Eramuslim.com – Tragedi kanjuruhan dimana menjadi tragedi memilukan bagi persepakbolan indonesia kejadian yang merenggut hingga ratusan nyawa melayang, lalu apa yang mendasari kejadian memilukan ini bisa terjadi. Awal mulainya menurut versi polisi Aremania turun ke lapangan dan menyerang pemain usai pertandingan. Polisi menyebut Aremania juga menyerang aparat keamana dan menghiraukan peringatan polisi sedangkan menurut komnas HAM menyebutkan tidak adanya penyerangan yang dilakukan suporer kepada pemain Arema. Pada awalnya Aremania turun ke lapangan hanya menyapa pemain seusai laga. Akhirnya banyak suporter yang meluapkan kekecewaannya dengan masuk menerobos ke dalam stadion dan kejadian mencekam pun terjadi dimana salah antisipasi dari pihak keamanan yang dengan sengaja menembakkan gas air mata ke tribun yang sempit dan sesak. dimana gas air mata sendiri memiliki dampak yang sangat parah seperti hilangnya kesadaran hingga dapat terjadi yang namanya sesak nafas.
Akibat kerusuhan dan insiden saling injak pada tragedi ini, 132 orang tewas, 2 di antaranya adalah anggota polisi. Jumlah itu meningkat seiring dengan kondisi beberapa korban yang “memburuk”. 17 anak tewas dan 7 terluka, kebanyakan dari mereka berusia antara 12 dan 17 tahun. Pemerintah Malang membiayai pengobatan korban. Kapolda Jawa Timur. Menurut Inspektur Kepala Pol. Nico Afinta, 34 orang meninggal di stadion dan sisanya di rumah sakit. Selain itu, sekitar 180 orang mendapat perawatan di beberapa rumah sakit, seperti RS Wava Husada, RS Teja Husada, RS dr. Saiful Anwar dan RSUD Kanjuruhan.