Perkembangan dakwah, khususnya di kalangan pemuda dan remaja sejak dekade 90’an telah mengalami peningkatan yang cukup pesat. Hingga hari ini, kegiatan keislaman di berbagai lembaga pendidikan masih aktif digerakkan oleh badan rohani Islam dan lembaga dakwah kampus. Pesertanya pun terbilang cukup banyak walau pada beberapa tempat di Jakarta, mengalamai stagnansi dalam hal kuantitas maupun kualitas.
Di sisi lain, remaja masjid perkotaan sebagai salah satu sarana dakwah, tidak menikmati pertumbuhan yang signifikan seperti yang dialami dakwah remaja dan pemuda dalam institusi pendidikan. Kegiatannya pun cenderung monoton, terpaku pada penyelenggaraan hari-hari besar Islam dan berbagai kegiatan lain yang memiliki mainstream yang sama dengan ciri khas dakwah yang dimilki oleh dakwah dalam institusi pendidikan.
Tentunya, dampak dari hal tersebut dapat terlihat pada beberapa remaja masjid besar di perkotaan yang banyak mengalami kemunduran dalam hal kuantitas dan kualitas aktivitasnya. Banyak di antara mereka yang mengalami penurunan jumlah rekrutmen anggotanya. Bahkan, di antara mereka banyak yang mengalami pergeseran dalam target dakwahnya, dari yang seharusnya menarget remaja, malah menarget segmen dakwah pegawai kantoran yang bahkan diantaranya sudah akan menikah.
Padahal, di satu sisi, mereka memiliki modal dan potensi diferensiasi yang membedakan mereka dengan sarana dakwah lainnya, baik berupa kedekatan yang lebih erat dengan tempat tinggal para objek dakwah, hingga reputasi nama dan bangunan masjid yang cukup dikenal.
Sayangnya, jarang di antara mereka yang dapat memanfaatkan kelebihan tersebut. Bahkan, jarang sekali kita mendengar, dakwah remaja masjid perkotaan yang masih eksis dan berdampak signifikan bagi kehidupan remaja perkotaan, khususnya Jakarta.
Tentunya, dalam menyikapi stagnansi ini, para aktivis remaja masjid di perkotaan harus membenahi dirinya. Tidak hanya dari segi kemasan dakwahnya, tetapi juga mengenai paradigma tentang sarana dakwah ini yang menuntut diferensiasi dan inovasi yang sesuai dengan target dakwahnya yang memiliki perubahan terus menerus dalam trend dan hobinya.
Dalam mengelola remaja masjid perkotaan sebagai sarana dakwah, para aktivisnya tidak boleh lagi mengadopsi pola manajemen organisasi tradisional dan harus mulai mengadopsi pola manajemen yang professional seiring berkembangnya zaman karena di sisi lain, para kompetitor nya (kegiatan selain dakwah) yang juga menyasar segmen remaja, telah dari jauh-jauh hari menerapkan pendekatan manajemen kegiatan dan organisasi yang profesional.
Selain itu, inovasi dan mindset entrepreneurial adalah hal mutlak yang harus dimiliki para aktivis remaja masjid. Perkembangan trend dalam dunia remaja seharusnya menjadi fokus dan perhatian khusus. Idealnya, para aktivis remaja masjid adalah trend setter, tetapi bila hal itu belum mungkin dilakukan, setidaknya, para aktivis tersebut dapat mengatisipasi dan menanggapi trend yang ada dengan baik.
Tentunya hal tersebut dilakukan dengan inovasi yang terukur dan efektif. Tidak hanya sekedar gagap menghadapi perubahan trend; semisal dengan sekedar memberikan tausiyah via message facebook- isi sama, hanya kulitnya saja yang beda. Ataupun mengadakan pengajian dengan undangan facebook.
Remaja masjid perkotaan harus lebih aktif lagi dalam merespon isu-isu terkini dan mengemasnya dalam bentuk program yang terintegrasi secara kreatif dan baik. Misalkan, tentang isu entrepreneurship, remaja masjid perkotaan harus dengan aktif menanggapinya, tentu tidak dengan sekedar mengadakan seminar Islamic Entrepreneurship, tapi lebih advance lagi, misal dengan mengangkat tema social entrepreneurship dan mengadakan lomba business plan beserta talkshow yang dihadiri pembicara-pembicara ternama, bahkan hingga social entrepreneurship project yang digagas dan dibina oleh remaja masjid yang bersangkutan.
Begitupun dengan isu lainnya yang sebenarnya dapat menjadi sarana dakwah yang baik seperti isu kemacetan dan banjir di Jakarta.
Semoga, para aktivis remaja masjid perkotaan dapat lebih inovatif dan lebih baik lagi dalam menjalankan aktivitas dakwahnya. Sehingga, dalam jangka panjang, dakwah Islam tidak hanya sekedar sebagai follower dari trend yang ada, tetapi juga dapat bertindak sebagai trend setter bagi kehidupan terlebih bagi remaja, yang tentunya hal ini sejalan dengan cita-cita besar para aktivis dakwah: Islam sebagai soko guru dunia
Gugus Aryo Swandito
Aktivis Remaja Islam Sunda Kelapa
Mahasiswa program S1 Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia