikul dosa orang yang tersesatkan dengan tipuannya. Kedua, yang tersesatkan memikul pula dosa yang menyesatkan dengan menyokong dan mentaatinya. Adapun penggalan “yang tidak mengetahui sedikitpun” mengandung dua pemahaman pula, baik itu kebodohan yang menyesatkan akan apa yang dia ajarkan, atau kebodohan yang tersesatkan karena penerimaannya. (An-Naktu wan Nahil Maktabah Syamilah)
Fenomena aliran atau pemikiran sesat sudah merambah ke berbagai lini kehidupan kita. Sadar atau tidak sudah berhasil menghimpun banyak pengikut. Seperti yang disitir oleh ayat di atas, keikutsertaan bisa jadi akibat kebodohan akan pemahaman agama yang benar. Semakin dangkal ilmu seseorang semakin mudah didoktrinisasi dengan ajaran sesat. Aneh tapi nyata, antara tokoh dan pengikut sama-sama bodoh.
Kenapa bisa ajaran sesat yang diadopsi banyak orang tidak bisa gugur dengan taubat atau musibah seperti yang disebutkan Al-Imam Al-Mawardi?
Telah kita pahami di atas semakin banyak pengikut, dosa pun tidak pernah berhenti. Kita bisa mengistilahkannya “dosa duplikasi”. Seandainya tokoh penyimpangan itu bertaubat, itupun tidak cukup. Rekening dosa tidak akan kering kecuali ia mengumumkan pertaubatannya secara umum dan berjuang kembali menyadarkan orang-orang yang dulunya dia sesatkan. Jika taubatnya tidak diekspose, atau dia tidak membatalkan semua ajaran yang diyakininya, bagaimana bisa taubatnya diterima
Dosa duplikasi merupakan dosa yang terus mengalir selama keyakinan, ide, atau aksi yang keliru tetap bertahan. Sebagai contoh dosa pembunuhan pertama yang dilakukan oleh anak Adam yang dikenal dengan nama Qabil yang membunuh saudaranya Habil.
لَا تُقْتَلُ نَفْسٌ ظُلْمًا إِلَّا كَانَ عَلَى اِبْن آدَم الْأَوَّل كِفْلٌ مِنْهَا ؛ لِأَنَّهُ كَانَ أَوَّل مَنْ سَنَّ الْقَتْل
“Tidaklah seorang jiwa terbunuh secara zalim melainkan anak sulung Adam turut memikul sebagian dosanya, karena dia yang pertama kali melakukan pembunhan.” (HR. Bukhari, Muslim, Ahmad, An-Nasa’I, dan Ibnu Majah)
Untuk menghapuskan dosa duplikasi agar sang pencetus tidak berdosa tiada henti, sekali lagi taubatnya harus di hadapan pendukungnya. Bila dia meninggal dan sempat bertaubat, siapapun yang menyaksikan pertaubatannya harus mewartakan hal ikhwal pertaubatan itu, sehingga para pendukungnya tidak terus-menerus mengekor kekeliruannya.
Sayang sekali, banyak figur yang ditokohkan karena katanya membawa “agenda pembaharuan dan pencerahan” yang hakikatnya batil, mangkat tanpa prosedur di atas. Alhasil, ide-ide liar mereka diwariskan oleh banyak orang. Tokoh kaum muslimin sendiri banyak yang takut meluruskan kekeliruan itu, sehingga tokoh-tokoh yang sudah mangkat itu ada yang dimakamkan di taman pahlawan dan ada juga yang diusulan menjadi pahlawan nasional. Meskipun demikian, syafaat di hari kiamat tetap saja tidak bisa dibeli oleh gelar pahlawan pemberian manusia.
Dakwah Batil di Alam Nyata dan Dunia Maya
Di atas sudah disebut, bila penghinaan kepada Al-Qur’an berupa ucapan bisa mengakibatkan dosa duplikasi, apalagi bila sudah melembaga. Hari ini kita melihat maraknya forum-forum kajian liberalisme, komunisme, kesetaraan gender, dan banyak lagi. Isu-isu yang diangkat melecehkan Ijma’ kaum Muslimin yang sudah final. Kajian-kajian itu melembaga menjadi organisasi, institute, bahkan universitas.
Tidak cukup di alam nyata, dakwah kebatilan merambah dunia maya. Muncul milis, website, blog, facebook, atau twitter yang menggugat prinsip Islam. Muncul situs-situs porno, cabul, dan aneka kejahatan lainnya. Semua mudah diakses oleh siapa saja. ini membuktikan bahwa Iblis sangat cerdas membudidayakan para pengikutnya.
Kita sering mengulang doa Allohumma arinal haqqa haqqan warzuknat tiba’ah wa arinal batila batilan warzuknaj tinabah (Ya Allah perlihatkanlah kami yang haq itu haq serta biarkanlah kami mengikutinya, dan perlihatkanlah kami batil itu batil serta biarkanlah kami menjauhinya).
Kenapa kita banyak berperan ganda dan bersikap ambivalen menghadapi kebenaran dan keburukan. Ketika orang banyak ramai-ramai mendukung tokoh kebatilan, kita turut mengapresiasi tanpa koreksi berarti. Seolah kita tidak mudeng arti doa yang sering kita ucapkan. Kita seakan menyalahi permintaan kita sendiri. Ketika kita sudah memiliki posisi strategis, kita malah ragu menjadi ”martir” al-haq.
Ini semua menjadi tantangan dakwah ilallah yang haq. Kita tidak cukup reaktif mengkritisi atau menvonis tanpa perlawanan berarti. Fenomena ini seyogyanya mengetuk hati kita untuk mau ikut terjun di dalam pergulatan ini. Sunnatullah tetap berlaku. Semakin banyak para du’at ilal haq, pahala akan mengalir terus-menerus. Semakin banyak pengikut kebatilan, dosa-dosa mereka juga akan mengalir tiada henti. La haula wala quwwata illa billahil ’aliyyil adzim
Habib Ziadi; Alumnus Mahad ‘Aly An-Nuaimy Jakarta; Kini Tengah Menyelesaikan Khidmah (pengabdian) Dakwah di Jayapura Papua