Sekularisasi atau pemisahan antara urusan agama dengan keduniaan yang sangat gencar di sosialisasikan oleh barat sebenarnya tidak terlepas dari latar belakang sejarah barat itu sendiri. Jika kita menengok pada abad pertengahan, paska perang salib, dunia barat seakan-akan baru tersadar atas ketertinggalan mereka.
Perang salib yang pertama kali di gagas oleh Paus Urban II bukan di ikuti oleh tentara militer yang terlatih. Namun mereka yang ikut dalam pasukan salib ini mayoritas adalah rakyat jelata yang ingin melarikan diri dari kejamnya kehidupan sehari-hari. Mereka berangkat untuk mencari keberuntungan duniawi yang mungkin mereka dapatkan di tanah jajahan nanti.
Saat itulah pasukan salib terheran-heran ketika memasuki wilayah kaum muslimin. Mereka takjub melihat kemajuan yang tak pernah mereka lihat sebelumnya. Istana-istana megah dengan arsitektur tinggi, masjid, bangunan-bangunan, sampai pada masalah ekonomi, sains, dan budaya intelektual. Maka, setelah perang salib inilah masyarakat barat mulai mengalami pencerahan.
Pada saat itu, dunia barat berada di bawah hegemoni penuh gereja. Para Paus di Vatikan memiliki kekuasaan yang jauh melebihi kekuasaan raja dan kaisar. Fatwa Paus seakan menjadi wahyu yang harus diikuti dan dilaksanakan oleh segenap rakyat Eropa yang mayoritas memeluk agama Nasrani. Banyak sekali penemuan-penemuan sains yang bertentangan dengan dokrin gereja diklaim oleh pihak gereja sebagai sihir yang harus dimusnahkan.
Bahkan seorang ilmuan Eropa kenamaan Galileo Galileipun harus rela mendapatkan hukuman lantaran mengemukakan sebuah teori yang menyatakan bahwa bumi itu berbentuk bulat. Teori Galileo ini sangat bertentangan dengan pemahaman masyarakat Eropa dan dokrin Gereja yang mengatakan bahwa bumi berbentuk datar.
Jadi, menurut pemahaman saat itu apabila seseorang hendak mengarungi samudra, dikhawatirkan dia akan terjatuh pada semacam jurang yang dalam. Tragedi yang menimpa Galileo Galilei ini bukanlah satu-satunya. Masih banyak kasus lain yang serupa yang menimpa para ilmuan di Eropa.
Karena banyaknya penemuan ilmiah yang tidak sesuai dengan dogma-dogma gereja yang selama ini mereka yakini, maka kaum ilmuwan dan terpelajar di Eropa menganggap bahwa agama hanya merupakan kebohongan intelektual dan tidak memiliki landasan ilmiah. Namun mereka juga meyakini, bahwa tidak mungkin hidup tanpa agama. Dari sinilah muncul gagasan sekularisme yang memisahkan antara urusan dunia dengan urusan agama.
Hari ini kaum barat dan para orientalis mengatakan bahwa apabila umat islam ingin bangkit dari keterpurukan, maka umat islam harus meninggalkan agamanya sebagaimana barat yang mengalami kemajuan setelah meninggalkan agamanya. Maka, Untuk menjawab hal ini, kita harus kembali bertanya: apakah agama di barat saat itu?, bagaimanakah ajaran agama itu?, dan apakah agama Islam sama dengan agama yang mereka tinggalkan itu?. Tiga pertanyaan ini adalah jawaban dari pernyataan bodoh diatas.
Sekularisme sama sekali tidak relevan dengan islam dan kaum muslimin. Faktanya, Islam sejak kelahirannya hingga hari ini tidak pernah mengalami kecelakaan sejarah sebagaimana agama yang di terapkan di barat. Al-Qur`an sebagai kitab suci kaum muslimin tidak pernah bertentangan dengan penemuan-penemuan ilmiah. Bahkan penemuan-penemuan ilmiah itu pada akhirnya justru membenarkan Al-Qur`an.
Saat ini kita bisa melihat betapa banyak penemuan terkini yang sebenarnya sudah ada dalam Al-Quran. Salah satu contohnya adalah tentang jasad Fir`un. Di dalam Al-Qur`an surat Yunus ayat 92 di sebutkan bahwa “sesungguhnya aku (Alloh ) menyelamatkan jasadmu (fir`aun) supaya menjadi pelajaran bagi orang-orang setelah kamu”.
Menurut penelitian historis, peristiwa itu terjadi pada tahun 1200 SM. Jauh sebelum Nabi Muhammad di lahirkan. Para sahabat pada saat itu meyakini ayat tersebut, walaupun mereka sendiri juga belum pernah menyaksikan jasad Fir`aun.
Pada tahun 1896 seorang ahli pubakala, Loret, menemukan satu mumi di lembah raja-raja luxor Mesir yang dari data sejarah terbukti bahwa dia adalah Fir`aun pada masa nabi Musa yang bernama maniptah. Setiap orang yang berkunjung ke museum Cairo akan dapat melihat jasad Fir`aun tersebut.
Contoh diatas hanyalah satu bukti dari banyak bukti-bukti lain tentang kebenaran Al-Qur`an. Maka, seluruh observasi dan penelitian yang dilakukan oleh manusia, pada akhirnya akan membuktikan kebenaran Al-Qur`an dan keesaan Alloh.
Tidaklah heran ketika para ilmuwan non muslim masuk islam ketika menemukan sesuatu penemuan yang ternyata sudah ada dalam Al-Qur`an. Maka nikmat Tuhan kamu yang mana lagi yang akan kamu dustakan? (sumber: http://fahrihidayat.blogspot.com)
FAHRI HIDAYAT– Mahasiswa program pendidikan Islam Universitas Muhammadiyah Surakarta. Guru Sejarah Peradaban Islam SMP-SMA MBS Yogyakarta. HP: 081392791678. Blog: www.fahrihidayat.blogspot.com